Pencarian

Rabu, 22 Juni 2022

Syura dan Amr Jami’

Di antara orang-orang beriman, terdapat segolongan orang yang benar-benar beriman yang disebut sebagai al-mu’minuun. Mereka adalah orang-orang beriman kepada Allah dan rasul-Nya yaitu Rasulullah Muhammad SAW, dan mereka mengetahui adanya suatu urusan Allah yang dilimpahkan kepada Rasulullah SAW sebagai suatu urusan bersama yang harus ditunaikan bagi alam semesta, serta mereka ikut terlibat dalam urusan tersebut.

﴾۲۶﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَىٰ أَمْرٍ جَامِعٍ لَّمْ يَذْهَبُوا حَتَّىٰ يَسْتَأْذِنُوهُ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَأْذِنُونَكَ أُولٰئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَن لِّمَن شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka bersama-sama Rasulullah dalam amr jami’, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sebagian keperluan mereka, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An-Nuur : 62)

Amr Allah yang dilimpahkan kepada Rasulullah SAW disebut sebagai Amr Jami’. Amr tersebut berlaku dalam setiap jaman bagi seluruh alam semesta, dan setiap orang mempunyai bagian dari amr tersebut. Sebagian orang mengenal amr jami’ untuk jamannya sebagai induk amr untuk dirinya, dan sebagian besar orang tidak mengenal amr bagi dirinya. Orang yang tidak mengenal amr jami’ tersebut tidak termasuk dalam golongan al-mukminuun. Barangkali seseorang telah beriman, tetapi boleh jadi belum mencapai kedudukan sebagai al-mukminun.

Mengenal amr jami’ didahului dengan musyahadah yang sebenarnya, bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Hal ini dapat dicapai melalui pintu pengenalan terhadap diri sendiri (ma’rifat an-nafs). Musyahadah seseorang yang belum mengenal tujuan penciptaan dirinya merupakan musyahadah permulaan yang harus ditindaklanjuti untuk mengetahui musyahadah yang sebenarnya melalui pengenalan diri. Terdapat reaksi timbal balik dalam setiap aspek pembentuk musyahadah. Seseorang akan lebih mudah memperoleh pengenalan diri dengan berusaha sungguh-sungguh untuk mengenali amr jami’ bagi jamannya, dan amr jami’ akan dikenali lebih luas oleh seseorang ketika mengenal diri. Tanpa berpegang pada amr jami’, seseorang yang berusaha mencari pengenalan diri seringkali harus menempuh perjalanan yang sangat jauh tanpa rambu-rambu yang dapat mengakibatkan kesesatan.

Sabilillah adalah jalannya orang-orang yang bersama dengan Rasulullah SAW menyeru manusia kepada Allah, dan Aljama’ah adalah orang-orang yang bersama dengan Rasulullah SAW dalam amr jami’. Orang-orang yang berjuang dalam amr jami’ adalah orang-orang yang bersama Rasulullah SAW dalam jihad fi sabilillah. Mereka menyeru umat manusia kembali kepada Allah agar urusan mereka dapat terlaksana dengan benar. Musyahadah terhadap risalah beliau SAW akan memperkuat pengetahuan seseorang sehingga lubang kebodohan yang ada dalam diri akan berkurang, kesalahan yang mungkin terjadi dalam menyeru manusia kepada Allah akan berkurang, dan musyahadah itu menambah kekuatannya dalam penyampaian kebenaran.

Musyahadah akan dapat diperkuat bila seseorang berusaha memahami seluruh tuntunan bersesuaian dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW. Pintu pemahaman terhadap pengajaran Rasulullah SAW adalah pengenalan diri. Pengenalan diri adalah pintu. Tidak semua orang yang mengenal diri kemudian berusaha memahami maksud tuntunan Rasulullah SAW sebagaimana yang diinginkan Rasulullah SAW, tetapi kadang hanya mengikuti pemahaman menurut dirinya sendiri. Bila seseorang berusaha memahami maksud Rasulullah SAW, pengetahuannya akan meluas dan/atau memanjang, dan menjadi rinci hingga dapat dijadikan pedoman operasional. Bila mengikuti pemahaman diri, seseorang mungkin memperoleh pengetahuan tetapi hanya berupa potongan pengetahuan yang benar, tidak mempunyai pengetahuan rinci, dan seringkali syaitan membengkokkan pemahamannya dengan cara halus.

Pengenalan terhadap amr jami’ membawa konsekuensi seseorang untuk masuk dalam al-jamaah. Al-jamaah merupakan kumpulan orang-orang yang berjihad fi sabilillah. Salah satu adab seseorang ketika berada dalam al-jamaah adalah tidak meninggalkan amr jami’ tersebut untuk keperluannya sendiri tanpa izin Rasulullah SAW. Mereka menjadi orang-orang yang terikat dalam sabilillah tidak dapat meninggalkannya tanpa ijin Rasulullah SAW. Kadangkala kehidupan mereka terlihat tidak mudah karena tidak bisa menentukan jalan kehidupan yang dipilihnya sendiri, terikat pada suatu amr yang harus dikerjakan.

 

Syura para Mukminin

Amr jami’ mempunyai satu akar yaitu amr Rasulullah SAW. Setiap insan memperoleh bagian dari amr jami dalam wujud yang mungkin berbeda satu sama lain, akan tetapi semuanya mempunyai washilah masing-masing hingga sampai kepada amr Rasulullah SAW. Satu amr dari suatu washilah tertentu akan berjalin dengan dengan amr dari washilah yang lain. Mukmin yang termasuk golongan Al-jamaah harus berusaha memahami dan memberikan bantuan bagi mukmin lain dalam hal yang dibutuhkan melalui suatu syura.

﴾۸۳﴿وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Dan (bagi) orang-orang yang menjawab seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, urusan mereka dimusyawarahkan di antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS As-Syuura : 38)

Syura dalam ayat ini menunjuk pada upaya untuk memberikan pemahaman tentang amr jami’ bagi kaum mukminin sehingga mereka menemukan jalan mengikuti jihad fi sabilillah. Dalam syura, setiap al-mukminun memberikan sudut pandangnya terhadap amr jami’ jamannya bagi kaum mukminin lainnya, dan orang lain mengambil dan/atau mengikuti langkah yang dapat disumbangkan bagi amr tersebut. Dengan demikian, setiap mukmin dapat melihat jalan untuk jihad fi sabilillah untuk ruang dan jamannya.

Syura demikian diperintahkan bagi orang-orang yang menjawab seruan rabb-nya. Seruan itu adalah seruan untuk kembali kepada Allah. Dalam kehidupan manusia di dunia, seseorang dapat terjebak dalam berbagai seruan dari seruan jasadiah untuk memuaskan hasrat badaniah, seruan hawa nafsu untuk memperoleh kedudukan yang terhormat di antara manusia, seruan orang-orang lain yang dianggap suatu kebenaran, hingga seruan rabb agar kembali kepada-Nya dengan memberikan amal-amal shalih bagi orang lain. Syura diperintahkan kepada orang-orang yang menjawab seruan rabb mereka untuk kembali kepada Allah.

Sangat penting diperhatikan bahwa suatu syura seharusnya dapat menghubungkan diri mereka dengan amr jami’. Nilai amr jami’ lebih baik daripada segala urusan yang lain. Kadang suatu amal terlihat hebat di mata manusia, tetapi sebenarnya bernilai bagaikan debu yang mudah tertiup angin. Ketika manusia mengerjakan amal-amal yang hebat tanpa mengetahui kedudukannya dalam suatu jaman, apa yang dikerjakan itu tidak memberikan nilai manfaat yang baik bagi orang lain dan semesta mereka. Sebaliknya suatu amal yang terlihat remeh dapat memberikan manfaat yang sangat besar manakala hal itu merupakan bagian dari amr jami’.

Setiap orang yang memahami bagian jihadnya dari Alquran merupakan bagian dari almukminun pada dasarnya, yaitu orang-orang yang memahami keadaan semesta mereka sesuai dengan kitabullah. Mereka menemukan kesesuaian ayat kauniyah, ayat kitabullah dan ayat-ayat dalam nafs mereka. Akan tetapi masing-masing orang mempunyai kedudukan yang berbeda. Sebagian benar-benar berusaha memahami maksud ajaran Rasulullah SAW, sebagian kemudian terputus mengikuti pemahamannya sendiri. Beberapa insan menjadi washilah bagi yang lain, hingga ada seseorang yang dijadikan oleh rasulullah SAW sebagai mitsal bagi beliau SAW, dan sebagian insan menjadi pelaksana yang berbuat dalam urusan lahiriah untuk pemakmuran bumi. Kaum beriman hendaknya dapat melihat kesatuan amr dalam tatanan yang tepat, yang menjadikan amr mereka terhubung dengan amr jami’.

Sangat penting bagi setiap orang untuk menemukan jalannya terhubung dengan amr jami’ yang menandai bahwa mereka bersama-sama dengan Rasulullah SAW kembali kepada Allah. Sangat banyak orang yang merasa berbuat baik sedangkan mereka berbuat kerusakan, merasa orang yang memperoleh petunjuk sedangkan mereka menghalangi manusia dari sabilillah, dan banyak keadaan yang menipu lainnya. Keadaan orang yang menemukan keterhubungannya dengan amr jami’ adalah keadaan yang lebih aman karena menjadi karakteristik kebersamaan dengan Rasulullah SAW.

Pada umumnya, syura melibatkan interaksi antara satu orang dengan orang lain. Dalam keadaan tertentu, mungkin saja seseorang melakukan syura hanya secara monolog. Ia membagi amr jami’ yang dikenalinya, dan ia mengetahui amr yang menjadi bagian orang lain, tetapi tidak ada orang yang mau mengambil bagian amr dari dirinya. Kadangkala terjadi kekeliruan di masyarakat di mana suatu syura tidak memperoleh jalan kepada amr jami sedangkan orang yang mengetahui amr jami’ tidak diperhatikan oleh kaum mukminin. Boleh jadi syaitan akan membelokkan jalan mereka perlahan-lahan hingga tersesat menuju neraka.

 

Mengenali Amr Jami’

Amr jami’ akan dikenal berdasarkan kemuliaan akhlak yang meliputi keadaan bathin masing-masing orang hingga lahirnya amal-amal perbuatan, serta apa yang ada di antaranya berupa hawa nafsu, pikiran jasadiah dan akal. Banyak amal-amal yang terlihat baik, akan tetapi tidak berdasarkan keikhlasan atau kebaikan dalam hati. Kadang seseorang mengikuti suatu seruan yang dianggap baik tetapi tidak mendidik hawa nafsu, atau tidak membina dirinya untuk menggunakan pikiran atau akalnya. Kadang-kadang terdapat selipan buruk dalam ajaran yang sebenarnya baik. Hal itu tidak akan mengantarkan seseorang untuk mengenal amr jami’ karena Allah tidak akan menerima amalan demikian. Hal itu menjadi amal-amal yang tertolak dari sisi Allah. Setiap orang harus memperhatikan keadaan dirinya agar dapat terhubung kepada amr jami’ Rasulullah SAW.

Dari umul mukminin A’isyah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada padanya urusan (amr) kami maka ia tertolak“. ( HR Bukhari no: 2697. Muslim no: 1718 ).

Barangkali tidak setiap orang mengenali amr jami’ Rasulullah SAW. Amr jami’ merupakan pokok amr dalam agama. Banyak amr yang dapat menjadi pengantar bagi seseorang untuk menemukan amr jami’, dari perbuatan yang sederhana sekadar tersenyum kepada sahabat, hingga berupa amal-amal shalih yang ditentukan Allah. Keseluruhan amal tersebut dapat menjadi pengantar bagi seseorang untuk mengenal amr jami’ hingga menjadi bentuk jihad fi sabilillah selama seseorang mempunyai keikhlasan.

Selain memperhatikan keadaan diri, setiap orang harus berhati-hati terhadap amal-amal yang tidak tersambung dalam mengikuti Rasulullah SAW. Syaitan membuat urusan-urusan bagi manusia yang sebenarnya tidak menghubungkan manusia kepada amr jami’, baik berupa perbuatan-perbuatan yang jelas terlihat kufur maupun perbuatan-perbuatan yang terlihat baik tetapi menyesatkan. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan mengikuti syaitan tidak akan dapat menghubungkan seseorang kepada amr jami’ ataupun jihad fi sabilillah. Perbuatan-perbuatan demikian merupakan perbuatan yang tertolak.

Setiap orang harus memperhatikan keadaan dirinya dan mencari tuntunan dari Rasulullah SAW agar memperoleh pengenalan terhadap amr jami’ dan jihad mereka fi sabilillah. Keadaan jiwa seseorang yang dipenuhi dengan keinginan jasadiah ataupun hawa nafsu akan memburamkan pandangan seseorang terhadap kebenaran dalam mengikuti Rasulullah SAW. Menemukan seseorang yang berbagi (melakukan syura) amr jami’ dan sabilillah yang dikenalinya merupakan kemudahan yang sangat berharga, akan tetapi setiap orang harus tetap memperhatikan tuntunan Rasulullah SAW. Banyak amal-amal terlahir dari bisikan syaitan yang membelokkan seseorang dalam menempuh perjalanan bersama Rasulullah SAW yang mengakibatkan seseorang tertolak dari sisi Allah.

Secara umum, orang yang bersyura mengetahui kedudukan amr orang lain sebagai bagian dari amr jami’ tidak menafikannya. Orang yang tersesat akan mempunyai kecenderungan menafikan amr yang tidak menjadi bagiannya. Setiap orang harus berusaha mengenali orang lain dan memberikan bantuan dalam upaya mereka menyatukan diri dalam amr jami’ dalam segala tingkatannya, baik yang baru bertaubat ataupun yang telah memiliki banyak pengetahuan dan amal. Bila ia tidak mengenali amr orang lain sebagai bagian amr jami’, boleh jadi benar orang lain tidak peduli terhadap amr jami’ atau boleh jadi dirinya sendiri-lah yang disesatkan syaitan. Hal ini harus diperhatikan seseorang agar ia mengenali dorongan syaitan untuk tidak menyatu dalam amr jami’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar