Pencarian

Senin, 15 Agustus 2022

Iman Kepada Rasulullah SAW

Allah menciptakan seluruh makhluk agar makhluk mengenal Allah. Hal ini tentu menakjubkan, bahwa Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi menjadikan makhluk dapat mengenal-Nya. Sebenarnya tidaklah makhluk dapat mengenal-Nya kecuali sebatas apa yang dapat dikenalnya dari apa yang diperkenalkan-Nya, melalui jalan yang disediakan-Nya, sedangkan Allah yang sesungguhnya tidak mungkin benar-benar dikenal Makhluk. Jalan yang sediakan Allah bagi makhluk untuk mengenal-Nya adalah Rasulullah SAW. Rasululllah SAW adalah inti seluruh penciptaan yang digelar Allah agar setiap makhluk mempunyai sarana untuk mengenal Allah.

Untuk mengenal Allah, orang-orang beriman harus mengikuti langkah Rasulullah SAW kembali kepada Allah. Mereka hidup di alam yang ditentukan Allah berupa kehidupan di bumi dengan seluruh ragam Alhaqq dan kebathilan yang bercampur baur melingkupi kehidupan. Bila mengikuti Rasulullah SAW, maka seorang beriman akan mengenali sedikit demi sedikit kebenaran atau dilimpahi keterbukaan terhadap kebenaran yang hendak diperkenalkan Allah, sehingga seseorang dapat memperoleh pengenalan terhadap Allah. Tanpa mengikuti Rasulullah SAW, tidak ada jalan bagi makhluk untuk mengenal Allah.

Setiap orang beriman harus menyadari bahwa Allah telah mengutus Rasulullah SAW dalam kehidupan mereka di bumi yang jauh dari cahaya. Beliau merupakan pembawa cahaya Allah yang paling utama bagi setiap lapis kehidupan hingga kehidupan di bumi. Beliau SAW membawa cahaya bagi setiap lapisan alam dari alam yang tinggi hingga alam rendah di dunia. Manusia di alam dunia dapat memperoleh jalan mengenal Allah dalam segala tingkatannya. Seorang kafir yang ingin menjadi muslim, kemudian menjadi beriman dan berhijrah, kemudian mengenal diri sendiri, dan kemudian mengenal amr Rasulullah SAW bagi ruang dan jamannya, seluruhnya dapat diperoleh seseorang dengan mengikuti Rasulullah SAW. Dalam keadaan apapun, manusia dapat memperoleh jalan dengan mengikuti Rasulullah SAW.

﴾۷﴿وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam banyak urusan benar-benarlah kamu mendapat celaka (laknat/kesusahan), tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti tuntunan, (QS Al-Hujuraat: 7)

Telah ditetapkan segala urusan (amr) dalam diri Rasulullah SAW yang dijadikan jalan bagi setiap manusia agar dapat mengenal Allah. Banyak urusan yang tergelar di kehidupan bumi dan alam semesta, tetapi hanya satu urusan yang mengantarkan seseorang berjalan mengenal Allah, yaitu urusan yang dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Seluruh urusan itu dapat ditemukan para pengikut beliau SAW dalam kitabullah Alquran.

Bila seseorang menempuh jalan yang lain, maka mungkin mereka akan menemukan kecelakaan. Makhluk yang tidak bertakwa kepada Allah banyak membuat urusan-urusan bagi kehidupan manusia. Para manusia yang tidak bertakwa dapat membuat suatu program urusan yang menyibukkan orang lain dengan imbalan materi yang besar untuk mengalihkan perhatian manusia dari jalan Allah, sedangkan program itu tidak mendatangkan kebaikan bagi kehidupan di bumi. Para syaitan di alam yang tinggi dapat mewahyukan suatu urusan yang membuat kehidupan yang sangat sulit bagi umat manusia. Banyak ragam urusan yang dapat muncul sedangkan urusan itu tidak memberikan manfaat bagi umat manusia, dan melalaikan umat manusia dari urusan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW tidak akan memperturutkan setiap keinginan manusia untuk terjun dalam urusan yang tidak berkaitan dengan urusan beliau. Hendaknya setiap mukmin mengetahui bahwa ada Rasulullah SAW yang diutus dalam kehidupan mereka, yang harus dijadikan tujuan kehidupan. Setiap orang beriman harus mengarahkan seluruh entitas dalam dirinya untuk mengenal arti kehadiran Rasulullah SAW di alam semesta. Hal itu dapat diketahui dengan cahaya iman. Seseorang yang beriman dengan cara demikian akan dibuat mencintai keimanannya. Keimanan yang menjadikan seseorang memahami kehadiran Rasulullah SAW di alam semesta merupakan keimanan yang dijadikan perhiasan dalam hati manusia.

Orang yang hatinya dihias Allah dengan keimanan akan menjadi benci terhadap kekufuran, kefasikan dan maksiat kepada Allah. Hal demikian harus tumbuh dalam hati orang beriman, tidak membiarkan dirinya terus bergelimang dalam kekufuran, kefasikan dan maksiat. Tidak adanya rasa tidak suka terhadap sikap kufur, kefasikan dan maksiat menandakan tidak tumbuhnya keimanan dalam hati. Sikap kufur terhadap kebenaran, fasik terhadap tujuan luhur dan durhaka terhadap urusan kebaikan harus dapat dirasakan oleh hati setiap manusia, tidak boleh diabaikan walaupun sedang bergumul dalam urusan duniawi. Kadangkala ada upaya menghilangkan perasaan terhadap kebenaran yang terbungkus dalam propaganda toleransi.

Mengikuti Rasulullah SAW

Banyak ragam cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mengikuti amr Rasulullah SAW, yang harus dilakukan sesuai dengan keadaan masing-masing. Mengerjakan syariat yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah syarat minimal yang harus dipenuhi oleh setiap orang. Hal itu harus diikuti dengan pencarian amal shalih yang harus dikerjakan sebagai bagian dari amr Rasulullah SAW. Seseorang harus memulai upaya penemuan diri dalam amr Rasulullah SAW dari akad dua kalimah syahadat, kemudian menjadi muslim dan mengharapkan keimanan, berhijrah dengan keimanannya untuk mencapai pengenalan jati diri, dan kemudian mengikuti amr jami’ yang menjadi amanah bagi Rasulullah SAW. Dengan cara demikian, seseorang dapat berusaha menemukan jalan mengikuti Rasulullah SAW. Setiap kebaikan yang diniatkan untuk mengikuti Rasulullah SAW akan mendekatkan seseorang kepada amr beliau SAW. Amal yang dikerjakan dengan tujuan demikian merupakan turunan dari amr Rasulullah SAW.

Beberapa orang yang mengetahui urusan Rasulullah SAW untuk ruang dan jamannya, dan secara khusus untuk dirinya. Mereka itulah orang yang termasuk dalam golongan Ar-raasyiduun, yaitu golongan orang-orang yang memperoleh tuntunan Allah. Urusan Rasulullah SAW itu mereka pahami melalui Alquran dan segenap ayat kauniyah di alam semesta mereka, tidak dipahami secara bebas berdasarkan diri mereka sendiri, walaupun secara praktis kadangkala mereka mengetahui realitas itu dalam nafs terlebih dahulu.

Orang lain dapat memperoleh manfaat yang besar dari golonga ar-rasyiduun untuk mengikuti Rasulullah SAW kembali kepada Allah. Bahkan merugilah orang yang tidak memperoleh manfaat dari mereka. Namun perlu diperhatikan benar-benar bahwa setiap orang tidak boleh mengikuti perkataan yang bertentangan dengan Alquran. Perkataan menentang Alquran itu akan memutuskan hubungan mereka dengan Allah, Rasulullah SAW dan segenap jalan yang merupakan turunan amr Rasulullah SAW. Tidak ada jejak amr Allah dalam setiap hal yang bertentangan dengan Alquran, kecuali jejak amr yang mengantarkan pada neraka. Kelak masing-masing orang akan mempertanggungjawabkan keadaan mereka sendiri, dan orang yang mengatakan penentangan itu akan mempertanggungjawabkan perkataannya dan orang-orang yang mengikutinya. Harus disadari bahwa tidak ada jaminan kebenaran dari para manusia, dan bahwa syaitan mempunyai keahlian yang cukup baik untuk menipu orang-orang melalui kelalaian manusia.

Amal yang terbaik adalah amal yang benar-benar terhubung dengan urusan Rasulullah SAW yang dikenal berdasarkan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Amr jami’ Rasulullah SAW dan seluruh turunannya bernilai lebih baik daripada amr yang lain, walaupun amr yang lain terlihat bagaikan urusan yang tinggi. Syaitan dapat menyesatkan orang yang berakal dan kesesatan itu sangat berbahaya bagi yang lain. Amr dalam urusan yang diwahyukan oleh syaitan tidak mengandung kebaikan, tidak lebih baik daripada amal yang dikerjakan oleh seseorang yang berharap mengikuti Rasulullah SAW walaupun hanya berdasarkan bayang-bayang buram yang dikenalinya tentang amal shalih. Lebih baik bagi setiap orang beramal mengikuti dzahirnya Alquran dan sunnah Rasulullah SAW dengan qalb yang biasa saja, atau bayang-bayang dari tuntunan itu daripada mengikuti amal yang tidak jelas sumber urusannya.

Sumber Fadhilah dan Nikmat

Beramal secara terhubung dengan urusan Rasulullah SAW merupakan fadhilah dari Allah dan kenikmatan Allah yang dikaruniakan kepada seorang hamba. Orang yang memperoleh fadhilah dan nikmat Allah adalah orang-orang yang beramal dalam amr Rasulullah SAW. Doa utama yang dibaca minimal 17 kali setiap hari oleh umat islam dalam setiap shalat adalah memohon petunjuk jalan orang yang diberi nikmat, maka demikian itulah gambaran orang-orang yang memperoleh nikmat Allah.

﴾۸﴿فَضْلًا مِّنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
sebagai fadhilah dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Hujuraat : 8)

Manusia dapat meniru jalan orang-orang yang memperoleh nikmat Allah agar dapat mengarah pada jalan yang sama. Bersama orang yang demikian tentu merupakan suatu rezeki dan kemudahan. Mereka dapat menunjukkan cahaya Allah bagi orang yang lain tanpa mencampuri cahaya dengan hawa nafsu mereka. Semakin dekat seseorang pada shirat al-mustaqim, ia semakin bersifat mengurai cahaya tanpa melakukan intervensi, sehingga yang tampak adalah cahaya Allah tanpa gangguan dari eksistensi orang tersebut. Namun setiap orang tetap harus berhati-hati, hendaknya setiap orang selalu berpegang pada firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW tanpa melepaskannya. Alquran dan sunnah adalah cahaya Allah yang terjamin kebenarannya.

Orang yang mendustakan cahaya dari orang yang memperoleh nikmat Allah sebenarnya hampir sama dengan mendustakan kebenaran. Demikian pula bentuk sikap yang lain sebenarnya merupakan gambaran sikap masyarakat terhadap kebenaran. Manakala seseorang memperoleh nikmat Allah, ia dapat menjelaskan kandungan kitabullah yang dipahaminya tanpa kesalahan atau tafsiran sendiri, walaupun mungkin tidak seluruh kandungan Alquran dipahaminya. Bagian dari kebenaran kitabullah yang dapat diceritakan itu tetaplah kebenaran, bukan sesuatu yang melenceng dari kebenaran. Tidak ada makhluk yang memahami seluruh kebenaran kecuali Rasulullah SAW, sedangkan orang yang memperoleh nikmat Allah merupakan pengikut Rasulullah SAW. Ketika seseorang mendustakan bagian kebenaran dari orang itu, ia juga mendustakan kebenaran secara keseluruhan.

Bila ditemukan hal yang melenceng dari Alquran dari seseorang yang memperoleh nikmat Allah, maka itu menjadi tanggung jawab orang yang memperoleh nikmat. Bila ditemukan hal yang bertentangan dengan Alquran, maka boleh jadi orang tersebut sebenarnya tidak termasuk dalam kategori orang yang memperoleh nikmat Allah. Prinsip pokoknya, seseorang harus mengikuti kitabullah ketika mengikuti orang lain, dan tidak boleh mengikuti orang lain bila bertentangan dengan kitabullah. Yang akan menjadi bekal bagi kehidupan abadi bagi seseorang adalah pemahamannya terhadap kitabullah, bukan pada bentuk fisik amal-amal yang dilakukannya, sedangkan semua amal (hanya) menjadi sarana untuk memahami kitabullah. Timbangan pada hari akhirat kelak adalah Al-haqq.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar