Pencarian

Kamis, 23 November 2023

Kitabullah Alquran dan Arah Kehidupan Manusia

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Dengan mengikuti Rasulullah SAW, seseorang akan menemukan jalan untuk kembali kepada Allah menjadi hamba yang didekatkan.

Membentuk akhlak mulia adalah membina suatu pengetahuan dalam diri sesuai dengan akhlak Rasulullah SAW dan bersikap sesuai dengan pengetahuan itu. Kandungan kemuliaan dalam segala sesuatu yang diajarkan Rasulullah SAW hendaknya dapat dipahami, ditiru bentuknya dan diwujudkan dalam kehidupan. Kemuliaan dari sisi Allah telah diturunkan bagi semesta alam melalui diri Rasulullah SAW sepenuhnya dan setiap makhluk dapat mengambilnya untuk dijadikan sarana kembali dekat kepada Allah. Orang-orang yang mengambilnya akan memperoleh pengetahuan kebenaran yang sangat bermanfaat sebagai petunjuk menuju jalan Allah.

﴾۶﴿وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah kebenaran (al-haqq) dan menunjukkan kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS Saba : 6)

Setiap orang yang memperoleh kemuliaan dari Rasulullah SAW akan mengetahui kebenaran (al-haqq), setidaknya kelak ketika hari dibangkitkan. Di sana mereka akan mengetahui bahwa apa yang dipegangnya dari Rasulullah SAW adalah kebenaran, akan terlihat kebenarannya dan itu menunjukkan jalan menuju Allah. Dengan pengetahuan itu mereka mengetahui arah kehidupan, tidak sepenuhnya kebingungan kemana akan melangkah di alam yang tidak diberi penanda arah. Bila pengetahuan itu samar-samar, mereka akan melihat kebenaran dengan samar-samar. Semakin kuat ilmu mereka terhadapnya, semakin jelas arah yang harus ditempuh di alam tersebut. Sebagian orang dapat melalui alam makhsyar dan hadir di sisi Rasulullah SAW di hadapan Allah dalam sekejap mata, dan sebagian manusia tidak mengetahui arah sedikitpun selama lima puluh ribu (50.000) tahun kehidupan di alam makhsyar hingga suatu seruan dikumandangkan.

Itu adalah kehidupan yang sangat berat, 50.000 tahun hidup di alam tanpa penanda arah dengan berselisih, berbantah-bantah dan saling membalas keburukan di antara makhluk sedangkan penglihatan, pendengaran dan indera pada masa itu sangatlah peka dan kuat. Di dunia, setiap manusia dibatasi kekuatan inderanya agar berharap petunjuk Allah, dan dengan petunjuk itu ia mengenal jalan Allah dan melihat tandanya berupa kesejahteraan di bumi. Di alam makhsyar, kekuatan indera diberikan penuh. Seseorang dapat mempersepsi segenap makhluk yang diciptakan Allah tanpa pemisahan rentang alam, baik alam jasmani, jin atau para malaikat. Perlu diingat, kekuatan indera bathin yang dimiliki seseorang bukanlah ndikator petunjuk. Kekuatan indera yang penuh itu akan menjadi beban berat bagi seseorang bila tidak mengetahui petunjuk. Ia dapat melihat keburukan dari orang lain dan hal-hal lainnya terutama yang dilakukan terhadap dirinya, sedangkan akalnya mungkin tidak memahami kehendak Allah dan tidak ada penanda yang menunjukkan arah langkah. Tidak ada penanda kekejian, kebodohan ataupun keburukan yang menjadi cermin bagi dirinya. Yang akan menuntunnya hanya ingatannya tentang kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Umat Rasulullah SAW sangat beruntung dapat memperoleh kemuliaan itu yang mengalir secara langsung melalui kitabullah Alquran tanpa penghalang yang lain. Umat yang lain pada jaman ini banyak terhambat dengan waham-waham dan batasan kitab mereka yang mungkin diubah oleh banyak campur tangan makhluk lain. Umat Rasulullah SAW juga mungkin mengalami waham demikian, tetapi sarana untuk langsung terhubung kepada Allah tidak pernah pergi meninggalkannya, tergantung bagaimana masing-masing umat islam bersikap terhadap kitabullah Alquran. Bila seseorang berpegang teguh dengan akalnya kepada kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, maka ia akan dapat melihat kebenaran yang mengalir tanpa penghalang sedikitpun dari sumbernya.

Dalam kehidupan dunia, sangat banyak corak bentuk orang islam dalam mengikuti Rasulullah SAW. Ada orang-orang khawarij yang mengikuti bentuk-bentuk syariat Rasulullah SAW dengan sangat baik tanpa memahami sedikitpun makna membentuk akhlak mulia, dan justru menjadi orang-orang yang celaka. Sebagian besar umat islam jaman ini berusaha menumpang jalan keselamatan beliau SAW tanpa bersungguh-sungguh berusaha memahami arah kehidupan dengan membentuk akhlak mulia. Sebagian di antara umat islam berusaha membentuk akhlak mulia dengan membina akal untuk memahami kehendak Allah atas diri mereka, di antaranya berhasil memperoleh jalan untuk memahami dengan berpegang teguh pada kitabullah untuk melihat jalan mereka dan sebagian menempuh jalan mereka sendiri tanpa bersungguh-sungguh berpegang pada kitabullah. Setiap orang akan memperoleh kemuliaan sesuai dengan upaya yang mereka lakukan masing-masing.

Kedekatan dengan Allah membutuhkan akhlak yang mulia berupa pemahaman yang benar terhadap kehendak-Nya. Hal ini dapat terbentuk bila setiap orang berpegang teguh dengan kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Ada bentuk-bentuk kedekatan kepada Allah tetapi tidak sepenuhnya benar yang diijinkan di hadirat-Nya sebelum hari pengadilan ditegakkan. Kekeliruan itu kelak bisa menjadikannya celaka. Iblis dahulu adalah seorang hamba yang dekat kepada Allah, sedangkan ada akhlak yang keliru dalam dirinya yang kemudian ditampakkan Allah dengan penciptaan Adam. Hal demikian berlaku sepanjang jaman. Di antara umat Rasulullah SAW kelak ketika telah sampai di surga ada yang diambil oleh malaikat dari haudl Rasulullah SAW dan kemudian dimasukkan ke neraka karena tidak berpegang pada kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pada mulanya akan mencegah para malaikat tersebut, akan tetapi kemudian mempersilahkan untuk membawanya setelah para malaikat menceritakan keadaan pengikut yang diambil tersebut.

Membentuk akhlak mulia tidak boleh menyimpang dari kehendak Allah, yaitu harus sesuai dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Sesuatu yang dilihat mulia oleh manusia adalah kehinaan selama bertentangan dengan kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Sebelum Adam diciptakan, tidak ada yang melihat keburukan akhlak Iblis, dan seluruh makhluk melihat akhlaknya mulia. Allah Maha Mengetahui, maka Dia memperlihatkan keburukan akhlaknya dengan penciptaan Adam. Adam diciptakan untuk memperkenalkan konsep khalifatullah di bumi, tetapi khalifatullah di bumi yang sebenarnya adalah khalifatullah Al-Mahdi, karena beliau mengikuti Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW mengenal ruh Allah yang paling sempurna sedangkan Al-mahdi memperoleh nafakh ruh Allah sebagai salinan ruh Allah. Al-mahdi merupakan sosok yang menjadi salinan Rasulullah SAW, yaitu dengan mengikuti kitabullah Alquran sedangkan Alquran adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dan menjadi kualitas beliau SAW sepenuhnya.

Untuk membentuk akhlak mulia, setiap orang harus berusaha menmbentuk salinan akhlak Rasulullah SAW berdasarkan pemahaman kitabullah Alquran. Setiap orang mempunyai bagian diri dari Alquran yang harus dimanifestasikan, maka hendaknya setiap orang berusaha memperoleh bagian dirinya tersebut. Tidak semua orang mampu menjadikan seluruh kandungan Alquran sebagai akhlak, tetapi hendaknya setiap orang berusaha menjadikan akhlak dirinya sepenuhnya seperti Alquran tanpa pernah melakukan penentangan terhadap Alquran. Apa yang dipahami hendaknya dihayati dan diamalkan. Bila tidak mampu membentuk akhlak seperti Alquran, setidaknya ia tidak melakukan penentangan terhadap Alquran, dan tidak melepaskan alquran dalam membina akhlaknya.

Petunjuk dapat datang dari berbagai pintu. Setiap indera harus digunakan untuk membaca ayat-ayat Allah dari alam kauniyah maupun dari kitabullah. Hati harus sering dihadapkan kepada Allah agar dapat memahami kehendak-Nya sehingga diperoleh suatu pemahaman tentang jalan Allah. Petunjuk dapat diturunkan sedikit demi sedikit atau dibukakan deras sehingga seseorang memahami kehendak Allah. Sedikit atau banyak, hendaknya setiap orang mensyukuri apa yang diberikan kepada dirinya. Bila seseorang kufur terhadap nikmat yang sedikit, tidak terbuka nikmat yang besar. Kadangkala kufur terhadap nikmat yang sedikit menjadikan seseorang tersesat jauh dari jalan Allah, karena bagaimanapun ia telah memilih menapakkan langkah pada jalan yang menyimpang, maka sedikit demi sedikit akan tersesat. Masalah utama kufur nikmat yang sedikit kadangkala bukanlah kesalahan memilih amal yang paling baik, tetapi hati yang menjadi tertutup oleh kufur hingga sulit menerima petunjuk. Bila suatu petunjuk yang terlewat dapat ditempuh kembali amalnya, hal itu sebaiknya dilakukan sebagai langkah mensyukuri nikmat Allah.

Alquran dan Tatanan Dunia

Sebagian manusia menyangka bahwa Alquran adalah perkataan yang dibuat-buat oleh nabi Muhammad SAW, baik dengan perkataan yang jelas ataupun adanya keragu-raguan tentang kandungan firman Allah karena tidak mengetahui. Tidaklah demikian. Alquran benar-benar merupakan kebenaran dari Allah yang menjadi tuntunan bagi setiap manusia untuk kembali kepada Allah. Alquran itu memberikan peringatan yang jelas sebagaimana peringatan orang-orang terdahulu yang telah datang kepada mereka ataupun peringatan yang belum diperingatkan oleh orang-orang sebelum mereka. Bagi orang-orang yang mempunyai persangkaan bahwa Alquran adalah perkataan yang dibuat-buat, ada peringatan dalam Alquran yang belum pernah disampaikan oleh dan kepada orang-orang sebelumnya.

﴾۳﴿أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
apakah mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) mengada-adakannya". Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (QS As-Sajdah : 3)

Menghujat kebenaran dan para nabi merupakan kegemaran para pengikut Iblis, karena Iblis pun berbuat demikian. Iblis tidak pernah menghujat Allah dan tidak mempunyai keinginan sedikitpun untuk berbuat demikian. Bila Allah berkenan, niscaya mereka akan bersujud kembali kepada Allah. Hanya saja perlu dipenuhi sebuah syarat oleh Iblis untuk kembali bersujud, yaitu hendaknya ia bersujud kepada Adam. Ada sebuah pintu yang harus dilewati Iblis dan ia tidak mampu melakukannya, yaitu mengenali kebenaran melalui penciptaan Adam. Iblis selalu menghujat kebenaran dengan logika berdasar fenomena tanpa pemahaman terhadap kehendak Allah, dan hal itu pula yang dilakukan oleh orang-orang yang mengikuti mereka.

Di antara orang-orang yang mengikuti Iblis, ada orang-orang yang merupakan pemuja syaitan. Mereka tidak memuja syaitan, karena syaitan tidak ingin dipuja kecuali karena suka kesesatan manusia saja. Para pemuja itu hanya mempertuhankan diri masing-masing. Kadangkala syaitan memperlihatkan diri dengan keindahan mereka kepada pemujanya agar dicintai manusia. Para pemuja itu menggunakan kecerdasan dan indera langit untuk berbuat ketidakadilan di muka bumi, menghisap kesejahteraan yang mestinya diperoleh secara adil oleh umat manusia bagi mereka sendiri (dan golongannya). Tidak semua pemilik harta memperoleh harta dengan cara demikian, banyak orang memiliki harta yang banyak karena kebaikan hati mereka kepada umat manusia. Hanya mereka yang membuat kebenaran tenggelam dengan perkataan-perkataan mereka yang bathil sehingga jalan untuk ketidakadilan terbuka luas yang memuja syaitan.

Di antara pemuja logika yang mengikuti syaitan, ada orang-orang yang tidak mempertuhankan diri sendiri, bahkan sekalipun di antara orang-orang yang memuja syaitan dengan ritual mereka. Hanya saja bila demikian, telah terbuka jalan bagi syaitan terhadap mereka yang bisa membuat celaka manakala bertaubat tanpa keimanan yang cukup. Orang-orang yang demikian masih sangat lebar kemungkinan untuk bertaubat, hanya saja mereka tidak mengetahui jalan yang dikehendaki Allah. Barangkali mereka menganggap bahwa Alquran adalah perkataan yang diada-adakan karena tidak cukup mempunyai pengetahuan, maka hendaknya disampaikan kepada mereka peringatan hingga mereka bisa memperoleh petunjuk.

Sangat banyak permasalahan yang menjadi ancaman bagi umat manusia dan perlu diperingatkan kepada manusia oleh Alquran. Ayat kauniyah demikian itu biasanya hanya diketahui terbatas di kalangan orang-orang yang mengatakan bahwa kitabullah hanyalah perkataan yang diada-adakan. Misalnya ada beberapa kekejian besar yang berusaha dibuat syaitan di alam manusia. Tidak hanya berusaha membuat para isteri berkhianat, tetapi ada pula usaha syaitan membuat rumusan kekejian yang dihalalkan, atau ada pula petinggi syaitan yang kembali mempunyai keberanian untuk berusaha mengambil isteri dari kalangan manusia, bukan perempuan yang mau dizinai. Ini adalah pintu syaitan untuk mengendalikan hingga alam dunia yang sangat berbahaya, sedangkan para gadis dibiarkan tanpa suami oleh manusia atau bahkan dicegah dari jodohnya. Ini merupakan contoh-contoh peringatan yang harus disampaikan kepada orang-orang yang mengatakan bahwa Alquran adalah perkataan yang dibuat-buat oleh nabi Muhammad. Beberapa permasalahan besar demikian dapat dipahami oleh sebagian manusia yang berjalan jauh dalam mengikuti syaitan tetapi tidak mempertuhankan diri sendiri. Banyak pula peringatan masalah dalam Alquran yang dapat ditangani oleh orang-orang yang memuja logika sehingga mereka bisa memperoleh petunjuk dari Alquran.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar