Pencarian

Rabu, 09 Agustus 2023

Pemahaman Sebagai Landasan Ibadah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Akhlak al-karimah akan diperoleh seseorang apabila ia membentuk akhlak Alquran dalam dirinya. Ia dapat mensikapi peristiwa yang terjadi di alam kauniyah sejalan dengan kitabullah Alquran.

Untuk akhlak mulia demikian Allah memberikan kepada manusia dan jin berbagai indera pada nafs mereka. Allah memberikan qalb, penglihatan dan pendengaran hati agar manusia memahami ayat-ayat Allah. Bekal-bekal itu harus digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak digunakan untuk kepentingan lain secara bebas. Bila tidak dimanfaatkan untuk memahami ayat-ayat Allah, manusia dapat tersesat sejauh-jauhnya dengan bekal-bekal yang diberikan kepada mereka.

﴾۹۷۱﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka) Jahannam banyak dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-A’raaf : 179)

Hal penting yang harus diperhatikan setiap orang beriman adalah mengetahui makna kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW bagi kehidupan mereka. Setiap orang harus menemukan ayat kitabullah yang menjadi pokok perjuangannya, yaitu ayat yang tergelar pada semesta mereka dan sesuai dengan hasrat hatinya. Sahabat bisa membantu memperkenalkan kandungan kitabullah Alquran, maka kandungan kitabullah itulah yang menjadi penerang bagi mereka. Mengikuti petunjuk sahabat tanpa mengetahui kandungan kitabullah Alquran hanyalah merupakan seruan kosong tanpa makna bagi jiwa mereka. Petunjuk tanpa pemahaman terhadap kitabullah itu suatu saat akan menjadi bahan kebingungan bagi mereka terutama manakala sahabat tersebut berbuat salah. Bila seseorang berpegang pada kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, maka ia dapat tetap berpegang pada petunjuk Allah manakala sahabatnya berbuat salah, hingga ia tidak mengalami kebingungan dalam menempuh kehidupan menuju Allah.

Beberapa Aspek dalam Ibadah

Terkait dengan ayat di atas, seorang ulama menuliskan penjelasan dalam seratnya. Beliau menjelaskan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ibadah kepada Allah.

Yèn sira arsa manembah           Jika engkau hendak bersembah

ngagema margi agami              Gunakanlah jalan agama

aywa ngantya mundhut liya         Jangan sampai menggunakan yang lain

laku tindak tanpa pikir             berbuat dan melangkah tanpa berpikir

mung kabekta ing karsi             Hanya terbawa keinginan

bujuking hawa lan nepsu            bujukan hawa dan nafsu

kapilut ing rembag liya             Terpukau pada omongan orang lain

para kanca garwa tuwin             Para sahabat isteri ataupun

pra manungsa ingkang datan nut agama Para Manusia yang tidak mengikuti agama


Marganing laku utama              Jalannya langkah yang utama

utamaning gesang iki               (yang menjadi) keutamaan hidup ini

lamun ngerti mring Gusti-nya        (yaitu) jika paham terhadap Tuhan-nya

ingkang karya gesang iki            yang telah menjadikan hidup ini

tuwin ingkang paring rejeki          Juga yang telah memberikan rejeki

marang kawula sedarum             kepada hamba semuanya

kabeh para manungsa               semua manusia

ingkang gesang aneng bumi          yang hidup di bumi

kuwi ingkang lagya kena sinembaha   hanya itulah yang pantas untuk disembah

(Harum sari, sinom parijatha : 4-5)

Ayat nomor 4 menyebutkan beberapa komponen yang harus dipenuhi dalam ibadah berupa menggunakan pikiran, tidak hanya mengikuti keinginan beribadah, hawa dan nafsu dan tidak hanya mengikuti perkataan orang lain. Ayat nomor 5 menjelaskan tentang jalan keutamaan yang dapat diperoleh seseorang sebagai jalan untuk beribadah kepada Allah dengan sebenarnya berupa pemahaman terhadap Allah.

Beribadah kepada Allah harus menggunakan pikiran, tidak boleh meninggalkan proses berpikir. Berpikir dalam hal ini menunjuk pada menggunakan pikiran untuk memahami kehendak Allah berdasarkan ayat-ayat Allah yang diturunkan dalam kitabullah dan digelar pada ayat-ayat kauniyah sebagaimana disebutkan pada surat Al-a’raf di atas. Hanya dengan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah maka seseorang akan menemukan jalan ibadahnya kepada Allah di bumi dalam wujud amal-amal bagi sesama makhluk di dunia.

Pikiran merupakan kecerdasan pada tingkatan jasmaniah. Bila menggunakan pikiran mereka dengan benar, orang beriman akan dapat membentuk akal. Akal yaitu kecerdasan untuk memahami kehendak Allah pada tingkatan jiwa. Akal-lah yang menjadikan manusia memahami kehendak Allah, sedangkan pikiran saja bersifat terpecah-belah tidak bisa mengetahui kehendak Allah. Manakala pikiran mengendus kecerdasan akal, pikiran akan dapat mengikuti akalnya. Selain pikiran yang benar, pertumbuhan akal yang terbentuk pada seseorang bergantung pada kemuliaan akhlak. Ini lebih utama daripada pikiran. Bila akhlak seseorang buruk maka pikirannya tidak akan dapat menyentuh pemahaman terhadap kehendak Allah.

Pikiran harus digunakan setiap orang untuk merumuskan perbuatan dan langkah yang akan ditempuh. Selain amal, manusia perlu mengetahui langkah kehidupan yang perlu ditempuh. Setiap manusia diciptakan untuk tujuan tertentu, maka hendaknya mereka mencari langkah yang benar untuk tujuan itu. Seseorang bisa memahami tujuan dan langkah kehidupan bila mereka memahami kesatuan ayat Allah dalam kitabullah dan ayat kauniyah. Setiap amal hendaknya menjadi langkah yang benar untuk mencapai sasaran dan tujuan kehidupan. Bila seseorang baru bisa menemukan amal, hendaknya mereka juga memikirkan langkah kehidupan mereka, tidak hanya dapat berbuat baik tanpa menemukan arah melangkah. Manakala menemukan arah melangkah, hendaknya mereka mengupayakan penyatuan perbuatan mereka dalam langkah yang benar.

Sebagian orang menyangka bahwa ibadah hanya boleh dilakukan dengan mengikuti contoh-contoh dari Rasulullah SAW. Pemikiran semacam itu merupakan pemikiran yang terwarnai oleh paham kaum khawarij, yaitu kaum yang mengutamakan bentuk ibadah mahdlah (hingga menjadikan para sahabat Rasulullah SAW berkecil hati), tetapi mereka melupakan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah secara keseluruhan, bahwa ibadah manusia mencakup pula ibadah dalam bentuk amal bagi sesama makhluk. Kaum khawarij keluar jauh dari islam dengan meninggalkan pentingnya pemahaman dalam beribadah. Umat islam hendaknya berhati-hati terhadap upaya tipuan melalui kaum khawarij yang memisahkan pemahaman dalam ibadah, yaitu pemahaman terhadap kesatuan ayat Allah dalam kitabullah dan kauniyah serta ayat dalam diri manusia, karena hal itu dapat menjadikan mereka keluar pula dari islam sebagaimana kaum khawarij keluar dari islam karena hal itu.

Hendaknya setiap manusia menemukan jalan ibadah yang menjadi kehendak Allah bagi mereka, tidak salah sangka terhadap Allah dalam ibadahnya. Allah tidak membutuhkan sujudnya manusia, tetapi hamba-lah yang membutuhkan sujud kepada Allah. Ini akan dimengerti hamba Allah bila mereka menemukan jalan bersujud mereka. Hal ini tidak berarti membolehkan seseorang untuk membuat sendiri syariat, karena syariat hanya boleh dengan mengikuti Rasulullah SAW. Jalan bersujud bagi setiap hamba Allah yang dimaksud adalah bersujud dalam bentuk melakukan amal-amal jasmaniah memberikan manfaat bagi sesama. Hal ini dapat ditemukan seorang hamba Allah bila mereka memahami kesatuan ayat-ayat Allah dalam kitabullah dan ayat kauniyah yang digelar di semesta mereka.

Tidak hanya terhadap pemikiran kaum khawarij, setiap orang hendaknya memperhatikan dirinya agar tidak mengikuti segala ujaran tanpa menggunakan pikiran. Ujaran dan ajaran dari orang lain harus digunakan sebagai penjelasan terhadap pokok masalah yang digelar Allah, tidak dijadikan sumber urusan agama mereka. Demikian pula segenap dorongan hawa dan nafsu harus diarahkan untuk memahami ayat Allah yang digelar pada semesta mereka, tidak dijadikan sebagai pokok amal dan langkah dalam agama. Manakala Allah memberi karunia qalb, penglihatan, dan pendengaran, semua karunia itu harus pula digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah. Bila seseorang mengambil agama hanya dengan qalb mereka, atau penglihatan atau pendengaran dan mereka meninggalkan ayat-ayat Allah mereka akan tersesat dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya, lebih sesat dari makhluk yang hanya mempunyai indera jasmaniah.

Menggunakan pikiran tidak boleh ditinggalkan bahkan manakala seseorang menyangka menemukan wali. Manakala mengangkat hamba-hamba Allah sebagai wali, manusia tidak boleh meninggalkan pikiran mereka yang benar untuk mengikuti para wali yang mereka angkat. Kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW telah terwujud dalam bentuk jasmaniah sebagai bahan pengajaran manusia hingga tingkat pikiran. Manakala seseorang meninggalkan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW dengan meninggalkan pikiran yang benar, mereka telah menjadikan hamba-hamba Allah itu sebagai wali selain Allah. Orang yang berbuat demikian termasuk sebagai orang-orang yang kafir dan kelak mereka akan masuk dalam neraka jahannam karena pendustaan mereka terhadap kitabullah.

Dalam menggunakan pikiran, hendaknya setiap orang berhati-hati terhadap beberapa dorongan dalam diri mereka berupa keinginan (karsi), hawa dan nafsu. Keinginan beribadah pada serat tersebut menunjuk pada keinginan untuk melakukan ibadah tanpa berpegang pada pemahaman terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Dalam tingkat tertentu, keinginan demikian dapat menjadi sesuatu yang menyesatkan, dimana seseorang mungkin akan memandang diri mereka mempunyai kedudukan tinggi sebagai seorang hamba yang melaksanakan perintah Allah, sedangkan apa yang mereka lakukan sebenarnya tidak menyentuh kehendak Allah. Manakala mereka tidak berusaha untuk kembali berpegang pada kitabullah, mereka akan tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh. Bila kembali, firman Allah akan memangkas pertumbuhan keinginan yang tidak haq, mengarahkan pada pertumbuhan yang haq serta mengokohkan pertumbuhan diri pada realitas hakikat.

Hawa dan nafsu menunjukkan dorongan dalam diri dalam kualitas yang buruk, berupa kualitas intrinsik akhlak yang buruk dan hawa yang keluar dari kualitas buruk itu. Setiap makhluk berakal harus berusaha menghidupkan rasa kasih sayang dalam dirinya, maka hal itu akan mengubah akhlak nafs mereka menuju lebih baik. Kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW akan menyuburkan pertumbuhan rasa kasih sayang dalam diri seseorang hingga seseorang dapat mempunyai kesadaran yang menerbitkan dorongan nafs yang baik. Bila tidak, pertumbuhan itu dapat mengarah pada hal yang keliru atau nafs mereka tidak tumbuh menuju akhlak yang baik, sedemikian mereka hanya dapat mensikapi fenomena kehidupan dengan hawa nafsu saja tanpa pengetahuan yang diturunkan Allah. Keliru dalam bersikap kadangkala lebih berbahaya daripada kebodohan, karena syaitan berusaha mengambil bagian. Hal demikian menunjukkan adanya akhlak yang tidak baik.

Wali Selain Allah

Sebagian manusia menjadikan hamba-hamba Allah sebagai wali bagi mereka selain Allah. Hal ini terjadi manakala seseorang meninggalkan firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW untuk mengikuti orang yang mereka jadikan sebagai wali, maka wali yang mereka pilih itu merupakan wali selain Allah. Sekalipun orang yang mereka angkat itu adalah seorang wali Allah, meninggalkan firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW menjadikan wali tersebut sebagai wali selain Allah bagi mereka.

﴾۲۰۱﴿أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَن يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِن دُونِي أَوْلِيَاءَ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا
maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) menjadikan hamba-hamba-Ku menjadi wali selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir (QS Al-Kahfi : 102)

Sikap menjadikan hamba Allah sebagai wali tanpa memperhatikan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW tidak akan mengantarkan seseorang memperoleh cahaya Allah yang akan menerangi kehidupan mereka. Manakala memandang perkataan hamba Allah sejajar dengan firman Allah, seseorang telah menjadikan hamba-Nya sebagai wali selain Allah. Mereka tidak akan menemukan amal shalih yang menjadi jalan untuk kembali kepada Allah, justru mereka akan kembali menuju neraka sebagai tempat kembali mereka. Mereka barangkali merasa mengikuti hamba-hamba Allah, akan tetapi mereka tidak mengikuti cahaya Allah.

Sikap demikian seringkali mengarah berlebihan, yaitu menjadikan hamba-hamba Allah yang mereka ikuti sebagai pujaan selain Allah, hingga lebih mempercayai perkataan mereka daripada firman Allah dan sunnah Rasulullah SAW. Hal ini sama sekali tidak diperbolehkan. Seorang hamba Allah bisa menjadi penunjuk jalan kepada Allah selama ia berada di jalan Allah, dan setiap orang harus berharap kepada Allah manakala mengikuti hamba Allah yang lain, tidak menjadikannya sejajar dengan Allah atau sebagai tandingan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar