Pencarian

Minggu, 07 Agustus 2022

Mengikuti Rasulullah SAW dengan Alquran

Manusia diciptakan di bumi dan diseru untuk kembali kepada Allah dengan mengikuti Rasulullah SAW. Kembali kepada Allah adalah seruan Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersama dengan beliau SAW. Para insan tersebut menempuh suatu jalan yang disebut sebagai sabilillah. Sabilillah itu adalah jalan yang benar untuk kembali kepada Allah, dibenarkan Allah dan diimami oleh Rasulullah SAW.

Orang yang tidak menempuh jalan tersebut termasuk dalam kelompok orang-orang dzalim. Kelak orang-orang dzalim akan menyesali segenap upaya yang telah mereka upayakan di dunia karena tidak menumbuhkan bekal yang berguna untuk kembali kepada Allah. Upaya mereka untuk kesejahteraan duniawi akan lenyap, dan upaya mereka untuk memperoleh bagian akhirat ternyata mungkin tidak banyak menghasilkan buah yang bermanfaat bagi mereka. Dengan keadaan demikian, maka mereka pada suatu waktu kelak akan menggigit kedua tangan mereka.

﴾۷۲﴿وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul"(QS Al-Furqan : 27).

Setiap orang membutuhkan bekal untuk perjalanan kembali kepada Allah. Orang-orang kafir tidak mempedulikan perkara demikian bagi mereka, sedangkan orang-orang yang beriman akan memikirkan bekal perjalanan mereka. Sebagian orang berusaha melakukan banyak kebaikan untuk bekal mereka dalam perjalanan. Sebagian amal kebaikan yang dilakukan manusia hangus karena sikap dalam beramal, sebagian amal menghasilkan buah yang sedikit, dan sebagian amal menghasilkan buah yang berlipat-lipat dari bobot amal yang mereka perbuat.

Banyak atau sedikitnya buah dari amal manusia tergantung kepada seberapa tepat langkah mereka dalam mengikuti Rasulullah SAW kembali kepada Allah. Orang yang tepat langkahnya dalam mengikuti Rasulullah SAW akan memperoleh buah yang sangat banyak dari amal-amal mereka, sedangkan orang yang mengikuti pendapat diri sendiri hanya akan mendapatkan buah yang tidak banyak dan sebagian orang yang beramal tetap termasuk dalam golongan orang-orang yang dzalim.

Orang-orang yang dzalim akan menggigit kedua tangan mereka sendiri karena amal-amal mereka tidak menghasilkan bekal bagi kehidupan mereka. Pada suatu saat kelak mereka akan menyadari bahwa mereka sebenarnya memperoleh buah yang lebih baik untuk setiap amal mereka dengan mengikuti Rasulullah SAW, dan mereka akan mengatakan "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Sebenarnya hal ini berlaku pula bagi setiap orang, bahwa hasil dari setiap amal mereka tergantung dari seberapa pemahaman mereka dalam mengikuti Rasulullah SAW. Sebagian orang beriman beramal hanya sekadar meniru amal yang dicontohkan Rasulullah SAW, dan sebagian orang yang terbaik memahami benar apa urusan Rasulullah SAW untuk ruang dan jamannya dan berbuat sesuai dengan perintah-perintah yang dipahaminya dari Alquran. Mereka masing-masing akan memperoleh bagian sesuai dengan kesertaan mereka dalam sabilillah yang dipimpin Rasulullah SAW.

Memperhatikan Alquran

Mengikuti Rasulullah SAW yang sebenarnya adalah dengan memahami kandungan Alquran dan beramal berdasarkan pemahaman itu. Umat Rasulullah SAW tidak boleh bersikap tidak benar terhadap Alquran, karena Alquran adalah tali Allah yang dibawa oleh Rasulullah SAW bagi umat manusia. Tidak ada kebenaran yang bertentangan dengan kandungan Alquran, dan seluruh kebenaran mempunyai sumber asal dalam Alquran. Manakala seseorang bersikap salah terdapat Alquran, maka boleh jadi sebenarnya ia telah mengikuti syaitan.

Rasulullah SAW mengeluhkan sikap umatnya yang salah dalam mensikapi Alquran.

﴾۰۳﴿وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS Al-Furqan : 30)

Ayat di atas adalah keluhan Rasulullah Muhammad SAW kepada Allah terkait sikap umatnya terhadap Alquran. Rasul yang disebutkan merujuk pada Rasulullah Muhammad SAW, dan kaum yang disebutkan merujuk pada umat beliau SAW. Objek yang disebutkan adalah tentang Alquran, bukan kitab secara umum yang diturunkan Allah. Umat Rasulullah SAW akan tertimpa suatu keadaan dimana mereka menjadikan Alquran hanya bagai arsip yang perhatian terhadapnya dikalahkan oleh umatnya (مَهْجُورً), dimana umat akan lebih memperhatikan sesuatu yang lain daripada memperhatikan Alquran. Umat islam tidak membuang Alquran, akan tetapi menjadikan Alquran hanya sebagai perhatian sampingan layaknya arsip.

Setiap orang harus menjadikan Alquran dan tuntunan Rasulullah SAW sebagai pedoman pokok (qanun). Banyak insan dapat memberikan penjelasan tentang Alquran dan tuntunan Rasulullah SAW, maka setiap orang yang memperoleh penjelasan itu harus berusaha mengikuti dan tidak mendustakan. Hal ini berlaku selama tidak ada selisih antara penjelasan dengan nash ayat Alquran. Bila ada selisih, maka setiap orang harus mengikuti nash ayat Alquran tidak menjadikan nash ayat Alquran sebagai suatu sampingan. Setiap orang harus mentaati Alquran ketika mengikuti orang lain, dan tidak ada ketaatan dalam perkara yang menyelisihi ayat Alquran. Bila satu orang berselisih dengan yang lain, maka hendaknya setiap orang mengikuti orang yang mengikuti Alquran. Bila seseorang mendustakan orang lain yang mengikuti Alquran, maka hal itu berarti menjadikan Alquran tidak diacuhkan (مَهْجُورً).

Barangkali ayat ini merujuk pada kaum muslimin di jaman modern. Penulis tidak menjumpai kisah dalam hadits bahwa Rasulullah SAW pernah mengeluh. Ketika jaman Rasulullah SAW, tidak ada umat islam yang menjadikan Alquran layaknya arsip, karena bergaul dengan Rasulullah SAW sama saja dengan bergaul dengan Alquran. Pada jaman kejayaan islam, sebagian besar umat berpegang teguh dengan Alquran, dan maksiat yang mungkin dilakukan umatnya tidak menjadikan mereka teralihkan dari mengutamakan Alquran. Keluhan Rasulullah SAW ini sangat mungkin akan terjadi pada masa yang jauh dari jaman Rasulullah SAW.

Muslimin yang mengikuti orang lain hendaknya berhati-hati agar tidak bersikap mengabaikan Alquran, karena boleh jadi ia mengikuti musuh Rasulullah SAW. Setiap hal yang bertentangan dengan Alquran tidak layak untuk diikuti. Setiap orang yang mengajak bersikap mengabaikan Alquran tidak sepantasnya diikuti, dan boleh jadi ia merupakan orang yang dijadikan Allah sebagai musuh bagi Rasulullah SAW.

Di akhirat kelak, banyak orang menyesali kiranya ia dijauhkan dari seseorang yang dahulu menjadi khalilnya.

﴾۸۲﴿يَا وَيْلَتَىٰ لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا
﴾۹۲﴿لَّقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولًا
(28) Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu sebagai khalil (29).Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Ad-dzikra ketika ad-dzikra itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong.(QS Al-Furqan : 29)

Khalil yang disesali oleh orang-orang tersebut adalah teman karib yang terlihat baik tetapi mengarahkan dirinya untuk mengabaikan pelajaran dari Alquran, tidak menjadikan nash Alquran sebagai qanun (canon) bagi mereka, dan lebih mengutamakan pendapat mereka sendiri mengalahkan uraian dari Alquran. Mereka tertimpa kesesatan manakala suatu bacaan Alquran yang benar sampai kepada mereka, dan mereka memilih mengikuti perkataan khalilnya daripada bacaan Alquran yang benar.

Pendapat yang mengalahkan uraian Alquran merupakan kesesatan nyata. Selain itu mungkin ada kesesatan kecil lain yang berupa sedikit melesetnya pemahaman terhadap Alquran. Orang berdosa itu mengikuti syaitan ketika mereka mengabaikan Alquran yag disampaikan kepada mereka. Dalam hal ini, bukan kekufuran yang dikeluhkan oleh Rasulullah SAW, akan tetapi sikap mengabaikan Alquran. Syaitan bagi Rasulullah telah berislam, dan hanya syaitan dari kalangan tertentu yang dapat menjadikan seseorang sebagai musuh Rasulullah SAW. Barangkali tidak semua orang yang mengabaikan Alquran termasuk dalam kategori orang yang dijadikan musuh bagi Rasulullah SAW, tetapi mereka sebenarnya telah mengikuti syaitan baik secara langsung atau tidak langsung.

Musuh Rasulullah SAW

Persoalan mengesampingkan Alquran dari perhatian umat islam yang dimaksudkan ayat di atas adalah peristiwa yang terjadi karena perbuatan musuh-musuh Rasulullah SAW yang melibatkan orang-orang yang berdosa. Setiap nabi mempunyai musuh dari kalangan orang-orang yang berdosa, dan orang-orang berdosa itu menyelewengkan umat dari tuntunan kitabullah. Demikian pula Rasulullah SAW mempunyai musuh dari kalangan orang yang berdosa, dan mereka menyebabkan umat Rasulullah SAW mensikapi Alquran bagai arsip, bukan sebagai qanun yang menjadi landasan langkah mereka.

﴾۱۳﴿وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا
Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi Pemberi petunjuk dan Penolong.(QS Al-Furqan : 31)

Setiap muslim harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam sikap mengabaikan Alquran. Berbuat suatu dosa dan menjadikan Alquran tidak sebagai qanun boleh jadi akan mengundang suatu kehendak Allah, yaitu kehendak untuk menjadikannya sebagai musuh bagi Rasulullah SAW. Bila seseorang berdosa dan kemudian mengabaikan Alquran yang dibacakan baginya, tidak bertaubat dengan Alquran, ia barangkali menyediakan dirinya untuk dijadikan Allah sebagai musuh, atau setidaknya pengikut musuh Rasulullah SAW. Bila bertaubat, orang lain yang berdosa dan mengarahkan kaumnya bersikap abai terhadap Alquran yang akan Allah jadikan sebagai musuh bagi Rasulullah SAW.

Para pendosa dalam hal ini menunjuk pada orang-orang yang melakukan perbuatan dosa dan tidak merasa bahwa perbuatannya adalah suatu dosa, atau lebih mengutamakan dosanya daripada bertaubat. Hal ini boleh jadi disebabkan karena seseorang terbiasa dengan perbuatan dosanya, atau karena syaitan menjadikan perbuatan dosanya tampak baik dalam pandangannya. Tidak boleh seseorang yang berbuat dosa dianggap sebagai pendosa secara sembarangan. Seseorang yang bertaubat dari suatu dosa seringkali terlihat lebih buruk daripada orang yang sepenuhnya tetap mengikuti syaitan dalam dosa. Demikian pula manakala seseorang melihat kesalahan dirinya akan tampak buruk daripada orang yang benar-benar tertipu oleh syaitan memandang baik perbuatan dirinya. Yang tampak buruk kadang lebih mempunyai kesempatan untuk bertaubat. Dosa atau tidaknya perbuatan seseorang harus diukur berdasarkan Alquran.

Bila menemukan orang yang mengajak untuk mengabaikan suatu bacaan Alquran yang benar, hendaknya mereka tidak mengikuti seruan itu. Bila yang mengajak mempunyai dosa yang tersamarkan, hendaknya ia lebih berhati-hati barangkali ia mengikuti orang yang hendak dijadikan Allah sebagai musuh bagi Rasulullah SAW. Pada dasarnya tidak perlu seseorang mengetahui dosa orang lain kecuali untuk mencari jalan yang selamat dari tipuan syaitan. Tidak demikian terhadap dosa seseorang yang mengajak orang lain mengabaikan Alquran. Seseorang kadang perlu mengungkit dosa orang lain untuk menyelamatkan dirinya dan orang lain dari seruan itu, karena boleh jadi ia adalah orang yang dijadikan Allah sebagai musuh bagi Rasulullah SAW. Bersahabat dengan musuh Rasulullah akan mendatangkan penyesalan yang besar kelak di akhirat.

Mengikuti Alquran harus diupayakan hingga dalam permasalahan detail yang mengatur kehidupan manusia, tidak hanya terjebak dalam keindahan gimmick, jargon atau pengetahuan yang bersifat overview terhadap Alquran. Kadangkala syaitan menunjukkan suatu keindahan pengetahuan untuk mencegah manusia dari makna Alquran yang sebenarnya. Mereka menghalangi manusia dari Alquran dengan keindahan suatu pengetahuan yang bersifat gimik, jargon atau pengetahuan overview.

Hal ini menuntut setiap orang untuk menggunakan akal sepenuhnya. Boleh jadi muslimin akan berhadapan dengan versi baru Abu Hakam yang bijaksana dalam pandangan masyarakat, akan tetapi sebenarnya adalah Abu Jahal dalam pandangan islam. Hanya saja versi baru ini tidak berdiri sebagai orang kafir, tetapi (hanya?) berposisi menjadikan umat islam mengabaikan Alquran lebih meyakini pendapat mereka sendiri. Musuh Rasulullah SAW yang sebenarnya bukanlah kaum kafir seperti Abu Jahal, tetapi sebagaimana dijelaskan ayat-ayat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar