Pencarian

Rabu, 08 Februari 2023

Membina Persaudaraan

Allah SWT memerintahkan umat islam dan orang-orang beriman untuk tidak berpecah belah dan untuk membangun persatuan dalam persaudaraan. Keberhasilan membangun persaudaraan merupakan indikator bahwa Allah menjauhkan umat tersebut dari tepi jurang neraka. Akan tetapi persatuan itu tampaknya tidak mudah untuk terwujud di antara umat islam. Seringkali suatu golongan menyeru umat islam dan orang-orang beriman untuk bersatu, tetapi sebenarnya seruan itu hanya menyeret manusia pada golongan mereka, dan memusuhi golongan yang lain. Manakala umat islam dan orang-orang beriman berada pada keadaan bercerai berai dan bermusuh-musuhan, pada dasarnya mereka bukanlah termasuk dalam golongan yang diselamatkan Allah dari tepi jurang neraka.

﴾۳۰۱﴿وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menyusun hati-hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran : 103)

Persaudaraan itu hanya akan terbentuk di atas Alquran, tidak bergantung pada tafsir seseorang atau suatu golongan yang mendakwahkan kebenaran mereka. Banyak penjelasan manusia yang dapat membuat seseorang memahami Alquran, tetapi penting diperhatikan bahwa penjelasan itu tidak melenceng dari setiap firman Allah dalam Alquran. Banyak golongan yang dibangkitkan syaitan untuk menyesatkan manusia. Setiap golongan yang berusaha menyesatkan manusia akan menunjukkan klaim-klaim kebenaran mereka untuk menyembunyikan kesesatan dalam ajaran mereka. Mereka itu akan menjadi yang paling keras mengklaim kebenaran tanpa menunjukkan makna kebenaran dalam Alquran. Seringkali mereka menunjukkan kedudukan diri mereka sebagai orang yang paling memahami dan paling mengikuti langkah ahlus-sunnah, dan menjadikan manusia objek seruan mereka sebagai golongan awam agar tidak mempunyai keberanian berusaha memahami Alquran kecuali dengan pemikiran golongan mereka. Klaim kebenaran mereka dan metode mereka menyeru akan menjadikan umat islam dan orang beriman bercerai-berai dan bermusuh-musuhan.

Orang yang paling dekat pada sikap menyeru pada kebenaran adalah orang yang mengajak setiap orang untuk membuka pemahaman masing-masing tentang Alquran dengan berlandaskan pada pensucian nafs dan persaudaraan di atas kebenaran. Setiap orang harus memiliki pemahaman terhadap Alquran sebagai firman Allah kepada setiap hamba-Nya, di atas landasan kesucian jiwa dengan tujuan membentuk persaudaraan bersama orang-orang beriman. Pada dasarnya setiap orang akan dapat memahami Alquran yang menjadi bagian bagi mereka, dengan pemahaman sesuai dengan jati diri masing-masing. Perbedaan pemahaman satu orang dengan orang lain seharusnya tidaklah menunjukkan perselisihan, tetapi karena adanya perbedaan jati diri masing-masing. Pemahaman seseorang terhadap ayat Alquran dapat bernilai benar bila dipahami di atas landasan kesucian jiwa dan pemahamannya tidak mengarah pada perselisihan dan permusuhan, tetapi mengarah pada persaudaraan.

Allah-lah yang menyusun hati-hati orang beriman untuk menjadi bagian dari al-jamaah hingga mereka mengetahui persaudaraan. Manakala suatu kelompok bercerai-berai dan bermusuhan, mereka bukanlah orang yang disusun hatinya untuk membentuk persaudaraan. Boleh jadi mereka mengira dapat mempersatukan hati-hati manusia, sedangkan Allah-lah yang menyusun hati orang beriman. Allah menyusun hati-hati orang beriman secara berangsur-angsur karena keadaan manusia harus berubah lebih baik berangsur, demikian hingga mereka mencapai persaudaraan yang sesungguhnya. Bila seseorang tidak mengetahui kedudukan diri dalam al-jamaah, hal ini menunjukkan qalb mereka belum benar-benar tersusun dalam persaudaraan.

Yang mengawali langkah tersusunnya qalb seorang hamba adalah nikmat Allah. Nikmat Allah dilimpahkan kepada setiap orang beriman, baik ketika seseorang masih berada pada tepi jurang neraka permusuhan dan bercerai-berai, ataupun ketika telah bergerak mendekat kepada Allah. Apabila seorang hamba mensyukuri setiap ketentuan yang diberikan Allah kepadanya dengan mentaatinya, maka hatinya akan tersusun sedikit demi sedikit, hingga akhirnya hati mereka akan tersusun dalam al-jamaah dengan sebenar-benarnya. Itu adalah nikmat yang diberikan Allah kepada seluruh manusia. Tanpa mensyukuri ketentuan yang diberikan Allah, tidak ada celah bagi seorang hamba untuk menempuh langkah menyusun hati mereka.

Terdapat nikmat dengan tingkatan lain yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya, yang ditandai dengan munculnya pengetahuan tentang kedudukan mereka dalam al-jamaah mengikuti Rasulullah SAW hingga mereka mengetahui makna persaudaraan yang sesungguhnya. Nikmat yang kedua ini dapat menjadi indikasi bahwa seseorang telah diselamatkan Allah dari jurang neraka. Tanpa nikmat jenis demikian, boleh jadi seseorang tergelincir menuju neraka dalam langkah mereka mengikuti Rasulullah SAW.

Persaudaaran Muslimin

Perjalanan mengikuti Rasulullah SAW ditempuh sejak seseorang menyatakan kalimah syahadat. Mereka menjadi golongan muslimin dengan kedua kalimat syahadat itu. Orang-orang muslim merupakan kelompok orang yang berada pada tepian jurang neraka, walaupun mereka tidak berada di jurang neraka akan tetapi kehidupan mereka berada dekat dengan neraka. Mereka dapat bergerak menjauh dari tepian jurang neraka bila mereka bersungguh-sungguh mencari dan mengikuti petunjuk untuk mendekat kepada Allah. Bila tidak, mereka akan mudah untuk terjerumus kepada neraka.

Terdapat sebuah ketentuan bagi setiap orang muslim dalam masalah persaudaraan. Kaum muslimin merupakan saudara di antara mereka. Satu muslimin merupakan saudara bagi muslim lain. Dengan persaudaraan itu diharamkan bagi seorang muslim terhadap muslim lainnya untuk mendzalimi, meninggalkan tidak mempedulikannya dan menghinakannya. Ketika seseorang berbuat sesuatu dengan tujuan buruk bagi saudaranya, ia telah mendzaliminya. Bila seseorang tidak memperhatikan ketika mengetahui saudaranya dalam kesulitan, ia telah meninggalkannya. Bila seseorang menjadikan saudaranya dipandang hina oleh orang lain, ia telah menghinakannya. Hal-hal demikian merupakan perbuatan yang diharamkan oleh Rasulullah SAW bagi setiap umatnya, sebagai dasar yang menjadi landasan persaudaraan mengikuti Rasulullah SAW.

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنَا. يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ : بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzaliminya, meninggalkannya dan tidak pula meremehkannya. Taqwa adalah di sini. – Beliau menunjuk dadanya sampai tiga kali-. (kemudian beliau bersabda lagi:) Cukuplah seseorang dikatakan jahat bila menghina saudaranya sesama muslim. Seorang Muslim terhadap Muslim lain; haram darahnya, kehormatannya dan hartanya. [HR. Muslim]

Mentaati ketentuan dasar tersebut merupakan landasan ketakwaan. Melanggar ketentuan itu menunjukkan rendahnya kualitas ketakwaan seorang muslim. Umat manusia tidak boleh mengukur ketakwaan berdasarkan tampilan yang ditunjukkan orang lain dengan mencederai landasan persaudaraan, baik dengan tampilan sikap palsu ubudiyah ataupun klaim-klaim ketakwaan oleh seseorang. Ketakwaan seseorang bernilai buruk walaupun ia mengatakan ketakwaan dirinya atau bersikap dengan ketaatan syariat yang ketat, sedangkan ia tidak mentaati landasan persaudaraan dengan muslim lainnya.

Rasulullah SAW menekankan pentingnya ketakwaan dalam urusan ini. Beliau SAW menunjukkan ke dada beliau sendiri hingga tiga kali (3x) dengan bersabda : Taqwa adalah di sini. Seseorang tidak bisa mengukur ketakwaan orang lain melalui tampilan-tampilannya atau pengakuan-pengakuannya. Ketakwaan itu ada di dalam dada. Seseorang yang dengan hatinya memperhatikan saudaranya dengan prinsip persaudaraan yang disabdakan Rasulullah SAW lebih berhak dikatakan bertakwa daripada orang yang menyukai untuk menampilkan pakaian ketakwaan secara dzahir atau melakukan pengakuan-pengakuan tentangnya.

Ada sebuah batas kejahatan yang ditunjukkan melalui prinsip persaudaraan. Cukuplah seseorang dikatakan sebagai orang jahat manakala ia melakukan penghinaan kepada saudaranya muslim. Manakala seseorang membuat seorang muslim terjatuh sebagai orang hina dalam pandangan manusia, maka hal itu menunjukkan bahwa seseorang tersebut jahat. Ada kesombongan dalam diri orang tersebut yang menjadikannya merasa lebih mulia dari yang dihina, mungkin pula dari orang-orang seluruhnya, dan hal itu adalah sebuah kejahatan baik terlahir atau tidak. Manakala seseorang melahirkan kesombongannya dengan menghina seorang muslim, telah cukuplah tanda bagi manusia bahwa orang yang sombong tersebut adalah orang jahat. Sangat banyak kandungan kejahatan yang dapat diselipkan syaitan pada seseorang yang menghina muslim lainnya. Seorang Muslim terhadap Muslim lain haram darahnya, kehormatannya dan hartanya.

Persaudaraan di antara Mukminin

Prinsip persaudaraan di antara muslimin harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap orang agar mereka dapat mengikuti langkah Rasulullah SAW hingga mengenal kedudukan diri mereka dalam al-jamaah. Orang-orang muslim yang berupaya dekat kepada Allah menjauh dari tepi jurang neraka mengikuti Rasulullah SAW termasuk dalam golongan orang-orang beriman. Mereka adalah kaum mukminin yang memperoleh cahaya iman dengan hati mereka. Bila mereka terus mencari petunjuk Allah dan mentaatinya, maka mereka akan memperoleh nikmat berupa pengetahuan tentang kedudukan mereka dalam al-jamaah dalam mengikuti Rasulullah SAW.

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًاوَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ
Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana bangunan, satu sama lain saling menguatkan. Dan (Rasulullah SAW) menjalinkan jari-jemari kedua tangannya. (HR Muttafaq ‘alaihi).

Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya laksana bangunan, satu dengan lainnya saling menguatkan. Muslimin yang terus berusaha mencari petunjuk Allah dan mengikutinya akan menemukan keadaan mengenal penciptaan diri sendiri. Dengan mengenal dirinya, mereka mengetahui fungsi dirinya bagi orang-orang lain, dan kemudian mereka mengetahui bahwa saudara-saudara mereka al-mukminin juga memperkuat fungsi dirinya dalam menunaikan kehendak Allah. Mereka itulah yang termasuk dalam golongan al-mukminin.

Bangunan yang harus dibentuk oleh jamaah al-mukminun adalah bangunan agama yang telah disempurnakan ketika Rasulullah SAW selesai diutus. Setiap orang mukmin seharusnya menemukan fungsi dirinya untuk menampilkan agamanya secara berjamaah bersama kaum almukminin lainnya, satu dengan lain berjalin berkelindan saling memperkuat kedudukan mereka. Hal demikian harus dimulai dengan mentaati prinsip persaudaraan di antara muslimin sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.

Ketika menerangkan demikian, Rasulullah SAW menjalinkan jari-jemari kedua tangannya. Fungsi satu orang mukmin terhadap mukmin yang lain sebenarnya berjalin berkelindan satu dengan yang lain, ibarat suatu kain disusun dari benang-benang yang banyak. Manakala seseorang mengenal penciptaan dirinya, orang lain dapat memperhatikan pola kain yang harus dibentuk, maka ia akan dapat mengenali pula fungsi penciptaan dirinya. Hal itu dapat dilakukan bila ia memperhatikan sungguh-sungguh petunjuk-petunjuk Allah dalam Alquran yang menjadi bagian dirinya. Bila ia hanya mengikuti saja orang lain tanpa mencari firman Allah, ia tidak akan menemukan nikmat Allah yang harus disyukurinya, dan dengan demikian barangkali Allah tidak akan menyusun hatinya untuk menjadi bersaudara dalam al-jamaah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar