Pencarian

Sabtu, 01 Agustus 2020

Menemukan Kesenangan Di Sisi Allah (5)

Perbuatan Keji dan Kehidupan Umat

Kelebihan Manusia

Syaitan memerintahkan manusia untuk berbuat keji, sedangkan Allah memerintahkan manusia untuk berjalan dengan kesetimbangan. Perbuatan keji akan membuat manusia berjalan tanpa kesetimbangan dan pada akhirnya membuat manusia tersesat dari jalan menuju Allah. Untuk berjalan secara setimbang, setiap manusia harus mengikuti kitabullah dan memperoleh mizan sesuai dengan tuntunan rasulullah SAW, berupa pemahaman terhadap kebenaran.

Perbuatan keji akan membuat manusia tersesat di jalan Allah. Manusia diciptakan Allah di alam bumi yang jauh dari sumber kebenaran, dan diperintahkan untuk kembali kepada Allah. Terdapat banyak kelebihan-kelebihan yang disediakan Allah bagi setiap manusia yang berjalan kembali kepada Allah. Allah memberikan kepada manusia sebuah sarana berupa shirat al mustaqim sebagai jalan kembali yang paling dekat kepada Allah.


۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا [ الإسراء:70-70]
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. [Al Isra":70]
Manusia adalah makhluk yang diciptakan di alam yang terjauh dari sumber kebenaran. Allah adalah zat yang Maha Tinggi yang tidak akan dapat dikenali oleh seluruh makhluk. Akan tetapi Dia berkehendak untuk dikenal oleh makhluk-Nya, maka diciptakanlah makhluk dalam berbagai lapisan sebagai wujud penurunan agar Dia dapat di kenal makhluk. Sebagian makhluk diciptakan di alam yang tinggi yang lebih dekat dengan sumber kebenaran, dan sebagian makhluk diciptakan di alam yang rendah yang lebih jauh dari sumber kebenaran. Tingkat kesejatian masing-masing alam diciptakan semakin turun dari alam yang tinggi hingga alam yang rendah, akan tetapi tidak pernah hilang hingga alam yang terendah. Sedangkan tingkat kebathilan semakin meningkat dari alam yang tinggi hingga alam yang rendah. Kebathilan itu ada dari alam muqarrabun yang dahulu ditempati oleh iblis hingga demikian banyak kebathilan di alam dunia.

Manusia diciptakan secara unik, diciptakan di alam terjauh dari sumber kebenaran dan dituntut untuk kembali pada sumber kebenaran. Alam dunia merupakan alam yang terjauh dari sumber kebenaran, dan harus kembali menempuh jalan menuju sumber kebenaran dengan sedemikian banyak hal-hal yang bathil menggoda sepanjang perjalanannya, mengalihkan tujuan pada hal-hal yang semu. Karena tantangan yang sangat besar, manusia dimuliakan atas kebanyakan makhluk. Allah menyediakan jalan bagi manusia agar manusia memperoleh anugerah-Nya, manusia diberi rizki yang thayyib dan diberi kelebihan yang sempurna atas segenap makhluk.

Pengaruh Perbuatan Keji bagi Umat Manusia

Allah senantiasa memanggil manusia untuk kembali kepada-Nya bilamana manusia mendengar. Sebagian manusia sama sekali tidak terpanggil untuk kembali kepada Allah, tetapi justru tenggelam dalam kehidupan dunia memperturutkan hawa nafsu dan syahwat. Mereka adalah orang-orang yang terjebak dalam kegelapan dunia berupa dzulumat. Sebagian manusia terpanggil kembali kepada Allah hingga memperoleh shirat al-mustaqim dan menempuh jalan yang dekat kepada Allah. Sebagian manusia terpanggil untuk berusaha menempuh jalan kembali kepada Allah, akan tetapi syaitan menyesatkan mereka dengan petunjuk-petunjuk yang palsu melalui hawa nafsu dan syahwat manusia sehingga mereka tersesat di jalan Allah. Kelompok manusia ini termasuk dalam golongan orang-orang yang tersesat (adh-dhaallin).

Syaitan menggunakan perbuatan keji sebagai senjata untuk memporak-porandakan umat manusia. Syaitan akan selalu berusaha menyesatkan umat manusia dengan perbuatan keji, dan akan dijadikan sebagai media untuk membangkitkan perpecahan di antara umat manusia, khususnya terhadap orang-orang yang berjalan kembali kepada Allah.


فَرِيقًا هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيۡهِمُ ٱلضَّلَٰلَةُۚ إِنَّهُمُ ٱتَّخَذُواْ ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّهُم مُّهۡتَدُونَ [ الأعراف:30-30]
Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. [Al A'raf:30]
Ayat tersebut bercerita tentang akibat yang terjadi pada umat manusia karena perbuatan iblis dalam menggunakan perbuatan keji untuk menggelincirkan umat manusia ketika berjalan menuju Allah. Umat manusia yang berjalan menuju Allah akan tercerai berai dalam kelompok-kelompok. Sebagian kelompok akan mendapatkan petunjuk untuk kembali ke jalan yang benar, dan sebagian manusia akan menetap dalam kesesatan akibat syaitan. Itu semua terjadi pada umat yang kembali kepada Allah.

Seluruh umat yang kembali itu akan merasa bahwa mereka adalah kelompok yang mendapatkan petunjuk, baik orang yang benar-benar mendapatkan petunjuk maupun orang-orang yang tetap bagi mereka kesesatan. Orang-orang yang berada dalam kesesatan itu adalah orang-orang yang menjadikan Allah dan sekaligus para syaitan sebagai wali bagi mereka. Ini adalah persoalan kesesatan yang sangat halus yang mungkin terjadi pada orang-orang yang kembali kepada Allah, sedemikian halus sehingga mereka tidak dapat membedakan antara petunjuk Allah dengan petunjuk-petunjuk syaitan. Mereka menjadikan syaitan sebagai wali bagi mereka, sekaligus menjadikan Allah juga sebagai wali.

Persoalan ini terjadi karena ketidaktaatan terhadap kitabullah dan tidak berusaha mendapatkan mizan yang tepat dalam kehidupan mereka sehingga tidak dapat berjalan dengan kesetimbangan menuju Allah, dan kemudian terjerat dalam perbuatan keji. Dalam kacamatanya, bukan perbuatan keji yang mereka lakukan, padahal sangat jelas itu adalah perbuatan keji. Mereka melihat bahwa perbuatan keji itu adalah perintah Allah, dan mereka menemukan bahwa para panutan mereka melakukan perbuatan yang mereka lakukan. 

وَإِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةٗ قَالُواْ وَجَدۡنَا عَلَيۡهَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِهَاۗ قُلۡ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأۡمُرُ بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [ الأعراف:28-28]
Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya". Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji". Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui? [Al A'raf:28]
Ayat ini berbicara tentang orang-orang yang disesatkan syaitan dalam perjalanan kepada Allah dengan perbuatan keji. Hanya orang-orang yang kembali kepada Allah yang berbicara tentang amr Allah, sedangkan orang-orang yang berada dalam kegelapan tidak akan berbicara tentang amr Allah karena tidak ada kaitannya dengan kehidupan mereka. Sebagian orang yang kembali akan melakukan perbuatan keji, dan menganggap perbuatan keji yang mereka lakukan adalah amr dari Allah. Hendaknya manusia yang berjalan kembali kepada Allah menolak tipuan demikian dengan membangun keyakinan bahwa Allah tidak pernah memerintahkan manusia dengan perbuatan keji. Dalam beberapa hal, orang-orang yang mengalami kejadian demikian tidak memperoleh mizan yang baik untuk memahami kehendak Allah, sehingga Allah mempertanyakan pengenalan mereka kepada Allah : apakah engkau mengatakan terhadap Allah apa-apa yang tidak engkau ketahui?.

Persoalan semacam ini akan mengguncangkan umat manusia. Hal ini barangkali tidak akan terlalu mengguncangkan orang-orang yang benar-benar mencari kebenaran dengan membangun mizan yang tepat sesuai dengan tuntunan rasulullah SAW. Dengan mizan yang tepat, seseorang akan melihat dengan cara yang benar terhadap persoalan yang terjadi pada dirinya dan sahabat-sahabat dalam perjalanan menuju Allah. Mereka akan melihat petunjuk Allah dengan bashirahnya. Namun demikian, mereka akan tetap tergetar melihat akibat yang mungkin menimpa umat manusia karena tipuan syaitan yang demikian itu.

Namun hal itu akan berakibat buruk bagi orang yang tidak mempunyai mizan yang benar. Sebagian manusia yang berjalan kepada Allah akan tertimpa kesesatan yang tetap karena mereka mengambil syaitan-syaitan sebagai wali bagi mereka. Kebiasaan mereka untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk tanpa mencari kaitan dengan asas dasarnya dari kitabullah akan membuat mereka menganggap petunjuk-petunjuk yang datang kepada mereka adalah kebenaran, padahal mungkin saja syaitan berperan menyisipkan sesuatu dalam turunnya petunjuk itu. Dengan keadaan demikian, mereka secara tidak sadar menjadikan syaitan sebagai wali-wali bagi mereka, sedangkan mereka menganggap bahwa mereka adalah golongan yang mendapatkan petunjuk.

Tipu Daya Syaitan Membangkitkan Perbuatan Keji

Kesesatan yang diakibatkan oleh petunjuk-petunjuk syaitan sangatlah halus. Mereka bersama orang yang mengikuti mereka menggunakan tatacara yang sangat halus dalam melakukan perusakan dan penyesatan umat manusia. Mereka melakukan pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki dan memelihara kehidupan anak-anak perempuan. Hal ini tampak sebagaimana upaya Fir’aun dalam mempertahankan kekuasaannya pada masa menjelang kelahiran Musa. Dalam kehidupan masa kini, anak-anak itu tidak hanya menunjuk wujud anak-anak. Pada hakikatnya, anak-anak perempuan adalah representasi pemakmuran-pemakmuran bumi di tataran jasadiah, sedangkan anak-anak laki-laki adalah representasi pengenalan-pengenalan dan upaya manusia untuk kebenaran ilahiah.

وَإِذۡ نَجَّيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ [ البقرة:49-49]
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari keluarga Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang buruk, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. [Al Baqarah:49]
Tidak ada yang tampak salah dalam memelihara kehidupan anak-anak perempuan. Manusia sebagai makhluk bumi akan melihat bahwa pemakmuran-pemakmuran kehidupan jasadiah adalah kebaikan. Pemakmuran-pemakmuran bumi secara parsial tanpa mempertimbangkan masalah secara menyeluruh sesuai dengan kebenaran dari sisi Allah benar-benar akan dibiarkan oleh syaitan dan orang-orang yang mengikuti mereka atau bahkan mereka memberikan inspirasi-inspirasinya.

Penyesatan dan perusakan itu akan dapat disadari manakala manusia memperhatikan bahwa ada upaya pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki bersamaan dengan memelihara anak-anak perempuan. Penegakan perkataan yang benar tentang Allah, upaya pencegahan manusia dari perbuatan-perbuatan keji (fahsya’) dan perbuatan-perbuatan buruk merupakan wujud anak-anak laki-laki. Demikian pula pencegahan dan perlawanan terhadap dosa dan dosa besar berupa riba, syirik, sihir, pembunuhan, lari dari perang, memakan harta anak yatim dan qadzaf terhadap mukminat yang menjaga diri. Itu merupakan sebagian wujud dari anak-anak laki-laki yang menjadi musuh bagi syaitan dan golongannya.

Bilamana seseorang memperoleh petunjuk-petunjuk tentang pemakmuran bumi, hendaknya diperhatikan pula anak-anak laki yang harus dipeliharanya juga. Bila terlihat adanya pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki, maka itu kemungkinan adalah petunjuk dari syaitan. Bila seseorang mengatakan bahwa penegakan perkataan yang benar tentang Allah dan pencegahan perbuatan-perbuatan keji adalah amal yang tidak kongkret, dan hanya menganggap amal shalih adalah perbuatan yang melahirkan pemakmuran jasadiah yang kongkret saja, maka itu adalah wujud dari pembunuhan terhadap anak-anak laki-laki dan pemeliharaan anak-anak perempuan. Sangat mungkin itu adalah petunjuk dari syaitan yang datang secara halus. Setiap orang harus berhati-hati untuk menerima petunjuk.

Sebenarnya pemakmuran terhadap bumi tidak akan terjadi dengan benar manakala tidak mempertimbangkan aspek kebenaran dari sisi Allah. Pemakmuran-pemakmuran itu akan membawa kerusakan-kerusakan tanpa disadari oleh manusia. Manusia hanya akan terjebak dalam penampilan-penampilan fisik tanpa menyadari kerusakan yang akan terjadi karena upaya-upaya pemakmuran secara parsial tersebut.

Manusia sebagai makhluk bumi pasti akan memulai segala upaya berdasarkan pengetahuan jasadiah. Ini sebenarnya cenderung akan membuat kerusakan di muka bumi tanpa disadari. Bilamana ada seorang laki-laki yang mengenal Allah, seharusnya semua hal terkait urusan laki-laki tersebut dijadikan sumber urusan bagi masyarakat di sekitarnya. Itu akan menumbuhkan kemakmuran bumi yang sebenarnya. Akan tetapi kadangkala laki-laki tersebut terkurung sendiri tanpa mempunyai akses terhadap semestanya. Syaitan dapat memisahkan laki-laki itu terhadap semestanya melalui upaya memisahkannya dengan istrinya. Istrinya merupakan pembawa semesta dan sumber khazanah bagi suaminya, bilamana dia dipisahkan maka masyarakat akan mengalami kerugian. Setiap laki-laki yang mengenal Allah harus mempunyai istri, lebih baik dengan yang shalihah agar dapat memperoleh semesta yang tepat. Bila istrinya tidak shalihah, setidaknya laki-laki itu mempunyai sumber inspirasi walaupun tidak menghadirkan semestanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar