Pencarian

Senin, 27 Juni 2022

Menolong Allah

Allah menyeru orang-orang beriman untuk menolong Allah. Barang siapa menolong Allah maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya. Hal ini tidak berarti Allah membutuhkan pertolongan dari orang-orang beriman. Firman Allah memberikan petunjuk tentang sebuah kondisi yang ditentukan bagi orang-orang beriman tentang cara yang perlu dilakukan agar Allah memberikan pertolongan kepada mereka dan meneguhkan kedudukan mereka.

﴾۷﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad : 7)

Kondisi yang ditetapkan Allah bagi orang-orang beriman adalah menolong Allah. Hal ini menuntut kepada setiap orang beriman untuk berusaha memahami kehendak Allah atas diri mereka. Orang yang berbuat atas dasar keinginannya sendiri tidak dikatakan sebagai menolong Allah, baik perbuatan baik apalagi perbuatan buruk. Perbuatan baik tanpa landasan pengetahuan tentang kehendak Allah tidak dikatakan sebagai perbuatan menolong Allah, karena boleh jadi perbuatan demikian tidak sesuai dengan amal yang ditentukan Allah bagi dirinya sesuai dengan ruang dan jamannya. Tentu Allah tidak akan mensia-siakan perbuatan baik setiap makhluk, akan tetapi belum tentu perbuatan baik itu merupakan perbuatan yang masuk dalam kategori perbuatan menolong Allah.

Pertolongan seorang beriman kepada Allah akan dapat dipahaminya melalui firman dan makhluk-Nya. Sebenarnya Allah tidak membutuhkan pertolongan hamba-Nya, dan seorang hamba tidak akan memahami kehendak Allah dengan dirinya sendiri. Seorang mukmin yang berkeinginan menolong Allah harus memperhatikan firman-Nya dan makhluk-Nya yang lain, maka ia akan dapat memahami kehendak Allah sehingga menemukan bentuk pertolongannya bagi Allah. Harus terbentuk kepahaman dalam tiga aspek secara selaras, yaitu pemahaman tentang ayat Alquran, tentang ayat kauniyah, dan tentang ayat Allah dalam dirinya. Hal ini akan menjadi bekal yang membuahkan pertolongan Allah dan Allah memberikan kekokohan pijakan kakinya. Tanpa memahami hal ini, seseorang tidak akan menemukan bentuk pertolongannya kepada Allah.

Allah menciptakan semesta alam wujud berdasarkan hakikat-hakikat dari sisi-Nya dalam suatu kesatuan yang tidak terpisah. Hal ini harus diperhatikan oleh orang-orang beriman. Seorang mukmin tidak boleh berhenti mencari jalannya menolong Allah hanya pada bentuk-bentuk di alam wujud. Manakala menolong seorang manusia misalnya, seorang mukmin harus memperhatikan kebutuhan dasar mulai di alam wujud mulkiyah hingga kebutuhan di alam nafs mereka. Tanpa memperhatikan kesatuan penciptaan, seorang beriman dapat tertipu dalam langkah mereka menolong Allah.

Ketika seorang mukmin menolong aspek duniawi orang lain, boleh jadi orang yang ditolong kemudian celaka karena pertolongan yang diberikan tidak memperhatikan aspek bathiniahnya. Sebaliknya manakala menolong aspek bathin, seorang mukmin harus memperhatikan pula aspek duniawi yang mungkin muncul karena pertolongan yang diberikannya. Dalam keseluruhan upaya tersebut, setiap orang harus berusaha menghubungkan dengan firman Allah. Misalnya ketika seseorang menolong orang lain di alam bathin, ia tidak boleh mencomot suatu petunjuk di hati tanpa mempedulikan dasar pijakan yang jelas dari firman Allah dan kemudian bersikeras bahwa itu petunjuk yang benar, karena petunjuk yang demikian bisa bersifat menggantung.

Menolong Sampai ke Jiwa

Di alam nafs, hal yang paling dibutuhkan seseorang adalah menyatunya nafs dalam langkah selaras dengan firman Allah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Sebagian insan benar-benar membutuhkan pertolongan dalam hal demikian. Sebagian orang yang mengalami keterbukaan Alquran akan terkejut dengan keterbukaannya, dan mungkin akan mengira dirinya tidak dalam keadaan tidak benar. Tidak semua orang dapat membantu, dan hanya orang tertentu yang dapat memberikan bantuan dalam perkara demikian. Manakala seorang mukmin tidak dapat membantu, hendaknya mereka tidak mencela sesuatu yang tidak diketahuinya dari orang-orang demikian karena barangkali orang tersebut keadaannya lebih baik daripada dirinya.

Kadangkala seseorang yang berjalan kepada Allah berada dalam ancaman tipuan syaitan. Manakala seorang mukmin lain mempunyai kewajiban membantu karena kemampuannya, hendaknya ia membantu dengan bersungguh-sungguh memperhatikan atau bahkan dengan meneliti keadaannya. Hendaknya ia tidak memberikan komentar yang tidak berguna bagi orang yang perlu dibantu. Seorang mukmin tidak boleh terjebak bersikap menunggu kejatuhan atau ketergelinciran orang lain yang membutuhkan bantuan untuk berjalan sesuai dengan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, karena tidak ada gunanya seorang mukmin membuktikan kebenaran dirinya terhadap orang lain. Telah jelas bahwa sandaran kebenaran adalah Rasulullah SAW. Melakukan amar ma’ruf nahy munkar merupakan sikap yang benar, sama sekali orang-orang mukmin tidak perlu berusaha membuktikan kebenaran masing-masing sebaliknya berusaha menemukan kebenaran. Dosa yang dilakukan oleh orang yang berkewajiban membantu lebih besar daripada orang yang tidak dapat memberikan bantuan kepada orang lain.

Kebutuhan makhluk tidak terbatas pada aspek langit saja. Sangat banyak hal duniawi dan hal yang tingkatannya berada di atasnya yang dijadikan kebutuhan bagi para makhluk. Hal ini harus diperhatikan secara integral oleh orang yang berkeinginan menolong Allah. Bila seseorang berusaha melihat masalah secara integral, maka ia akan dapat menemukan jalannya untuk menolong Allah.

Di antara pokok yang menyatukan aspek langit (samawi) dan bumi adalah pernikahan. Pernikahan menjadi setengah bagian dari agama karena ia menyatukan aspek langit dengan pemakmuran aspek bumi yang dapat diturunkan oleh seorang manusia. Bila seseorang menemukan jalan ketakwaannya, dan pernikahannya dalam keadaan baik, maka ia akan diijinkan untuk menurunkan kemakmuran di muka bumi berdasarkan aspek langit yang dikenalinya. Pernikahan yang baik akan membentuk kerajaan-kerajaan di alam mulkiyah bagi orang-orang beriman.

dari ‘Aisyah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda:
من زوج بنتا توّجه الله يوم القيامة تاج الملوك
Barang siapa menikahkan anak perempuannya maka ia akan menghadap kepada Allah pada hari kiamat dengan mahkota kerajaan-kerajaan. (HR. Ibnu Syahin).

Menikahkan anak perempuan akan mendatangkan mahkota kerajaan-kerajaan bagi orang tua mereka di hari kiamat. Hal itu merupakan wujud yang terbentuk dari fungsi pernikahan anaknya yaitu mewujudkan kerajaan-kerajaan bagi pasangan mukmin-mukminat. Kerajaan tersebut merupakan wujud mulkiyah yang terbentuk dari pengetahuan ilahiyah yang diperoleh oleh pasangan mukmin-mukminat. Manakala orang tua menikahkan anak perempuannya agar muncul pengetahuan ilahiyah dari seseorang dan pengetahuan itu terwujud di alam mulkiyahnya, mereka akan memperoleh mahkota kerajaan-kerajaan. Manakala orang tua menikahkan anak perempuannya untuk kekayaan dunia atau kehormatan, maka ia merusak terwujudnya alam mulkiyah berdasarkan pengetahuan ilahiyah.

Seseorang yang merusak pernikahan atau memisahkan pasangan-pasangan yang menemukan jodohnya, hal itu berimplikasi merusak terwujudnya kemakmuran di alam mulkiyah, dan boleh jadi ia menjadi perpanjangan tangan syaitan dalam urusan yang sangat dipentingkan oleh syaitan yang bertahta di atas ‘arsy mereka. Syaitan sangat menyukai perbuatan demikian. Syaitan sangat berkeinginan merusak pernikahan di antaranya karena hal ini. Bobot perbuatan merusak atau memisahkan keberpasangan di antara mukminin dan mukminat sangat besar dalam pengetahuan iblis besar yang dahulu menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam. Nilai bobot pernikahan terhadap agama sangat besar dalam pandangan Allah, sedangkan iblis mengikuti Allah dengan caranya yang terbalik.

Mencintai Kebenaran

Perbuatan menolong Allah tidak dapat dinilai bobotnya berdasarkan besar atau kecilnya suatu perbuatan. Kadangkala sebuah perbuatan kecil mempunyai nilai yang sangat besar karena menolong Allah, dan sebaliknya perbuatan yang terlihat sangat mengagumkan manusia tidak mempunyai bobot yang cukup untuk dinilai sebagai amal baik. Pada masa perang misalnya, sekadar menyampaikan berita yang benar seringkali bernilai jauh lebih besar daripada keberhasilan menghasilkan keuntungan perdagangan. Hal ini terkait dengan pengetahuan tentang kehendak Allah melalui semesta mereka. Apa yang terlihat mengagumkan di mata manusia seringkali dapat musnah tertiup angin bagaikan debu karena tidak mempunyai bobot di mata Allah. Bila seseorang tidak mengetahui atau tidak peduli keadaan ruang dan jamannya, ia tidak akan dapat mengenali amal yang tepat dan bersifat menolong Allah.

﴾۸﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا فَتَعْسًا لَّهُمْ وَأَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ
﴾۹﴿ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
(8)Dan orang-orang yang kafir, maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. (9)Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu Allah menghapuskan amal-amal mereka. (QS Muhammad : 9)

Orang-orang yang menolak untuk mencari jalan menolong Allah termasuk dalam golongan kafir. Orang-orang demikian akan celaka dan amal-amal mereka akan tersesat karena Allah menyesatkan amal mereka.

Kekufuran tersebut terjadi bukan tanpa suatu sebab. Orang-orang yang mencari jalan kembali kepada Allah akan menyukai apa-apa yang diturunkan Allah kepada mereka, sedangkan orang-orang yang kafir tidak menyukai apa-apa yang diturunkan Allah. Orang-orang yang lebih mencintai hal-hal duniawi dan hawa nafsu mereka lebih dari kecintaan mereka terhadap kebenaran, akan timbul dalam diri mereka perasaan tidak suka kepada apa-apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Sebagian orang dalam keadaan setengah-setengah, mereka menyukai kebenaran dan menyukai hal-hal duniawi dan hawa nafsu sekaligus. Hanya orang-orang yang mencintai kebenaran yang akan menyukai segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada mereka.

Banyak hijab yang mungkin menutupi seseorang untuk mencintai kebenaran. Kepentingan duniawi, hawa nafsu, kebencian atau kecintaan yang berlebihan terhadap sesuatu atau seseorang dan banyak hal lain dapat menutupi sikap seseorang. Kecintaan terhadap kebenaran hanya dapat benar-benar ditumbuhkan dalam diri seseorang dengan menumbuhkan kecintaan terhadap firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Kecintaan (atau kebencian) terhadap hal-hal lain yang terlihat benar selain terhadap firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW dapat bersifat nisbi, belum tentu menunjukkan tumbuhnya kecintaan yang sebenarnya terhadap kebenaran, atau kadangkala justru menyesatkan. Kadangkala kecintaaan demikian akan berbenturan dengan firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW, maka ukuran yang sebenarnya adalah bagaimana seseorang mengikuti firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW.

Firman Allah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW merupakan puncak kebenaran yang dapat dipahami oleh makhluk. Orang yang memahami kebenaran Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW akan mengenali seluruh kebenaran yang pernah diturunkan Allah dalam keadaan aslinya. Secara natur, orang yang mengikuti suatu agama akan mudah untuk memahami Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, akan tetapi banyak hal dapat menghambat pemahaman itu. Banyak bias kebenaran bisa terjadi bila seseorang belum memahami Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, dan syaitan mempunyai banyak celah untuk menyesatkan manusia.

Manakala seseorang tidak menyukai apa-apa yang diturunkan Allah kepada mereka, mereka akan menjadi orang-orang kufur yang tidak akan menemukan jalan untuk menolong Allah. Hal ini berlaku di setiap tingkatan manusia, baik akal mereka, atau pikiran mereka, atau hawa nafsu mereka. Semakin tinggi keadaan mereka yang menolak, semakin besar keburukan yang dapat ditimbulkan. Orang yang menolak kebenaran dengan hawa nafsu mempunyai keburukan yang lebih kecil daripada menolak dengan pikiran, lebih kecil dari orang yang menolak dengan akalnya. Para Iblis menolak kebenaran dengan pikiran dan akal mereka sedangkan mereka tidak mempunyai hawa nafsu. Amal-amal orang yang tidak menyukai apa yang diturunkan Allah kepada mereka akan terhapus, tidak ada pahala bagi mereka dari amal yang diperbuat dan amal-amal mereka akan dilupakan oleh manusia tanpa ada yang memperoleh manfaat darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar