Pencarian

Rabu, 01 April 2020

Cahaya Allah dan Rumah Tangga




Pernikahan merupakan sebuah sunnah rasulullah SAW yang sangat ditekankan. akan terbuka hal besar bagi setiap manusia melalui pernikahan. Pernikahan menjadi setengah bagian dari agama yang akan mengantarkan seseorang untuk mengenal Allah. Perintah menikah merupakan suatu ajaran yang sangat tinggi bagi umat islam. Rasulullah SAW sangat menekankan kepada umatnya untuk menikah.


Ulama yang mengikuti ajaran rasulullah SAW akan mengetahui ketinggian derajat pernikahan untuk mengikuti rasulullah, di manapun ulama itu berada. Di jawa misalnya, sebuah pupuh mengungkapkan tingginya kedudukan menikah bagi agama seseorang.


SS Dhandang Gula 193

Wuryaning reh kang arsa jinarwi              Ajaran tinggi yang akan diterangkan adalah
tata krama tumraping sujalma                   tata krama bagi manusia
kang arsa amirengake                                yang ingin mendengarkan
sabda kang langkung luhur                        sabda yang sangat luhur
ingkang mijil saking kang Gusti                yang muncul dari Gusti
tumraping tata cara                                    Dalam hal tata cara
ingkang arsa muruk                                   yang akan mengajarkan
wulang reh ingkang agama                        ajaran utama agama
tumanduk ing tatananing laki rabi             Yang harus dilakukan dalam tatanan suami istri
manut Agama Islam.                                  menurut agama islam


Terlepas dari bahasa yang mungkin tidak terlalu dikenal dalam khazanah keilmuan islam modern, pupuh tersebut mencerminkan pengetahuan yang dalam tentang sunah rasulullah berupa pernikahan. Pupuh tersebut menjelaskan tentang pernikahan yang akan mengantarkan seseorang untuk memahami agama, sebagai setengah bagian dari agama yang akan mengantarkan seseorang untuk memperoleh agamanya. 


Kondisi  Pengenalan Cahaya Allah

Dikatakan dalam pupuh tersebut bahwa pernikahan merupakan tata cara bagi seseorang yang ingin mendengar sabda yang sangat luhur yang muncul dari Gusti. Ini merupakan turunan dari Alquran yang menerangkan tentang pengenalan terhadap cahaya Allah.



فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ ٣٦ رِجَالٞ لَّا تُلۡهِيهِمۡ تِجَٰرَةٞ وَلَا بَيۡعٌ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَإِقَامِ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِيتَآءِ ٱلزَّكَوٰةِ يَخَافُونَ يَوۡمٗا تَتَقَلَّبُ فِيهِ ٱلۡقُلُوبُ وَٱلۡأَبۡصَٰرُ ٣٧ [ النّور:36-37]


Di rumah-rumah yang telah Allah ijinkan untuk ditinggikan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, [An Nur:36] laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. [An Nur:37]


Dua ayat di atas menjelaskan tentang dua keadaan sebagai syarat pengenalan terhadap cahaya Allah, yaitu tentang rumah dan tentang laki-laki. Dalam usaha mengenal cahaya Allah, terbentuknya rumah yang mendapatkan ijin Allah untuk dilakukan di dalam rumah itu meninggikan dan dzikir asma-Nya merupakan sebuah kunci agar usaha pengenalan itu berhasil dilakukan.


Terbentuknya rumah ini disebutkan mendahului penyebutan tentang laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengenal cahaya Allah, bertindak mengikuti sunnah rasulullah SAW dengan membentuk rumah tangga yang baik mempunyai kedudukan lebih didahulukan daripada (atau setidaknya sama pentingnya dengan) membentuk kualitas intrinsik diri seorang laki-laki.


Rumah dalam ayat di atas merujuk pada rumah tangga. Surat Annuur banyak berbicara tentang pentingnya rumah tangga bagi agama. Ibrahim a.s memerintahkan Ismail a.s agar mengganti pintu rumah, sedangkan yang dimaksud adalah mengganti istri. Rumah tangga yang baik merupakan sebuah kunci yang paling utama untuk mengenal cahaya Allah, yaitu rumah tangga yang Allah ijinkan untuk ditinggikan asma-Nya dan diingat asma-Nya di dalamnya. Hal ini dijelaskan dalam pupuh di atas, yang menyebut bahwa pernikahan merupakan sarana untuk dapat mendengar perintah yang muncul dari Gusti. Ini menjelaskan tentang kedudukan rumah tangga yang baik sebagai kunci untuk mengenal cahaya Allah. Tanpa rumah tangga yang baik, cahaya Allah akan sulit untuk dapat dikenali.


Laki-laki menjadi tokoh kunci dalam pengenalan kepada Allah, yaitu laki-laki yang mempunyai keinginan untuk mengenal cahaya Allah. Dalam pupuh tersebut disebutkan bahwa laki-laki tersebut adalah orang yang berkeinginan untuk mendengarkan sabda yang sangat luhur dari Gusti. Tanpa sebuah keinginan untuk mendengar sabda dari Gusti, laki-laki itu tidak akan berkembang menjadi seseorang yang mengenal cahaya Allah. 

Laki-laki dan Rumah Tangga


Di dalam alquran, kualifikasi laki-laki yang mengenal cahaya Allah itu dijelaskan secara lebih lengkap. Laki-laki tersebut tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah , dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Ini adalah kualifikasi tentang laki-laki yang mengenal cahaya Allah. Yang menjadi permulaan dari semua kualifikasi ini sebagaimana disebutkan dalam pupuh di atas, adalah laki-laki yang ingin mendengarkan sabda yang sangat luhur dari Gusti. Sikap ini merupakan sikap mengingat (dzikir) Allah. Pupuh tersebut menunjukkan permulaan dari keseluruhan kualifikasi yang lain, sedangkan untuk memperoleh kualitas keseluruhan harus berjalan dengan berpegang kepada Alquran.


Bila seorang laki-laki tidak berhasil dalam membina rumah tangga, sedangkan orang tersebut telah menempuh perjalanan untuk mengenal cahaya-Nya, Allah tidak akan mendzalimi laki-laki tersebut. Allah akan memperkenalkan cahaya-Nya kepada laki-laki itu, akan tetapi laki-laki itu sulit untuk dikenal oleh umatnya. Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa nabi Nuh a.s dan nabi Luth a.s, dimana mereka berdua merupakan orang-orang yang mengenal cahaya Allah, akan tetapi istri mereka berkhianat sehingga umat mereka tidak mampu mengenali cahaya Allah yang turun bagi mereka.


Dalam serat yang sama, ulama tersebut menuliskan sebuah bait dalam pupuh yang secara tidak langsung menjelaskan tentang keadaan laki-laki yang mengalami hal tersebut.


SS Sinom no 193

Nurcahya iku rawuhnya                          nur cahaya (cahaya di atas cahaya) itu datangnya
tan ana kang bisa ngerti                          tidak ada yang bisa mengerti
nanging bisa dipun rasa                          tapi bisa dirasakan
kinanthi kang jiwa resik                          melalui jiwa yang bersih
arsa pirsa ingkang ghaib                        akan mengetahui yang ghaib
winuruk kabeh kang ilmu                        diajar semua ilmu
yaiku tandha ingkang nyata                    Itulah tanda yang nyata
lamun sira sampun panggih                    jika engkau sudah bertemu
jiwanira rinengga kang nur lan cahya.   jiwamu yang dihiasi nur dan cahaya

Cahaya di atas cahaya itu akan hadir tanpa ada yang mengetahui. Bahkan boleh jadi laki-laki yang bersangkutan tidak mengetahui kehadiran cahaya di atas cahaya itu, tetapi hanya bisa merasakan melalui jiwanya. Peristiwa kehadiran cahaya di atas cahaya ini adalah peristiwa seorang laki-laki mengenal diri sendiri, dimana dengan mengenal diri sendiri maka dirinya mengenal rabb-nya. Cahaya di atas cahaya itu adalah cahaya pengenalan seseorang terhadap cahaya Allah.

Dalam Al-quran, hadirnya cahaya di atas cahaya ini adalah sebuah fathan mubiina, peristiwa dimana Allah membuka kesadaran seseorang terhadap sebuah kenyataan yang sangat jelas. Akan diperlihatkan shirat al mustaqim bagi dirinya, sehingga dirinya dapat berjalan di atas shirat al mustaqim.


إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحٗا مُّبِينٗا ١ لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ وَيَهۡدِيَكَ صِرَٰطٗا مُّسۡتَقِيمٗا ٢ وَيَنصُرَكَ ٱللَّهُ نَصۡرًا عَزِيزًا ٣ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنٗا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا ٤ [ الفتح:1-4]


1. Sesungguhnya Kami telah membukakan kepadamu keterbukaan yang nyata, [Al Fath:1]
2. supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan menunjukkan kamu jalan yang lurus, [Al Fath:2]
3. dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat [Al Fath:3]
4. Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, [Al Fath:4]

Pengenalan seseorang terhadap diri sendiri, atau ma’rifatu an-nafs ini dikenal dalam terminologi jawa sebagai bertemu diri. Ini adalah padanan dari istilah ma’rifatu an-nafs. Secara umum, peristiwa ini ditandai dengan hadirnya sang jiwa kepada dirinya sendiri sehingga seseorang mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Akan terbuka pengetahuan sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat dalam surat alfath tersebut.

Tetapi dalam kasus ma’rifatu an-nafs di rumah tangga yang rusak, mungkin tidak berlaku pertanda yang jelas demikian. Cahaya di atas cahaya itu akan hadir tanpa diketahui oleh seorangpun, termasuk oleh diri yang bersangkutan. Hanya akan terjadi keterbukaan kesadaran dalam diri laki-laki yang bersangkutan tentang segala sesuatu yang disebutkan oleh ayat dalam surat al-fath tersebut. Dirinya mengerti dengan jelas banyak hal yang terkait shirat al mustaqim bagi dirinya.

Hal ini kadangkala membingungkan termasuk bagi laki-laki itu. Laki-laki itu akan melihat bahwa jiwanya belum tumbuh hingga tingkatan yang layak, dan tanpa tanda sesuatupun tiba-tiba mengenal banyak hal terkait tentang penciptaan dirinya. Laki-laki ini akan menjadi bahan ejekan dan olok-olok bagi masyarakat di sekitarnya bila berbicara tentang kebenaran yang dikenalnya. Tidak ada yang mengetahui kedatangan cahaya di atas cahaya pada seorang laki-laki yang tidak berhasil membangun rumah tangganya. Rumah tangga yang diijinkan Allah untuk ditinggikan dan didzikirkan asma-Nya itu harus terbentuk agar cahaya Allah itu dapat dikenal.

Pupuh sinom tersebut di atas menjelaskan dan menegaskan bahwa peristiwa keterbukaan bagi seorang laki-laki itu merupakan tanda yang nyata, bahwa laki-laki itu telah bertemu dengan jiwanya yang berhias cahaya-cahaya.

              yaiku tandha ingkang nyata                       Itulah tanda yang nyata
              lamun sira sampun panggih                       jika engkau sudah bertemu
              jiwanira rinengga kang nur lan cahya.      Jiwamu yang dihiasi nur dan cahaya



Ini sebenarnya merupakan standar yang lebih pasti tentang pengenalan diri seorang laki-laki terhadap cahaya Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat al-fath. Seorang laki-laki yang mengenal cahaya Allah boleh jadi akan bertemu dengan jiwanya, tetapi bisa juga cahaya di atas cahaya itu datang tanpa diketahui oleh seorangpun termasuk dirinya sendiri. Hal yang pasti terjadi bila cahaya di atas cahaya itu datang, Allah membukakan kesadaran tentang dirinya yang sebenarnya.

Rumah tangga yang diijinkan Allah adalah kunci agar pengenalan seorang laki-laki terhadap cahaya Allah dapat diketahui sehingga bisa dilihat oleh berbagai makhluk, tidak hanya tersimpan dalam diri seorang laki-laki. Seorang laki-laki akan dianugerahi pengenalan terhadap cahaya Allah bila Allah berkenan, tetapi cahaya itu tidak akan dapat dikenali makhluk yang lain bila rumah tangganya tidak baik. Para istri merupakan kunci bagi mengalirnya khazanah Allah yang dikenali suaminya bagi semesta mereka. Tanpa istri yang baik, seorang suami akan tersingkir dari percaturan duniawi, hanya akan memperoleh jalan bagi akhiratnya saja.

Selain itu, istri merupakan ladang bagi pertumbuhan jiwa suaminya. Bila rumah tangga rusak, jiwa seorang suami tidak akan tumbuh dengan baik sekalipun Allah berkenan untuk melimpahkan cahaya di atas cahaya bagi suaminya. Dalam kasus demikian, pengetahuan suaminya sebenarnya banyak, tetapi tidak mempunyai keterampilan untuk mewujudkannya bagi semesta mereka. Yang mampu diwujudkan sangatlah terbatas sesuai dengan kemampuan jasadiahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar