Pencarian

Sabtu, 08 Agustus 2020

Menemukan Kesenangan di Sisi Allah (7)

Syaitan di Shirat Al-Mustaqim 


Syaitan selalu berusaha menyesatkan manusia dan menghalang-halangi manusia untuk menempuh shirat al mustaqim. Pada tahap awal, mereka menyesatkan manusia dengan sayyiah mereka. Setelah menempuh perjalanan, manusia disesatkan dengan perbuatan-perbuatan yang keji. Selama perjalanan menuju Allah, syaitan senantiasa berusaha menyesatkan dengan perkataan-perkataan tentang Allah tanpa dasar pengetahuan. 

Upaya itu tidak berhenti hingga seseorang mengenal shirat al-mustaqimnya. Pada saat seorang manusia mengenali shirat al-mustaqim yang diperuntukkan baginya, sebenarnya syaitan telah bertengger menanti pada kedudukan orang tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan iblis ketika menempati kedudukan tersebut, diantaranya mungkin untuk menghalang-halanginya menempuh shirat al-mustaqim, atau menyisipkan upayanya melawan umat manusia melalui seseorang ketika menempuh shirat al mustaqim. Hal ini diceritakan dalam ayat berikut : 

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ [ الأعراف:16] 

(Iblis) berkata: "Maka karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan duduk bagi mereka pada jalan Engkau yang lurus, [Al A'raf:16] 

Ayat itu adalah sumpah iblis di hadapan Allah ketika dihukumi sebagai makhluk yang tersesat. Iblis akan mendahului seseorang pada kedudukannya di shirat al mustaqim, sebelum orang tersebut memasuki jalan itu. Iblis akan berupaya memperoleh tempat berpijak dalam diri seseorang pada shirat al-mustaqimnya. Ketika seseorang baru tiba pada tahap mengenal untuk apa dirinya diciptakan, mengenal amal shalih yang harus dikerjakan sebagai jalan ibadahnya kepada Allah, mengingat kembali perjanjian dengan rabb sebelum penciptaannya dahulu, sebenarnya syaitan juga sedang berupaya memperoleh tempat berpijak di shirat al-mustaqim orang tersebut. Ada perjuangan yang harus dilakukan seseorang agar gerbang shirat al-mustaqim itu dapat terbuka dengan benar dan bersih bagi dirinya. 


Upaya Menghalangi dari Jalan Allah 


Upaya syaitan itu sebenarnya tidak hanya memperoleh kedudukan di shirat al-mustaqim saja. Jauh sebelum seseorang mengenal shirat al-mustaqim, syaitan telah berusaha menghalang-halangi perjalanan seorang manusia. Ketika seseorang mulai mencium aroma bidang amal shalihnya, syaitan akan berusaha keras menghalang-halanginya agar tidak berlanjut. Misalnya ketika berusia 34 atau 35 tahun, seorang laki-laki mungkin akan mulai merasakan kecenderungan terhadap bidang amal shalihnya, secara umum. Pada saat itu, boleh jadi orang tersebut akan bertemu dengan syaitan yang berusaha menyesatkannya, syaitan dari kalangan iblis dengan bentuk menyerupai manusia dengan warna kulit merah tua dengan tattoo menyelimuti tubuh. 

Bila iblis itu tersenyum menyeringai, itu bukan senyum sambutan perjumpaan bagi manusia. Itu mungkin senyum kemenangan. Ada dua hal yang menjadi sasaran utama iblis dalam menghalangi manusia, yaitu kesesatan seorang laki-laki dan pemisahan laki-laki itu dari istrinya. Mungkin laki-laki itu telah tertipu untuk mengikuti bujukannya sehingga tersesat, atau mungkin iblis telah berhasil memisahkan istrinya dari laki-laki itu. Kedua hal itu akan membuat iblis bergembira, tidak menyembunyikan senyum kegembiraannya walaupun hanya dalam senyum seringai yang tipis. Hendaknya setiap orang memeriksa keadaan dirinya dan keadaan istri-istrinya. 

Bila iblis itu merasa kesal dan orang itu mempunyai kelemahan, iblis akan melampiaskan rasa kesalnya kepada orang tersebut. Boleh jadi orang itu menjadi bulan-bulanan di tangannya. Bila tidak ada kelemahan dalam diri seseorang baginya dan iblis itu merasa sangat kesal karena orang yang akan disesatkannya, iblis itu mungkin akan mengucapkan sumpah serapah. Hal itu sebenarnya menguntungkan manusia, karena akan mempermudah mengenali sepak terjang yang akan dilakukan iblis itu. Akan tetapi perlu waspada bahwa sumpah serapah iblis itu tidak terbatas pada apa yang dimengertinya. Misalnya boleh jadi seseorang menilai bahwa sumpah serapah iblis itu terkait dengan orang jauh di luar dirinya, kenyataannya sumpah serapah itu terkait dengan orang yang sangat dekat dengan dirinya, atau bahkan masih menyasar dirinya bukan menyasar orang lain. 

Ketika seseorang mengenal dirinya, iblis yang dahulu menolak bersujud kepada adam akan turun tangan, berusaha untuk mendompleng menempati kedudukan orang itu di shirat al mustaqim. Allah memberikan gambaran bagaimana dia memulai usahanya mendompleng melalui peristiwa tertipunya Adam dengan pohon khuldi. Barangkali peristiwa pohon khuldi itu adalah puncak tipuan iblis terhadap manusia. Pastilah banyak jenis tipuan-tipuan yang bisa diperbuat iblis bagi seseorang ketika memasuki gerbang pengenalan dirinya. 


Membuka Celah Berpijak 


Dalam peristiwa pendomplengan ini, iblis tidak akan terlihat dalam wujud aslinya oleh manusia, sebagaimana dalam peristiwa khuldi Adam dan Hawa tidak melihat wujud asli Iblis. Akan tetapi akan terlihat nasihat yang dimunculkan Iblis bagi orang itu bila orang itu mencermati. Nasihat Iblis itu sangatlah halus, tidak terlihat ada yang salah. Misalnya, bisa jadi iblis hanya memberikan visi tambahan hingga seseorang memperoleh visi kehidupannya di akhirat yang abadi. Boleh jadi visi yang diberikan iblis itu benar, akan tetapi visi itu tidak memberikan bekal dan kesegaran ubudiyah bagi jiwanya, dan mungkin hanya akan melambungkan hawa nafsunya. Kadang iblis meluaskan visi tentang urusan Allah bagi orang tersebut melampaui batasan urusan seharusnya bagi dirinya, sehingga urusannya bertabrakan dengan urusan yang harus dipikul sahabatnya. Bukan perebutan amal shalih itu inti masalahnya, tetapi intinya iblis berusaha membuka tempat berpijak untuk mendompleng kedudukan seseorang di shirat al mustaqim. Iblis mempunyai keleluasaan bertindak bila mendapatkan tempat berpijak dalam diri seseorang yang berada di shirat al mustaqim. 

Peristiwa pengenalan shirat al-mustaqim oleh seseorang diceritakan dalam surat alfath : 

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحٗا مُّبِينٗا لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَيۡكَ وَيَهۡدِيَكَ صِرَٰطٗا مُّسۡتَقِيمٗا [ الفتح:1-2] 

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu keterbukaan yang nyata. 

supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memberikan petunjuk bagimu jalan yang lurus, [Al Fath:1-2] 

Pengenalan seseorang terhadap shirat al-mustaqim ditandai dengan keterbukaan dalam jiwa seseorang tentang jati dirinya. Kebenaran akan terlihat sangat jelas, dan ayat-ayat alquran berbicara tentang segala sesuatu yang perlu diketahui oleh dirinya. Allah menunjukkan amal-amal shalih yang perlu dilakukan oleh orang tersebut agar Allah melimpahkan ampunan-Nya kepadanya sehingga segala dosa-dosa yang terdahulu dan yang akan datang mendapat ampunan. Perbuatan-perbuatan itu juga akan menyempurnakan nikmat Allah yang akan dilimpahkan kepadanya. Melalui keterbukaan itu seseorang akan melihat shirat al-mustaqim yang diperuntukkan baginya. 

Akan tetapi setiap orang harus berhati-hati. Iblis besar selalu menunggu setiap peristiwa tersebut bila terjadi pada seseorang, untuk membuka kesempatan memperoleh kedudukan di shirat al-mustaqim. Iblis hanya menambah atau menyisipkan sedikit tambahan dalam keterbukaan itu. Mungkin banyak hal yang menjadi tujuan iblis menempati kedudukan seseorang di shirat al-mustaqim. Yang jelas, syaitan adalah musuh yang akan mencelakakan setiap manusia. Menghalang-halangi seseorang dari shirat barangkali hanya salah satunya. Setiap orang harus bertakwa ketika mengenal untuk apa dirinya diciptakan, agar syaitan tidak memperoleh pijakan untuk menipu dirinya. Tanpa kehati-hatian, orang itu dapat tergelincir di shirat al mustaqim. 


Upaya Lebih Lanjut 


Bila orang itu lolos dari tipuan iblis di gerbang shirat al mustaqim, maka iblis kemudian akan mendatangi orang tersebut dari arah depan, belakang kanan dan kirinya, mengusahakan agar orang itu menjadi orang yang tidak bersyukur kepada Allah. 

ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ [ الأعراف:17] 

kemudian aku akan mendatangi mereka dari hadapan mereka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. [Al A'raf:17] 

Orang yang lulus adalah orang yang ikhlas, dan hanya karena pertolongan Allah bukan usahanya sendiri. Sebenarnya ketika hal itu terjadi, orang tersebut telah memilih kehidupan yang menanjak terjal untuk menuju Allah. Jalan terjal itu adalah jalan yang disediakan Allah baginya. Syaitan tidak bisa menjadikan orang itu mengalami kesulitan atau bencana. Syaitan hanya akan mendatangi orang itu dari depan, belakang, kanan dan kirinya untuk menjadikan orang itu tidak bersyukur. Karena hal ini, seseorang yang telah memilih jalan kepada Allah hendaknya tidak pernah sedikitpun mengeluh karena segala sesuatu terjadi atas ijin Allah, sedangkan keinginan mengeluh selalu dibangkit-bangkitkan oleh syaitan. Orang itu harus mensyukuri keadaan dengan berbuat sesuai dengan kehendak Allah. 

Tidak mengeluh tidak berarti hanya berdiam diri. Amar ma’ruf dan nahy munkar harus ditegakkan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan dirinya, tidak membiarkan semua kemungkaran terjadi tanpa usaha melarang. Setelah memilih jalan lurus kepada Allah, seseorang akan dihadapkan pada banyak kemungkaran di sekitarnya, di depan belakang kanan dan kirinya. Kemungkaran itu akan terbuka dan terlihat semakin lama semakin bertambah dekat jarak dengan dirinya. Itu adalah jalan menanjak yang harus ditempuh dengan rasa syukur kepada Allah, sedangkan syaitan akan berusaha menjadikannya mengeluh. Syaitan dari kalangan Iblis itu akan berhadapan dengan dirinya dalam jarak yang sangat dekat. Setiap orang harus selalu bersyukur apapun keadaan yang dihadirkan kepada dirinya, walaupun harus berjalan sendirian di antara keramaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar