Pencarian

Rabu, 02 September 2020

Menemukan Parameter Kebenaran Dalam Diri

Kesamaran Kehidupan Dunia 


Manusia diciptakan di alam dunia yang merupakan alam yang paling jauh dari sumber cahaya kebenaran. Segala sesuatu bercampur di dalamnya antara kebenaran dan kebathilan. Bahkan boleh jadi sesuatu di dunia ini yang tampak di mata manusia sebagai sebuah perbuatan ahli surga sebenarnya merupakan amal yang mengantarkan menuju neraka, dan sesuatu yang tampak di mata manusia sebagai perbuatan ahli neraka, tetapi sebenarnya hal itu mengantarkan orang yang berbuat untuk menjadi ahli surga. Hal itu merupakan wujud kesamaran yang dapat terjadi di dunia. 



عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا 

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643) 

Kebenaran itu tidak dapat dilihat semata-mata dengan mata duniawi. Ada sebuah kebenaran yang tersembunyi dari mata jasadiah manusia, namun dapat dilihat dengan bashirah yang mengharapkan menemukan kebenaran. 

Rasulullah SAW menerangkan kepada umatnya parameter yang menjadi tolok ukur kebenaran bagi setiap manusia, yang telah tertuliskan bagi setiap diri dalam kitab diri masing-masing. Parameter itu terdapat dalam empat hal yang telah dituliskan oleh seorang malaikat ketika seseorang mendapatkan tiupan ruh dalam rahim ibunya. Ke-empat hal tersebut adalah : 1. rezekinya, 2. ajalnya, 3. amalnya serta 4. kecelakaan dan kebahagiaannya. 

Keempat hal tersebut adalah parameter lurus atau tidaknya seseorang dalam mencari kebenaran dalam kehidupannya di dunia. Seseorang boleh jadi tampak beramal dengan seluruh amalan ahli surga tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai kepedulian dengan hatinya tentang kebenaran. Mungkin Allah membiarkan dirinya mudah mengerjakan seluruh amal-amal ahli surga tersebut tetapi sebenarnya Allah akan mengganjarnya di akhirat dengan neraka. Amal-amal ahli surga itu sebenarnya tidak membuat dirinya mengenal kebenaran sehingga selayaknya diganjar dengan neraka. Sebaliknya mungkin Allah memberikan kepada seseorang musibah-musibah yang memaksa seseorang untuk berbuat amalan-amalan ahli neraka, akan tetapi orang tersebut tetap mempunyai kepedulian tentang kebenaran-kebenaran. Mungkin saja hanya pada akhir kehidupannya orang tersebut diberi kesempatan untuk dapat berbuat amal ahli surga, dan itu cukup baginya untuk menjadi ahli surga. Yang menentukan surga atau neraka seseorang adalah kebenaran yang dicarinya. 

Memahami Parameter Diri 


Parameter pencarian seseorang akan kebenaran terdapat dalam rezeki, ajal, amal dan kecelakaan dan keberuntungannya. Hal ini agak sulit dipahami, karena kebanyakan orang tidak mengerti seperti apa jalan rezekinya, siapa jodohnya, apa amal yang harus dilakukannya, bagaimana ia menemui ajal dan apa musibah dan kebahagiaan yang akan diterimanya. Parameter-parameter itu bagi kebanyakan orang seperti tidak ada, sehingga tidak merasa memiliki tanggungan untuk memperolehnya dengan tepat atau berjalan sesuai dengan yang ditetapkan. 

Bagi sebagian orang yang mencari kebenaran, parameter-parameter itu akan tersingkap perlahan. Hal yang pertama tersingkap biasanya adalah masalah jodoh, karena jodoh merupakan bagian diri yang paling dekat, dan hal itu merupakan setengah bagian agama yang menjadi awalan untuk menemukan keseluruhan agamanya. Jodoh yang tepat merupakan landasan awal bagi seseorang untuk mengungkap jati dirinya. Masalah jodoh tampak terpisah dari ke-empat parameter tersebut, tetapi diterangkan secara detail dalam ayat-ayat alquran dan hadits. Jodoh ditetapkan lebih azali sejak penciptaan jiwanya, mendahului penciptaan jasad seseorang. Jodoh ditetapkan mendahului, tidak bersamaan dengan penetapan keempat hal tersebut, yang ditentukan bagi jasadiah yang telah dihidupkan ruh. Keempat hal ini kelak akan terlihat setelah seseorang mengerti jiwanya. 

Bila orang tersebut taat terhadap petunjuk jodoh dan terus mencari kebenaran, akan tersingkap baginya amal yang telah dikalungkan baginya untuk dikerjakan selama kehidupan di dunia, kemudian terlihat baginya tempat beredar dan tempat penyimpanan rezeki (mustaqar dan mustawda’), dalam keadaan seperti apa dirinya seharusnya akan meninggal, serta musibah yang akan dialaminya dan kebahagiaannya. Parameter-parameter itu kemudian akan terlihat jelas bagi seseorang yang benar-benar mencari kebenaran. 

Perjalanan setiap manusia untuk mencari kebenaran tidak akan selalu mudah. Sebagian orang tidak mengetahui ketetapan bagi dirinya, tetapi kehidupannya berjalan di atas ketetapan baginya karena berserah diri dengan hal yang dimudahkan. Kadang seseorang tidak menemukan sedikitpun jalannya karena pencarian yang salah, kadang menemukan salah satu tetapi kemudian berhenti dan memilih menghindari jalan berat yang telah ditetapkan, dan sebagian manusia berjalan dengan tegar menapaki ketetapan bagi dirinya. Kebanyakan manusia tidak peduli dengan ketetapan dari Allah dan memilih jalan kehidupan yang bebas sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya. Sangat banyak variasi keadaan manusia diukur dari parameter ketetapan yang ditentukan sebelum kelahirannya. Seberapa dekat seseorang itu berada dalam kebenaran dan seberapa tepat arahnya menuju surga dapat dilihat seberapa mengerti dan setia ia terhadap ketetapan dirinya. 

Usaha Menemukan Jalan 


Kehidupan dunia bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Seseorang yang terlihat makmur di dunia belum tentu mendapatkan kemakmuran yang sebenarnya. Boleh jadi kemakmuran itu merupakan bentuk lain dari penderitaan yang harus ditanggungnya. Demikian pula kehidupan yang berat di dunia belum tentu kehidupan berat yang sebenarnya. Allah menjadikan kehidupan sebagai media pendidikan bagi manusia. 

مَّن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡعَاجِلَةَ عَجَّلۡنَا لَهُۥ فِيهَا مَا نَشَآءُ لِمَن نُّرِيدُ ثُمَّ جَعَلۡنَا لَهُۥ جَهَنَّمَ يَصۡلَىٰهَا مَذۡمُومٗا مَّدۡحُورٗا 

وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورٗا [ الإسراء:18-19] 

Barangsiapa menghendaki kehidupan segera, maka Kami segerakan baginya di dalamnya (dunia itu) apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. 

Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. [Al Isra":19] 

Banyak manusia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk kehidupan dunia ini saja. Mereka hanya memperhatikan kehidupan hanya berupa bentuk kehidupan dunia tidak peduli dengan semua kebenaran yang harus diperolehnya. Bagi manusia yang demikian, Allah akan memberikan dengan segera segala sesuatu yang diinginkannya di dunia ini, tanpa peduli apakah orang tersebut melanggar syariat ataupun berpura-pura dalam keshalihan sebagai munafik. Allah akan memberikan hasilnya dengan segera. 

Sebagian manusia bersungguh-sungguh untuk kehidupan di akhirat. Segala usahanya dilakukan dengan seksama dan sungguh-sungguh untuk memahami kebenaran yang diajarkan Allah bagi manusia dalam kehidupan di dunia. Terhadap orang yang demikian, Allah akan memberikan rasa syukur-Nya. Allah akan menunjukkan jalan kehidupan dalam kebenaran yang harus diusahakannya. Barangkali kehidupannya terlihat sulit, akan tetapi banyak kebenaran yang terbuka kepadanya. Tidak ada usaha yang sia-sia dari setiap manusia, seluruhnya akan mendapatkan balasan Allah. 


Bentuk-Bentuk Syukur Allah 


Kadang-kadang seseorang yang benar dikehendaki untuk diperkenalkan pada suatu kebenaran yang lebih tinggi, maka Allah menjadikan kehidupannya tampak sangat sulit, walaupun dalam memperjuangkan kebenaran. Seorang ulama berkata : 

Apabila suatu permohonan ditahan, berarti engkau telah diberi. 
Akan tetapi bila permintaanmu segera diberi, berarti suatu anugrah yang lebih besar telah ditolak. 
Oleh karena itu utamakan tidak diberi daripada diberi. 

Sesungguhnya seorang hamba itu tidak memilih sendiri, melainkan berserah kepada Kehendak Allah, Dia yang telah menciptakan segala kebutuhan manusia dan Dia pula yang membagi-bagikan rizki. 

- Ibnu Arabi – 


Ungkapan tersebut ditujukan bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Ketika seseorang benar-benar berserah kepada kehendak Allah, sedikit hal yang tidak sesuai dengan kehendak Allah akan menjadi sebuah sebab kegagalan usahanya di dunia. Atau kadangkala Allah berkehendak agar orang tersebut mengerjakan suatu amal yang sebelumnya tidak tampak baginya, maka usahanya dibuat tidak membuahkan hasil. Dengan kegagalan dan amal yang harus dikerjakannya, Allah berkehendak memberikan pengetahuan yang lebih baik, hingga menampakkan akar persoalan yang harus dipahami. Dengan perjalanan itu, orang tersebut akan tumbuh sebagai manusia yang kehidupannya kokoh. 

Tidak ada yang sia-sia dalam setiap usaha manusia. Allah selalu mensyukuri setiap amal yang dikerjakan oleh seseorang yang mencari kebenaran, walaupun tampaknya Allah tidak memberikan balasan secara duniawi. Bila orang tersebut bersyukur, akan tampak bahwa Allah memberikan balasan dalam wujud yang lebih tinggi. 

Sebaliknya Allah akan memudahkan jalan duniawi bagi orang yang menghendaki duniawi. Boleh jadi Allah memberikan kemudahan jalan duniawi bagi seseorang sesuai dengan kekuatan hati orang tersebut dalam mencari kebenaran. Bila kekuatan hati seseorang tinggi, Allah akan menunjukkan banyak aspek yang harus diperbaiki hingga kesalahan-kesalahan kecil mengakibatkan kegagalan duniawi. Bahkan kadangkala sebuah amal terlihat tidak membuahkan hasil apapun walaupun dilakukan dengan benar, karena ada amal lain yang harus dilakukan bersama dengan amal itu. 

Setiap orang harus berusaha mencari kebenaran di dunia ini tidak sekadar mengikuti bentuk-bentuk luar yang terlihat. Seseorang yang berbuat amal-amal ahli surga di dunia belum tentu termasuk dalam ahli surga, seseorang yang berbuat amal-amal ahli neraka belum tentu termasuk dalam ahli neraka. Demikian pula orang yang menemukan jalan kehidupan belum tentu terwujud dalam bentuk rezeki duniawi yang melimpah. Hal yang membuat seseorang berjalan menuju surga adalah kepeduliannya akan kebenaran, tidak dapat diukur dari keadaan dunianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar