Pencarian

Selasa, 28 April 2020

Mencari Jalan Kepada Allah


Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah. Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk bumi sekaligus makhluk langit yang berakal. Jasmaninya berada di bumi bersama makhluk bumi yang bodoh, sedangkan jiwanya berasal dari alam langit yang berakal. Dengan kelengkapan itu, setiap manusia pada dasarnya menjadi makhluk yang paling sempurna di antara makhluk yang lain.

Manusia harus memulai kehidupan dari alam bumi yang rendah. Seringkali manusia terjebak dalam kebodohan dengan mempertuhankan materi ataupun hawa nafsu. Ini berbeda dengan makhluk berakal lainnya, dimana setiap makhluk berakal akan mencari tuhan yang mereka agungkan. Manusia dapat terjebak dalam mempertuhankan alam yang rendah sebagai tuhan mereka. Seringkali hasrat mereka mempertuhankan materi dan hawa nafsu membuat mereka menyeru kepada makhluk-makhluk lain untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka tentang tuhan berupa materi dan hawa nafsu.

Hanya manusia yang mempunyai kecenderungan mencari tuhan yang rendah demikian. Makhluk-makhluk langit lain mempunyai kecenderungan untuk mencari tuhan bagi mereka sesuai dengan hasrat mereka tentang tuhan bagi mereka. Setiap makhluk langit selalu mencari jalan untuk menjadi dekat kepada tuhan mereka, termasuk makhluk yang tersesat dalam mencari tuhan mereka. Sebagian mempertuhankan kecerdikan, sebagian mempertuhankan daya pesona dan keindahan, sebagian mempertuhankan kekuasaan dan lain-lain.

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ يَبۡتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلۡوَسِيلَةَ أَيُّهُمۡ أَقۡرَبُ وَيَرۡجُونَ رَحۡمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحۡذُورٗا ٥٧ [ الإسراء:57-57]

Apa-apa yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. [Al Isra":57]

Banyak makhluk langit yang tersesat dalam mencari tuhan mereka. Mereka mencari tuhan yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing tentang tuhan. Jalan yang benar untuk mencari tuhan adalah berserah diri untuk mengenal Ar-rahman dan Ar-rahiim.

Rasulullah SAW adalah makhluk yang dijadikan washilah bagi semesta alam. Beliau adalah makhluk yang mengenal Ar-rahmaan, asma-Nya tertinggi yang diperkenalkan Allah bagi segenap makhluk. Dengan kedudukan yang diberikan Allah, beliau menjadi penghubung pengenalan makhluk kepada Allah. Allah swt telah membentuk rasulullah SAW sebagai makhluk yang mempunyai sifat rahmaniah paling sempurna. Beliau diciptakan sebagai makhluk bumi dari tanah, kemudian Allah menumbuhkan dan menjadikan beliau memiliki sifat rahmaniah hingga tingkatan paling tinggi untuk diperkenalkan kepada beliau asma Ar-rahman, dan beliau diberi kedudukan paling tinggi berjarak dua busur panah dari Ar-rahmaan.

Demikianlah Allah telah memberikan petunjuk jalan kepada makhluk dari alam yang tertinggi hingga tingkatan paling rendah berupa makhluk bumi, dan menjadikan makhluk bumi sebagai penghulu seluruh makhluk. Rahmaniah-Nya menjangkau seluruh alam semesta tidak melihat tinggi atau rendahnya makhluk. Setiap makhluk hendaknya membentuk dirinya sedekat mungkin dengan akhlak rahmaniah rasulullah SAW agar dapat menemukan jalan kepada Allah. Dengan mengikuti beliau SAW, manusia akan menemukan telaga alkautsar di akhirat.

إِنَّآ أَعۡطَيۡنَٰكَ ٱلۡكَوۡثَرَ ١ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلۡأَبۡتَرُ ٣ [ الـكوثر:1-3]

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-kautsar [Al Kauthar:1]

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. [Al Kauthar:2]

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. [Al Kauthar:3]

Di sisi lain, iblis merupakan makhluk yang sangat cerdas, diciptakan dari api di alam tinggi yang dekat dengan Allah. Tetapi dengan kualitas diri dan pemahaman yang salah maka iblis menolak jalan yang digariskan Allah untuk menuju kembali kepada-Nya. Iblis kafir dalam kecerdasannya. Dahulu setelah terusir dari surga, Iblis masih sering berdoa dan bermunajat kepada Allah karena kerinduan. Akan tetapi karena doa dan munajat itu berasal dari kualitas diri dan pemahaman yang salah, maka doa itu tidak berjawab. Dari semua doa dan munajat yang dipanjatkan Iblis kepada Allah SWT, hanya sebuah jawaban yang didengar oleh Iblis bagi doa dan munajatnya, yaitu ketika Iblis bermunajat : "Allah, aku telah berdosa terhadap Engkau dan sorga, aku tidak layak lagi disebutkan golongan-Mu." Allah tampaknya berkenan dengan doa itu, akan tetapi Iblis kemudian menyingkirkan semua kesadarannya yang benar itu, dan kemudian memilih jalannya sendiri.

Iblis adalah puncak wasilah yang terputus. Wasilah bagi para makhluk yang mencari jalan kepada Allah berdasarkan hawa nafsu mereka akan terputus pada Iblis. Banyak makhluk-makhluk langit dari golongan jin yang terjatuh dalam mencari jalan kepada tuhan mereka. Mereka memilih mengikuti ide mereka sendiri tentang tuhan bagi mereka, tidak berusaha membentuk diri mereka sesuai dengan kehendak Allah untuk dekat kepada-Nya. Demikian pula makhluk berakal di bumi yang berupa manusia banyak yang terjatuh mengikuti iblis karena mempertuhankan hawa nafsu.

Iblis bukanlah lawan dari rasulullah SAW, tetapi beberapa tingkat di bawah. Kedudukan Iblis berada di bawah khalifatullah Al-Mahdi, dimana iblis seharusnya bersujud kepada beliau a.s. Sekiranya iblis mau bersujud kepada Adam, akan terbuka khazanah yang besar bagi iblis bila telah tiba zamannya. Akan tetapi dia menolak bersujud sehingga telah hilang kesempatan itu baginya. Tidak terbuka bagi mereka khazanah itu dari rasulullah SAW karena akal mereka agak jauh di bawah hakikat rasulllah SAW. Karena penolakannya, iblis menjadi puncak wasilah bagi makhluk yang mencari tuhan sesuai keinginan mereka sendiri, yaitu wasilah yang terputus. Sedangkan rasulullah SAW adalah wasilah bagi makhluk yang ingin bertemu Allah dengan berserah diri, membentuk diri dalam citra Ar-rahman.

Manusia Sebagai Makhluk Sempurna


Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah SWT. Rasulullah SAW jiwanya berkedudukan di sisi Ar-rahmaan, sedangkan jasmani beliau berada di bumi. Khalifatullah diciptakan dalam wujud jasmani sebagai makhluk bumi dan dilimpahkan baginya nafakh Ar-rahmaan. Seluruh manusia diciptakan dalam bentuk yang sama dengan para penghulu alam semesta tersebut. Setiap manusia diciptakan dari bumi dengan jiwa dari alam langit. Seluruh pembentuk manusia tersebut diciptakan secara berpasangan.

Keberpasangan jiwa-raga tersebut merupakan jalan bagi manusia sebagai makhluk bumi untuk mengenal Allah. Seseorang akan mengenal tuhannya bila dirinya mengenal jiwanya. Jiwanya mengenal amanah Allah melalui ruh qudus yang membawa urusan tuhannya bagi dirinya, dan raganya akan mengenal urusan yang diamanahkan Allah bagi jiwanya. Seseorang dapat beribadah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dengan menjalankan urusan Allah yang diamanahkan bagi jiwanya.

Hal itu adalah kesempurnaan manusia atas makhluk yang lain. Manusia adalah makhluk bumi yang diberi jalan untuk mengenal hakikat yang tertinggi melalui dirinya sendiri. Ketika mengenal jiwanya, seorang manusia akan mengenal hakikat rasulullah SAW sebagai hakikat yang tertinggi sehingga dapat memperoleh musyahadah dengan sebenar-benarnya, sesuai kadar dirinya. Makhluk-makhluk langit yang lain hanya dapat mencari hakikat-hakikat yang lebih tinggi melalui makhluk lain yang lebih dekat kepada Allah.

Namun demikian setiap orang juga harus berusaha seperti makhluk langit lain, perlu belajar untuk mencari jalan mengenal hakikat yang tertinggi melalui orang yang lebih dekat kepada Allah. Sebelum mengenal kedudukan dirinya bagi rasulullah SAW, setiap orang harus mencari pengetahuan melalui orang lain. Ketika terbuka baginya jalannya menuju Allah, dengan mengenal kedudukannya bagi rasulullah SAW, Allah akan memberikan pengetahuan itu melalui jiwanya dalam porsi yang besar, sesuai dengan Alquran dan sunnah.

Pengetahuan itu memindahkan wasilah seseorang dari dunia ke alam langit. Dengan pengetahuan itu, seseorang mengenal kedudukannya di antara hamba Allah yang lain, menjadi ahlusunnah dan al-jamaah. Dirinya mengenal wasilahnya kepada rasulullah SAW dan mengenal sahabat-sahabatnya melalui jiwanya. Mereka menjadi penghulu para makhluk. Itu adalah kelebihan kesempurnaan manusia atas makhluk yang lain. 

Wasilah bagi Perempuan


Wasilah bagi seorang perempuan disediakan baginya dalam bentuk lebih sederhana, yaitu bagaimana dirinya menjadi isteri yang baik sehingga memiliki sifat-sifat wanita ahli surga. Hal semacam ini merupakan turunan penjelas dari suaminya yang harus mengenal Allah sebatas kadar dirinya, bukan mengenal Allah secara sempurna. Seorang suami sebenarnya menjadi jalan bagi istrinya untuk mengenal Allah, baik secara jasmaniah maupun jiwanya. Seorang istri tidak boleh meninggalkan suaminya sedikitpun kecuali suaminya melarang dirinya untuk hidup dengan baik. Setiap laki-laki yang mengenal kedudukannya bagi rasulullah SAW akan mengenali istrinya sebagai bagian dari dirinya. Sebaliknya, dirinya menjadi jalan wasilah bagi istrinya untuk mendekat kepada Allah.

Syaitan hingga tingkatan yang tertinggi akan memisahkan seorang istri dengan suaminya. Hal itu akan menyesatkan seorang perempuan dari jalannya. Seringkali pemisahan itu tidak semata-mata dilakukan melalui pasangan itu saja. Dilibatkan pihak lain untuk memisahkan pasangan itu. Seorang istri tidak diperbolehkan menceritakan keburukan rumahnya kepada orang lain untuk menghindari keterlibatan orang lain tanpa pengetahuan. Setiap orang harus berhati-hati terkait pernikahan orang lain jangan sampai menyebabkan seorang suami terpisah dari istrinya melalui dirinya tanpa disadarinya.

Setiap kebenaran dari seorang suami harus diperhatikan oleh istrinya, tidak boleh dikatakan sebagai sok pintarnya suami. Kebenaran dari suaminya itu adalah jalannya menuju pengabdian yang sebenarnya kepada Allah, walaupun tampak hanya sebagai hasil pemikiran jasadiah. Kalau kebenaran boleh dibedakan derajatnya antara kebenaran langit dan kebenaran bumi, iblis akan diberi hak untuk menolak bersujud kepada adam karena adam makhluk bumi dan iblis diciptakan dari api. Tidak demikian kehendak Allah bagi makhluk-Nya. Setiap makhluk harus berusaha mengenali kebenaran walaupun itu berasal dari alam yang paling rendah.

Syaitan akan selalu berusaha memisahkan seorang istri dari jalan wasilahnya, yaitu suaminya, baik secara halus ataupun kasar. Demikian pula terhadap laki-laki. Kadangkala usaha itu dengan menutup mata seseorang terhadap kebenaran, kadangkala dengan menampakkan cahaya, sedangkan cahaya itu memburamkan mata dan memisahkannya dari wasilahnya. Setiap orang tidak boleh meninggalkan wasilahnya kepada Allah selama tidak terlihat kesalahan yang nyata pada wasilahnya. Istri harus berusaha membuka mata terhadap semua kebenaran yang disampaikan oleh suaminya, tidak keliru dalam melihat kebenaran sebagai kesalahan. Syaitan akan selalu berusaha menutupi matanya terhadap kebenaran suaminya, atau kadang memburamkan penglihatannya kepada kebenaran dari suami dengan cahaya yang lain. 

Shalat dan Penyembelihan Sebagai Pokok Jalan


Manusia hidup di alam dunia yang gelap. Kebenaran bercampur dengan kesalahan. Seringkali apa yang terlihat benar adalah salah, dan sebaliknya. Kebenaran itu seringkali tidak sebagaimana yang terlihat. Demikian pula kehidupan di dunia membuat manusia tidak selalu menemukan jalan yang selalu jelas benar tetapi bercampur benar dan salah. Untuk dapat mengenali dan berbuat dengan kebenaran di dunia, Allah memerintahkan kepada manusia untuk bershalat dan menyembelih.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢ [ الـكوثر:2-2]

Maka shalat-lah kepada Tuhanmu; dan berkorbanlah. [Al Kawthar:2]

Perintah shalat dalam ayat tersebut berbeda redaksi dengan menegakkan shalat. Perintah tersebut lebih merupakan perintah untuk menjalin keterhubungan dengan rabb termasuk dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya khusus dalam momen ibadah shalat.

Kebenaran itu akan dapat dikenali bila seseorang berusaha untuk menjalin keterhubungan dengan Allah dan tidak mengikuti semua keinginan jasadiahnya, yang diungkapkan dengan istilah shalat dan menyembelih. Menyembelih itu adalah mematikan hasrat badaniah untuk mencari jalan menuju Allah. Melalaikan Allah akan membuat seseorang terombang-ambing dalam kebenaran dan kesalahan nisbi kehidupan dunia, tidak dapat melihat arah yang hakiki, dan selalu mengikuti keinginan jasadiah akah menutup mata seseorang terhadap kebenaran. Dengan shalat dan sembelihan seseorang akan dapat mengenali kebenaran di antara kehidupan yang nisbi.

Makhluk langit diberi jalan yang lebih aman melalui para makhluk yang lebih dekat dan taat kepada Allah, tetapi mereka akan berada dalam kedudukan yang tetap. Sebagian makhluk langit tersesat dalam pikirannya sehingga tersesat dalam memilih jalan kepada tuhannya, sedangkan manusia diberi beban kehidupan jasmaniaH, tetapi dapat memperoleh jalan kepada Allah melalui dirinya sendiri. Itu adalah keutamaan yang diberikan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia terjebak dalam kehidupan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar