Pencarian

Minggu, 26 Februari 2023

Masuk Islam Secara Kaffah

Allah menciptakan manusia di bumi agar mereka menjadi pemakmurnya. Untuk memenuhi hal itu, manusia harus bertaubat kepada Allah agar mereka mengetahui kehendak Allah yang harus mereka lakukan di muka bumi. Tanpa berusaha kembali kepada Allah, manusia hanya akan terjebak dalam fenomena-fenomena parsial yang terjadi pada semesta mereka. Apa yang sebenarnya terjadi tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh seseorang bila tidak bertaubat kepada Allah. Sekalipun setiap orang hanya melakukan segala amalnya sebagai bagian parsial dari keseluruhan, akan tetapi hendaknya mereka memperoleh pemahaman terhadap kebenaran universal untuk melakukan amal yang parsial. Hal itu dapat diperoleh bila mereka bertaubat kembali kepada Allah.

Manusia tidak dapat memahami keseluruhan kebenaran universal, akan tetapi dapat memahami bagian dari kebenaran universal secara benar. Itu adalah bagian yang harus dipenuhi oleh setiap diri manusia agar ia dapat menjadi pemakmur bumi. Pemahaman itu dapat diperoleh dengan benar bila seseorang sepenuhnya berpegang pada segala sesuatu yang diturunkan Allah secara haqq bagi umat manusia melalui jalan yang Dia tentukan. Kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW adalah panduan yang tidak ada sedikitpun kesalahan di dalamnya.

Selain kedua tuntunan mulia tersebut, sangat banyak hal yang dapat memberikan pemahaman kepada manusia karena kandungan Al-haqq yang disertakan Allah pada segala sesuatu. Akan tetapi sangat banyak potensi kesalahan yang mungkin timbul dari upaya seseorang memahami semesta mereka. Pemahaman yang sangat berpotensi  benar adalah pemahaman yang memperhatikan hubungan fenomena kauniyah dengan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Melalui metode tersebut, seseorang dapat memperoleh jalan memahami alam semesta mereka secara haqq sehingga memahami kehendak Sang Khalik dalam menciptakan mereka, walaupun dapat pula mereka memahami secara keliru. Hubungan yang kuat dalam pemahaman antara ayat kauniyah dan kitabullah akan dapat diketahui oleh manusia manakala mereka membina diri mereka berdasarkan kedua tuntunan mulia.

Orang-orang beriman diperintahkan untuk masuk ke dalam islam secara keseluruhan. Keislaman adalah usaha sungguh-sungguh seseorang untuk memahami dan melaksanakan kehendak Allah bagi dirinya.

﴾۸۰۲﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah : 208)

Ayat tersebut secara khusus berkaitan dengan suatu fase tertentu perjalanan taubat seseorang berupa penuntasan ibadah haji ke baitul haram. Syariat tersebut menggambarkan perjalanan mengikuti millah Ibrahim a.s untuk bertemu Allah dengan berhijrah ke tanah haram dan membangun bayt sebagai sarana melaksanakan pelayanan sebagai hamba Allah yang sebenarnya. Perjalanan taubat yang terkait ibadah haji tersebut adalah proses yang harus dituntaskan dalam pengenalan diri seseorang terhadap penciptaan dirinya. Kemudian setelah itu mereka dapat menjadi hamba Allah melalui pelayanan melalui sarana bait yang harus dibina berdasar pengenalan diri. Walaupun terkait secara khusus tetapi perintah tersebut berlaku pula secara umum.

Manakala seseorang mengenal penciptaan dirinya, dapat digambarkan bahwa ia memasuki tanah haram dirinya. Hendaknya ia terus mengikuti millah nabi Ibrahim a.s membangun bayt untuk meninggikan dan mendzikirkan asma Allah, tidak berhenti pada kiblat pengenalan diri saja atau justru melangkah ke arah lain tanpa upaya mengikuti kehendak Allah. Mereka diperintahkan untuk masuk ke dalam islam secara menyeluruh, yaitu selalu berupaya menemukan dan melaksanakan sepenuhnya kehendak Allah terhadap dirinya, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam kehendak Allah bagi dirinya. Demikian itu yang dimaksudkan dalam perintah Allah kepada orang-orang beriman untuk masuk ke dalam islam secara menyeluruh.

Tidak semua orang beriman dapat memasuki islam secara menyeluruh manakala mereka memasuki tahapan mengenal penciptaan diri mereka. Seringkali mereka harus direpotkan dengan kehidupan dunia selain pelayanan bagi kehendak Allah. Karena hal itu, hendaknya mereka membentuk bayt agar dapat mendzikirkan dan meninggikan asma Allah melalui bayt tersebut. Bayt tersebut adalah kesatuan nafs wahidah dengan segala sesuatu yang terserak bagi dirinya, dimulai dengan penyatuan dengan nafs pasangan hidupnya berupa isterinya. Dengan terbentuknya bayt, maka mereka akan dapat memperoleh sarana untuk memasuki islam secara menyeluruh.

Manakala belum terbentuk bayt demikian, hendaknya mereka tidak menceburkan dirinya dalam kehidupan dunia sepenuhnya tetapi hendaknya berusaha hanya mengambil bagian dunia mereka secukupnya untuk kebutuhan mereka, dan bersungguh-sungguh untuk tetap menemukan dan melaksanakan kehendak Allah yang diperintahkan bagi dirinya, tidak meninggalkannya untuk dunia mereka. Sangat penting diperhatikan tentang terbentuknya bayt agar ia memperoleh sarana untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah di dalamnya, karena hanya dengan bayt demikian seseorang dapat masuk ke dalam islam secara kaffah.

Larangan Mengikuti Syaitan

Di ujung lain perintah tersebut, Allah melarang seseorang untuk mengikuti langkah-langkah syaitan setelah mereka menemukan pengenalan penciptaan diri mereka. Pengenalan tersebut merupakan fase terbitnya matahari bagi seseorang, dan tanduk syaitan akan terbit mengikuti terbitnya matahari tersebut. Syaitan yang terkuat bagi seseorang akan ikut terbit menyamar sebagai matahari bagi mereka, dan sangat banyak syaitan yang akan menyertai syaitan tersebut. Syariat haji harus disertai dengan melempar jumrah, karena kuatnya dan banyaknya syaitan yang harus diusir dari kehidupan seseorang manakala mereka menemukan tanah haram mereka. Bila seseorang mengikuti langkah syaitan tersebut, mereka akan membuat kerusakan yang sangat besar bagi kehidupan manusia di bumi, sedangkan mereka memandang telah berbuat kebaikan.

Kerusakan yang paling utama ditimbulkan oleh seseorang yang mengikuti syaitan adalah kerusakan fungsi perempuan sebagai ladang bagi suaminya, dan kerusakan yang timbul pada generasi penerus mereka. Hal ini terutama terkait dengan bayt yang seharusnya terbentuk oleh seseorang setelah mereka tiba pada tanah haram mereka. Seseorang tidak akan dapat membentuk bayt manakala fungsi ladang pada kaum mukminat bagi suaminya dan generasi penerus dirusak. Selain itu, secara umum kerusakan fungsi ladang tersebut dan kerusakan generasi penerus akan membuat sendi-sendi kehidupan sosial seseorang menjadi lemah dan sendi-sendi kehidupan bangsa akan goyah atau runtuh. Tidak akan kuat suatu bangsa manakala fungsi ladang pada perempuan bagi suaminya dan generasi penerus dirusak.

Kerusakan fungsi perempuan sebagai ladang itu merupakan perilaku syaitan yang paling berbahaya. Fitnah terbesar syaitan akan dimunculkan dengan memisahkan seorang perempuan dari suaminya. Selain dengan cara demikian, sangat banyak rencana-rencana jahat yang akan diperbuat syaitan terhadap umat manusia agar umat manusia menemukan nasib celaka. Seringkali, hampir selalu, mereka menampakkan upaya mereka sebagai kebaikan yang menakjubkan bagi manusia. Mereka adalah musuh yang terbesar bagi manusia, hingga tidaklah pantas seseorang mengikuti langkah-langkah syaitan.

Setiap orang tidak boleh mengikuti syaitan baik secara langsung manakala dirinya memperoleh bisikan-bisikan syaitan, ataupun ketika mengetahui sesuatu dari rencana syaitan melalui orang-orang di sekitar mereka. Setiap orang hendaknya tidak mengikuti rencana-rencana syaitan tersebut. Banyak orang-orang yang mengikuti langkah-langkah syaitan mempunyai perkataan-perkataan yang menakjubkan bagi orang lain sedangkan mereka adalah penentang yang paling keras dengan serangan yang paling merusak umat manusia. Mengikuti orang-orang yang melaksanakan rencana syaitan akan memberikan serangan yang sangat merusak bagi umat manusia.

Upaya menghindari ini membutuhkan pengetahuan. Harus diperhatikan bagi setiap manusia bahwa seluruh kehendak Allah itu selalu terkait dengan Alquran, tidak ada suatu urusan atau perintah Allah yang bersifat independen terhadap Alquran, karena seluruh kehendak Allah dalam penciptaan alam semesta telah difirmankan dalam Alquran. Sifat kehendak Allah adalah kebaikan, dan tidak ada kehendak Allah yang mempunyai sifat sia-sia sekadar kehendak untuk dituruti atau sekadar menguji. Hendaknya setiap pengetahuan tentang kehendak Allah berusaha dipahami kebaikannya dan diperiksa kedudukannya dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW sebelum benar-benar diikuti, atau ia telah tertipu syaitan.

Melawan syaitan adalah hal yang sangat sulit dan seringkali membuat seseorang terlihat seperti orang tidak waras, bahkan sulit untuk menjaga kewarasan diri sendiri manakala melawan syaitan. Manakala seseorang membalas sedikit melampaui apa yang diperbuat syaitan terhadapnya, seringkali ia akan menanggung sendiri perbuatan yang berlebih tersebut. Dalam banyak kasus, orang yang mentaati Allah dalam melawan syaitan seringkali dikatakan sahabatnya sebagai orang gila sebagaimana perkataan manusia terhadap para nabi. Perintah Allah dalam ayat ini bukan untuk melawan syaitan. Perintah Allah yang harus ditaati oleh setiap manusia dalam ayat ini adalah hendaknya mereka tidak mengikuti langkah-langkah syaitan. Untuk perintah demikian ini-pun seseorang seringkali membutuhkan keberanian yang besar untuk mengikuti firman Allah tidak sekadar mengikuti kata-kata orang lain. Hendaknya setiap orang mempunyai keberanian berpegang pada kitabullah dengan akalnya, dan melalui pikirannya.

Akal dan pikiran merupakan media bertaubat yang diberikan Allah kepada setiap manusia, diberikan hingga benar-benar menyatu dalam dirinya. Bagi orang beriman, pikiran hendaknya tidak berdiri sendiri tanpa akal, dan kadangkala akal harus berdiri sendiri tanpa dipengaruhi pikiran. Akal dan pikiran itu tidak boleh disia-siakan atau digunakan secara salah. Bila demikian ia telah memutuskan salah satu media yang disediakan Allah untuk bertaubat. Apa-apa yang diberitakan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW dan dapat dipahami dengan penalaran yang benar tanpa dipaksakan dapat menjadi petunjuk yang menunjukkan langkah-langkah syaitan. Manakala seseorang dihadapkan pada suatu pilihan yang tampak dalam pikirannya atau akalnya sebagai pilihan langkah mengikuti kehendak Allah dan langkah mengikuti syaitan, hendaknya ia mempunyai keberanian untuk mengikuti kehendak Allah, tidak mengikuti kata-kata kebanyakan orang. Pilihan yang salah bisa menjadi musibah yang menambah beban bagi orang yang berjihad melawan makar syaitan.

Islam Kaffah dan Ketergelinciran

Tidak semua orang yang mengikuti langkah-angkah syaitan adalah orang-orang jahat. Sebagian di antara mereka adalah orang-orang yang tergelincir mengikuti langkah-langkah syaitan. Tidak ada keinginan orang-orang tersebut untuk bertindak jahat kepada sesama manusia, akan tetapi perbuatan mereka mendatangkan madlarat yang besar bagi umat manusia karena mengikuti langkah syaitan. Permasalahan demikian itu seringkali tidak terlihat oleh orang-orang yang melakukannya, mengira bahwa amal-amal yang mereka lakukan adalah kebaikan yang diperintahkan Allah.

﴾۹۰۲﴿فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tetapi jika kamu tergelincir sesudah datang kepadamu penjelasan-penjelasan kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah : 209)

Pada orang yang tergelincir, biasanya terjadi selisih yang jauh antara keinginan dengan langkah yang mereka tempuh. Mereka menginginkan sesuatu dari sisi Allah, tetapi menempuh jalan syaitan. Misalnya saat menginginkan persatuan umat, jalan untuk menyusun hati umat berupa syukur nikmat Allah tidak diberi jalannya. Manakala seseorang memperoleh petunjuk, ia diarahkan untuk mengikuti kecintaan hawa nafsu. Manakala seseorang memperoleh ilham melalui amalnya, ia dikatakan mengikuti hawa nafsu. Manakala dua pihak menginginkan ishlah, dikobarkan kemarahan di antara keduanya. Manakala dua orang saling berjodoh saling mengenali, dipisahkan kedua orang itu dari perjodohan mereka. Manakala sepasang suami isteri berkeinginan membina bayt, dibangkitkan khianat di antara mereka. Sangat sempit ruang bersyukur yang tersedia di antara mereka bagi orang-orang yang ingin mensyukuri jalan kehidupan yang ditentukan Allah sebagai nikmat-Nya. Mereka mengira diri mereka mengharap dan mencari nikmat Allah, sedangkan syaitan bergembira karena terbantu membuat sumpahnya terlaksana karena sedikitnya orang yang dapat bersyukur.

Bila mempunyai pengikut, banyak di antara mereka akan melakukan taklid menutup akal mereka mengikuti langkah keliru. Mereka tidak dapat mengenali kebenaran alhaqq dengan akal mereka manakala Allah menurunkannya, tertutup oleh sikap taklid mereka. Manakala usaha seseorang membaca Alquran dikatakan sebagai perkataan syaitan, mereka tidak dapat menilai atau memilih perkataan yang bersumber dari Alquran dan perkataan yang berasal dari syaitan. Hal itu merupakan kelemahan yang menjadi penyakit bagi orang beriman.

Hal demikian sering terjadi karena seseorang tidak memperhatikan penjelasan-penjelasan yang telah difirmankan Allah dan sunnah Rasulullah SAW, dan mempunyai keyakinan tentang kebenaran yang mereka ikuti sendiri. Sikap demikian sebenarnya merupakan sikap yang tumbuh dari sesuatu dalam diri mereka yang perlu diluruskan, dan sesuatu itu menjadi sebab yang merusak akhlak mulia. Akhlak mulia akan terbentuk manakala seseorang tumbuh mengikuti kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW hingga ia dapat mengenal kehendak Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan ia selalu berpegang pada kedua tuntunan itu. Akhlak mulia tidak tumbuh dengan cara sembarang.

Bilamana ia menjumpai penjelasan-penjelasan kebenaran, maka hendaknya ia kembali kepada Allah dengan mengikuti penjelasan-penjelasan kebenaran itu. Bila ia tidak mengikuti penjelasan-penjelasan itu, maka akan sangat banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatannya karena tetap mengikuti syaitan. Bila ia mengikuti penjelasan-penjelasan itu, maka ia telah mengurangi potensi kerusakan yang mungkin dapat diperbuat oleh syaitan, atau dapat memperbaiki apa yang telah rusk. Seseorang hendaknya berusaha kembali kepada Allah hingga ia dapat masuk dalam keadaan islam secara menyeluruh. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar