Pencarian

Rabu, 04 Januari 2023

Alquran, Bayt dan Ummatan Wahidah

Allah menyelamatkan kehidupan orang-orang beriman dari tepi jurang neraka menuju ke surga manakala mereka berpegang teguh kepada tali yang diturunkan Allah untuk berjalan kembali kepada-Nya dalam langkah taubat. Allah menyusun hati orang-orang beriman hingga mereka menjadi orang-orang yang bersaudara dalam jamaah mengikuti Rasulullah SAW sebagai umatan wahidah. Mereka tidak mempunyai rasa permusuhan terhadap orang lain dan hanya berharap kebaikan bagi setiap makhluk.

﴾۳۰۱﴿وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kalian pada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menyusun hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS Ali Imran : 103)

Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kecenderungan untuk berselisih dan bermusuh-musuhan kepada yang lain sebagaimana kecenderungan predator sebagai penguasa teritori yang sulit untuk hidup bersama-sama dengan predator lain. Akan tetapi manusia memperoleh bekal berupa kekuatan berpikir yang berguna untuk menata kehidupan jasadiah mereka secara baik. Kekuatan berpikir itu menjadi cermin di alam jasadiah untuk menangkap gambaran ide tatanan alam yang tinggi dan tertib dalam wujud hakikat-hakikat dan turunannya untuk diimplementasikan di alam jasadiah.

Orang-orang musyrik mengarahkan cermin itu pada tuntunan syaitan. Orang-orang beriman mengarahkan cermin itu pada tuntunan Allah melalui cahaya-cahaya yang diturunkan, sedangkan banyak manusia terjebak pada kegelapan alam duniawi tanpa banyak mengetahui gambaran tatanan yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan mereka. Kebanyakan manusia mengikuti tatanan manusia yang lain baik karena terpaksa ataupun dengan keinginan untuk memperoleh bagian duniawi yang selayaknya, dengan taat kepada Allah ataupun dengan maksiat. Orang yang sepenuhnya mencari dunia akan berjalan tanpa memperhatikan tatanan Allah, sedangkan orang yang mencari cahaya akan memperhatikan cahaya yang diturunkan Allah. Dengan dorongan motivasi kehidupan dunia, manusia cenderung berselisih.

Orang-orang beriman pada dasarnya masih berada pada tepian jurang neraka kecuali manakala Allah menyelamatkan mereka menjauh dari jurang neraka tersebut. Ketika seorang beriman tidak menghilangkan kecenderungan untuk berselisih dengan orang lain, mereka pada dasarnya berada pada tepian jurang neraka. Sebagian besar orang beriman berusaha agar kecenderungan berselisih pada dirinya berkurang akan tetapi tidak benar-benar menyadari jalan untuk menghilangkan kecenderungan tersebut. Beberapa orang beriman menemukan jalan itu akan tetapi bercampur dengan kegelapan yang dilemparkan oleh syaitan kepada hati dan pemikirannya. Sebagian orang diberi karunia Allah untuk menemukan jalan menemukan keselamatan.

Allah menyelamatkan orang-orang beriman dengan menyusun hati mereka membentuk suatu jamaah yang bergerak berdasar nikmat Allah yang Dia karuniakan kepada mereka. Hati orang-orang yang diselamatkan Allah adalah hati-hati yang tersusun di atas suatu tatanan tertentu. Mereka mengenali tatanan hati yang menjadi kedudukan diri mereka bersama orang beriman lainnya mengikuti penghulu alam semesta yaitu Rasulullah SAW dan nabi Ibrahim a.s. Setiap orang yang diselamatkan Allah mempunyai keinginan untuk mengetahui kedudukan mereka dalam jamaah ini. Bila tidak mempunyai keinginan ini, mereka sangat mungkin bukan termasuk orang yang diselamatkan Allah.

Pengenalan seseorang terhadap tatanan diri yang dikehendaki Allah adalah nikmat Allah. Landasan pengenalan ini benar bila berdasarkan dua kalimat syahadat, yaitu keinginan untuk bersaksi terhadap kebenaran risalah Rasulullah SAW. Syaitan-pun pada dasarnya akan mendorong manusia pada pohon khuldi mereka masing-masing manakala mereka berkeinginan semata-mata mengenal jati diri mereka, yaitu apabila mereka dianggap syaitan layak untuk didorong pada pohon khuldi mereka. Bila seseorang berkeinginan untuk musyahadah terhadap kebenaran risalah Rasulullah SAW, maka mereka akan dapat melewati dorongan syaitan pada masa awal pengenalan kedudukan diri mereka. Bila seseorang terlupa pada tujuan musyahadah, pengenalan seseorang terhadap pohon diri akan kembali berbalik menimbulkan kekacauan yang besar bagi kehidupan di bumi dan berbalik menyeret kepada jurang neraka, tidak menuju tatanan yang ditentukan Allah yang berkehendak menyelamatkan mereka.

Tetapnya seseorang pada tujuan musyahadah ini akan tampak dalam upaya merealisasikan bayt untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah. Ini adalah millah Ibrahim a.s yang merupakan turunan dari sunnah Rasulullah SAW yang dapat diupayakan manusia di bumi. Bila terlalaikan, seseorang akan berbalik menuju kehidupan dunia dengan cara menyelisihi milah Ibrahim a.s. Bila seseorang menyambungkan diri kepada nabi Ibrahim a.s dalam amal mereka, maka mereka akan tersambung kepada Rasulullah SAW. Bila seseorang menyelisihi millah nabi Ibrahim a.s dalam amal mereka, mereka terputus pula dari Rasulullah SAW. Sekalipun seseorang bersama nabi Musa a.s dalam amal-amalnya, bila mereka terpisah dari langkah nabi Ibrahim a.s maka mereka terputus dari Rasulullah SAW.

Bayt demikian merupakan kesatuan nafs wahidah bersama dengan segala yang terserak dari dirinya. Wujud yang paling mewakili adalah rumah tangga nabi Ibrahim a.s bersama siti Hajar r.a. Rumah tangga beliau-beliau merupakan bayt yang diijinkan untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah, dan hendaknya manusia mengikuti mereka dalam membentuk kesatuan nafs wahidah. Rumah tangga demikian merupakan keping fraktal yang mewakili tatanan besar umat manusia yang membentuk tatanan bersama Rasulullah SAW. Tidak ada orang yang dapat benar-benar menyatu dalam tatanan yang dikehendaki Allah dalam umatan wahidah tanpa membentuk keping fraktal berupa bayt dirinya sesuai millah Ibrahim a.s. Sebagian orang di akhirat kelak akan diseret ke neraka setelah berada di haudh Rasulullah SAW di surga karena tidak membentuk keping fraktal yang sesuai dengan kehendak Allah.

Tatanan bayt menjadi suatu bentuk contoh membentuk umat wahidah. Seorang imam mengenal nafs wahidah dan amr mereka dalam urusan Rasulullah SAW, dan ia menyayangi istrinya sebagai bagian dirinya. Seorang isteri berkhidmat kepada suaminya untuk melaksanakan urusan Rasulullah SAW, dan berbagi tugas berkhidmat dalam urusan nafs wahidah suaminya dengan isteri yang lain di jalan Allah. Ini merupakan gambaran tatanan umatan wahidah yang terwujud dalam sebuah bayt.

 

Ahlul Bayt

Allah telah menurunkan tali-Nya dari sisi-Nya hingga menjangkau alam jasadiah berupa Alquran yang dapat dibaca oleh setiap manusia. Kandungan Alquran adalah seluruh kehendak Allah yang Dia sampaikan kepada segenap makhluk-Nya melalui Rasulullah SAW. Segenap pemahaman terhadap ayat Alquran yang sesuai kehendak Allah adalah kandungan Alquran, dan banyak pemahaman manusia yang melenceng maka itu bukan merupakan kandungan Alquran, sekalipun manusia menggunakan ayat Alquran.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ada sebagian manusia yang mempunyai pemahaman yang benar tentang kandungan Alquran dalam setiap pemahaman mereka tentang Alquran. Barangkali tidak seluruh kandungan Alquran mereka ketahui, akan tetapi setiap pemahaman dirinya tentang Alquran merupakan kandungan Alquran yang benar. Orang demikian merupakan penjelas Alquran yang melanjutkan urusan Rasulullah SAW. Bagaimanapun Alquran berkedudukan lebih tinggi dan lebih agung dari insan demikian, akan tetapi bila seseorang mengikuti mereka maka mereka tidak akan tersesat jalannya hingga kelak sampai di telaga Rasulullah SAW. Sebaik-baiknya manusia menurut Rasulullah SAW tidak lebih agung daripada Alquran, maka manusia tidak boleh mengikuti orang lain dengan menyelisihi Alquran, dan pemahaman seseorang yang menyelisihi Alquran adalah pemahaman bathil.

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَحَدُهُمَا أَعْظَمُ مِنْ الْآخَرِ كِتَابُ اللَّهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنْ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ وَعِتْرَتِي أَهْلُ بَيْتِي وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا
dari Zaid bin Arqam r.a keduanya berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, salah satu dari keduanya itu lebih agung dari yang lain, yaitu; kitabullah adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan keturunanku dari ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku di telaga, maka perhatikanlah apa yang kalian selisihi aku tentang keduanya." (HR At-Tirmidzi No. 3720)

Orang-orang itu adalah keturunan Rasulullah SAW (عِتْرَتِي) yang termasuk dalam golongan ahlul bayt (أَهْلُ بَيْتِي). Keturunan Rasulullah SAW (عِتْرَتِي ) menunjuk pada orang yang terlahir dalam garis keturunan Rasulullah SAW walaupun telah bercampur-baur dengan sangat banyak garis keturunan yang lain, dan mereka merasakan kebutuhan yang besar untuk mengikuti Rasulullah SAW. Orang yang dalam garis keturunan beliau SAW dalam semangat kebanggaan menunjuk hanya setengah makna kata yang disebut Rasulullah SAW. Dari golongan عِترة Rasulullah SAW yang sepenuhnya, terdapat orang-orang yang menempuh perjalanan taubat hingga mencapai kedudukan sebagai ahlul bayt. Mereka adalah keturunan Rasulullah SAW yang mengenal kedudukan diri mereka dalam amr Rasulullah SAW dan menyatukan nafs wahidah mereka membentuk bayt yang diijinkan untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah.

Mereka itulah yang disebut Rasulullah SAW sebagai عِتْرَتِي أَهْلُ بَيْتِي. Mereka tidak akan berpisah dari Alquran dalam perjalanan mereka hingga sampai di telaga Rasulullah SAW di surga kelak. Mereka tidak menempuh langkah perjalanan menyelisihi Alquran. Barangkali ada perbuatan lain yang mereka lakukan tanpa dasar Alquran akan tetapi tidak dalam langkah mereka dalam agama. Mereka tidak membuat perkataan yang menyelisihi Alquran dengan keinginan mereka. Barangkali mereka berkata-kata yang lain, akan tetapi tidak akan mengatakan sesuatu yang menyelisihi Alquran. Apabila beban berat kehidupan dunia menimpa mereka, mereka tidak akan menyelisihi Alquran. Mereka memahami Alquran sesuai dengan keadaan mereka dan tidak akan berpisah dari kandungan Alquran bagi mereka.

Umat Rasulullah SAW akan menyelisihi kedua warisan Rasulullah SAW yang seharusnya menjadi pegangan mereka. Hal itu sebenarnya menyelisihi Rasulullah SAW. Itu yang akan terjadi pada umat Rasulullah SAW, karena itu Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya : “maka perhatikanlah apa yang kalian selisihi aku pada keduanya." Umat Rasulullah SAW akan menyelisihi Alquran dan akan menyelisihi seruan Ahlul bayt dari keturunan beliau SAW mengikuti waham mereka sendiri.

Rasulullah SAW memerintahkan umat dengan tegas untuk memperhatikan keduanya. Manakala seseorang menyelisihi keduanya dengan mengetahui hal itu, maka lebih mudah baginya untuk kembali mengikuti Rasulullah SAW. Umat islam sangat mungkin akan menyelisihi keduanya dan merasa benar ketika menyelisihi, maka ini menjadi masalah yang lebih berat. Ketika seseorang mengajak umat untuk memperhatikan kandungan Alquran tanpa menyelisihinya, hendaknya mereka memperhatikan kandungan Alquran tidak menyelisihinya, tidak mengikuti perkataan sendiri. Orang yang berpegang teguh kepada Alquran dengan benar akan selamat dalam menapak perjalanan taubat, dan cara berpegang teguh itu akan dicontohkan oleh keturunan Rasulullah SAW yang menjadi golongan Ahlul Bayt.

Berpegang pada kitabullah mengikuti contoh ahlul bayt akan mengantarkan seseorang untuk dapat menyusun hati mereka dalam suatu jamaah mengikuti Rasulullah SAW. Menghalangi atau menyelewengkan langkah manusia dalam mengikuti Rasulullah SAW membentuk bayt akan menimbulkan perselisihan yang banyak dan mengacaukan manusia dalam memahami kitabullah. Terbentuknya persaudaraan di atas nikmat Allah akan terjadi manakala terbentuk bayt yang diijinkan untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah. Sulit bagi manusia untuk mendzikirkan asma Allah dengan baik dan benar manakala mereka dihalangi atau diselewengkan untuk membentuk bayt dan barangkali Allah tidak akan mengirimkan keselamatan kepada mereka. Fitnah terbesar umat manusia akan terjadi disebabkan karena syaitan berhasil merusak terbentuknya bayt dengan terpisahnya seseorang dengan isterinya.

Keselamatan dalam ayat tersebut di atas mencakup keselamatan di dunia dan akhirat. Kesejahteraan di muka bumi yang sebenarnya hanya akan terbentuk manakala manusia berpegang teguh kepada Alquran, dan keselamatan di akhirat hanya akan dicapai dengan berpegang teguh pada Alquran. Hanya mereka saja yang diselamatkan, karena Allah yang menyelamatkan bukan karena usaha mereka atau pemahaman yang mereka peroleh. Rasulullah SAW mengajarkan lebih lanjut, hendaknya manusia mengikuti ahlul bayt dari keturunan Rasulullah SAW dalam cara berpegang pada kitabullah, karena pemahaman mereka tidak terpisah dari Alquran hingga kelak minum dari haudh. Orang lain mungkin melangkah mengikuti Rasulullah SAW menuju haudh, akan tetapi boleh jadi mereka terpisah dengan Alquran sebelum meminum dari haudh. Manakala seseorang menyelisihi sesuatu dari Alquran dalam langkah taubat mereka, mereka bukanlah ahlul bayt yang dimaksudkan Rasulullah SAW. Penyatuan hati hanya dapat dilakukan dengan mengikuti langkah Rasulullah SAW dengan benar dan Allah yang menyatukan hati orang beriman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar