Pencarian

Kamis, 02 April 2020

Pemakmuran Bumi melalui Rumah Tangga


Setiap manusia diciptakan untuk menjadi seorang khalifatullah di muka bumi. Khalifatullah adalah seorang wakil Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi sesuai dengan kehendak Allah.

Untuk menjadi khalifatullah, seseorang harus mengenal cahaya Allah. Tanpa mengenal cahaya Allah, seorang manusia tidak bisa menjadi seorang khalifatullah. Manusia hanyalah makhluk yang diciptakan dari tanah di alam yang paling jauh dari sumber segala cahaya, akan tetapi diberi potensi untuk bisa mengenal cahaya Allah. Akan tetapi itu hanya diberikan kepada orang yang Allah kehendaki.

Allah memberikan petunjuk kepada manusia yang dikehendaki kepada cahaya-Nya. Cahaya itu berupa cahaya di atas cahaya. Allah membuat bentuk-bentuk turunan dari cahaya-Nya hingga pada tingkatan yang bisa dikenal oleh seorang makhluk berakal, dalam wujud cahaya di atas cahaya. Itu hanyalah permisalan dari cahaya-Nya bagi manusia. Sekalipun cahaya itu berada di atas cahaya, sebenarnya tidak ada seorang makhlukpun yang dapat mengenal Dia yang sesungguhnya. Rasulullah SAW adalah makhluk yang mengenal permisalan cahaya-Nya pada tingkatan yang tertinggi. 


نُّورٌ عَلَىٰ نُورٖۚ يَهۡدِي ٱللَّهُ لِنُورِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَٰلَ لِلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٞ ٣٥ [ النّور:35]

Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [An Nur:35]

Manusia yang diberi petunjuk kepada cahaya-Nya adalah seorang laki-laki yang berada dalam rumah tangga yang diijinkan Allah untuk ditinggikan dan disebut nama-Nya di dalam rumah itu. Allah memberikan petunjuk kepada cahaya-Nya bila  laki-laki dan rumah tangganya itu meniru rupa,  menjadi sebuah bentuk turunan dari permisalan cahaya Allah dalam wujud yang paling nyata bagi makhluk di alam bumi. Bila pasangan suami istri berjalan menuju Allah, pada tingkatan tertentu Allah akan mengijinkan rumah tangga itu menjadi rumah tangga yang representatif untuk meninggikan asma-Nya dan menyebut asma-Nya.


فِي بُيُوتٍ أَذِنَ ٱللَّهُ أَن تُرۡفَعَ وَيُذۡكَرَ فِيهَا ٱسۡمُهُۥ يُسَبِّحُ لَهُۥ فِيهَا بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأٓصَالِ ٣٦ [ النّور:36-36]

Di rumah-rumah yang telah Allah ijinkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, [An Nur:36]

Keberpasangan manusia merupakan tangga yang paling jelas untuk mengenal Allah. Keberpasangan itu merupakan turunan cahaya Allah yang paling mudah dikenal dan dikelola oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal Sang Maha Pencipta yang tidak menyerupai sesuatupun. Karenanya setiap manusia harus menikah.

Allah menciptakan manusia dari jiwa yang berpasang-pasangan, dan jasad manusiapun diciptakan berpasang-pasangan. Demikian pula ternak dibuat berpasang-pasangan. Ada perbedaan dalam setiap keberpasangan, dan perbedaan itu saling melengkapi. Dengan keberpasangan itu maka seseorang dapat berkembang, baik berkembang dalam bentuk anak-anak maupun berkembang jiwanya untuk mengenal cahaya Allah. Dengan perkembangan itu maka seseorang akan memiliki pengetahuan tentang cahaya Allah hingga mengetahui ufuknya bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat mengenal Dia, dan tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. 


فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١١ [ الشورى:11-11]

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Ash-Shura:11]

Untuk mengenal itu, seseorang harus berkembang jiwa dan raganya. Dengan pengetahuan tentang cahaya Allah maka seseorang dapat menjadi khalifatullah di bumi. Tanpa pengetahuan tentang cahaya Allah, seseorang tidak dapat digolongkan sebagai khalifatullah. Kebanyakan orang bertindak hanyalah berdasarkan hawa nafsu sendiri, tidak bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Demikian pula bila seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang cahaya Allah tidak (dapat) bertindak di bumi, maka orang tersebut tidak tergolong dalam khalifatullah.


Rumah Tangga Yang Thayyib




Untuk menjadi seorang khalifatullah, setiap orang diciptakan secara berpasangan. Laki-laki adalah pemilik akal yang kuat untuk memahami kehendak Allah, sedangkan perempuan merupakan pemimpin alam jasadiah. Jati diri seorang laki-laki akan mewujud melalui diri istrinya. Gambaran paling jelasnya adalah terlahirnya anak-anak dari seorang laki-laki melalui istrinya. Dengan pernikahan akan terbentuk penyatuan yang memanifestasikan kehendak Allah hingga alam jasadiah. Peran khalifatullah hanya dapat terwujud melalui pernikahan. 


وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَجَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَزۡوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةٗ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِۚ أَفَبِٱلۡبَٰطِلِ يُؤۡمِنُونَ وَبِنِعۡمَتِ ٱللَّهِ هُمۡ يَكۡفُرُونَ

QS An-Nahl : 72. Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jiwa kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka apakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Seorang ulama mengatakan bahwa pernikahan adalah sarana yang diberikan bagi orang-orang yang berkeinginan untuk mendengar sabda dari Gusti. Mendengar sabda merupakan salah satu wujud at-thayyibat. Rezeki akan tercurah bagi pasangan yang menikah melalui at-thayyibat yang terbentuk.

Penting bagi setiap orang untuk berusaha membentuk ath-thayyibat ini sejak sebelum pernikahan. Orang-orang beriman seharusnya mendapatkan penglihatan terhadap calon pasangannya sebelum melakukan pendekatan. Penglihatan ini merupakan petunjuk awal bagi seorang mukmin ataupun mukminat untuk membentuk at-thayyibat. Penglihatan ini dapat berupa melihat ataupun merasakan. Sebagaimana Musa a.s melihat api, seorang yang mengalami penglihatan seharusnya mencari pengetahuan tentang penglihatan itu agar informasi tentang calon pasangan itu menjadi  lebih jelas.

Penglihatan itu bila telah jelas maknanya,  harus diuji dengan melakukan pendekatan kepada calon pasangannya. Sebuah penglihatan tentang calon pasangan bisa menjadi penguji pertama, apakah seseorang patuh terhadap petunjuk Allah atau lebih mengikuti hawa nafsu sendiri. Juga tidak jarang penglihatan itu hanya sebuah ledakan hawa nafsu yang menginginkan seorang pasangan tertentu. Ujian berikutnya harus dilakukan dengan melakukan pendekatan. Calon pasangannya seharusnya memiliki penglihatan yang sama atau setara. Bila calon pasangannya tidak memiliki penglihatan yang sama, barangkali ia memerlukan waktu untuk mendapatkan penglihatan yang sama, atau keduanya tidak berjodoh dan penglihatan itu hanya sebuah ledakan hawa nafsu.

Bila keduanya memiliki penglihatan yang sama, maka itu harus diikuti keduanya. Itu adalah langkah awal membentuk ath-thayyibat. Penolakan terhadap petunjuk itu adalah sebuah kekufuran terhadap nikmat Allah. Keimanan orang yang menolak itu sebenarnya mengkhawatirkan,  mendekati keimanan terhadap kebathilan. Allah mempertanyakan : Maka apakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Namun perlu diperhatikan bahwa di antara jenis-jenis penglihatan, ada penglihatan yang sebenarnya merupakan kenyataan di alam jiwa, bukan petunjuk yang diturunkan Allah. Ada banyak  orang yang jiwanya mempunyai kemampuan untuk berjalan-jalan tanpa raganya. Hal itu memungkinkan terjadinya pertemuan jiwa dengan jiwa bahkan hingga dapat terjadi pelanggaran syariat. Pertemuan itu tidak boleh terjadi dengan melanggar syariat karena dapat merusak jiwa mereka. Jiwa tetaplah terikat dengan hukum syariat. Hal itu bukan sebuah penglihatan yang sifatnya petunjuk yang diturunkan.

Bila kedua orang  yang mendapat petunjuk tersebut menikah, keduanya telah mendapatkan bentuk kehidupan yang tepat. Laki-laki itu mendapatkan aspek jasadiah yang tepat bagi akalnya, dan perempuan itu mendapatkan akal yang tepat bagi khazanah jasadiah yang dibawanya. Laki-laki akan berkembang akalnya bersama istrinya, dan istri mendapatkan rezeki langit melalui suaminya.

Jalan rezeki akan terhampar bagi mereka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang turun bagi mereka. Itu adalah ath-thayyibat. Pernikahan itu akan menjadi sarana bagi orang yang ingin mendengarkan firman Allah.

ٱللَّهُ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ قَرَارٗا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءٗ وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمۡۖ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ

QS Ghafir : 64. Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai bangunan, dan memberikan kamu shurah (citra) lalu membaguskan shurahmu serta memberi kamu rezeki dari yang baik-baik (Ath-Thayibaat). Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam.

Jiwa mereka juga akan berkembang bila mereka mengikuti petunjuk-petunjuk Allah. Allah akan memperbaiki keadaan jiwa mereka hingga mencapai citra (shurah) yang sebaik-baiknya. Pada puncak keadaannya, Allah akan memberikan shurah kepada jiwanya dalam bentu shurah ar-rahmaan. Itu adalah cahaya di atas cahaya yang diberikan kepada seorang mukmin.

Tanpa sebuah pernikahan, memperoleh cahaya di atas cahaya bukanlah hal yang mudah samasekali. Pernikahan itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Syaitan menjadikan pernikahan sebagai sasaran utama untuk membuta fitnah bagi umat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar