Pencarian

Kamis, 29 Desember 2022

Rahmat Allah, Petunjuk dan Perselisihan

Allah menciptakan manusia di alam dunia yang jauh dari sumber cahaya Aah agar menjadi pemakmurnya. Untuk memakmurkan bumi, mereka harus menjadi khalifatullah dengan melaksanakan amanah berupa amal-amal yang telah dikalungkan di leher mereka sejak sebelum dilahirkan ke bumi. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui amanah yang telah ditetapkan Allah. Agar dapat mengetahui amal-amal yang menjadi amanah, mereka harus kembali bertaubat mendekat kepada Allah agar memperoleh cahaya yang menerangi makna kehidupan mereka.

Pada dasarnya Allah tidak mendzalimi manusia ketika menempatkan manusia dalam kegelapan. Kegelapan akan menjadikan makhluk mengetahui makna cahaya. Allah selalu berkehendak untuk memberikan kepada setiap jiwa manusia petunjuk-petunjuk mereka masing-masing hingga mereka mengetahui makna kehidupan mereka sehingga dapat melaksanakan amanah-amanah mereka. Hanya saja manusia harus benar-benar berupaya menyadari penciptaan dirinya dan alam semesta mereka secara komprehensif, tidak terjebak dalam pengetahuan-pengetahuan parsial yang membuat seseorang terhijab hatinya. Kegelapan dunia akan menjadikan manusia memahami makna cahaya, akan tetapi kegelapan itu seringkali justru menjebak manusia dalam kegelapan dirinya.

Telah sempurna firman Allah dalam penciptaan makhluk-Nya, tidak akan berubah hakikatnya. Manusia harus mengenal makna cahaya Allah, tidak terjebak dalam kegelapan yang dihadirkan dalam diri mereka. Orang-orang yang terjebak dalam kegelapan akan menjadi pengisi neraka jahannam bersama dengan jinn yang menyerupai mereka, sedangkan Allah menghendaki agar manusia mengikuti cahaya yang diturunkan Allah hingga mereka dapat berjalan menuju alam yang terang dan berbagi cahaya yang dikenalinya kepada orang-orang yang bersama mereka.

﴾۳۱﴿وَلَوْ شِئْنَا لَآتَيْنَا كُلَّ نَفْسٍ هُدَاهَا وَلٰكِنْ حَقَّ الْقَوْلُ مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuknya, akan tetapi telah tetaplah perkataan dari-Ku: "Sesungguhnya akan Aku penuhi neraka jahannam itu dengan jin dan manusia bersama-sama". (QS As-Sajdah : 13)

Allah selalu berkehendak memberikan kepada setiap jiwa petunjuk yang khusus bagi mereka, akan tetapi kebanyakan manusia menghijab diri mereka dengan hal-hal semu. Tidak hanya dengan kegelapan diri, kebanyakan manusia tertutupi pula oleh upaya syaitan untuk menyesatkan mereka. Sumpah Allah untuk mengisi neraka jahannam dengan jin dan manusia bersama-sama merupakan sumpah yang Dia firmankan manakala mengusir Iblis dari hadirat-Nya di alam kudus bersama-sama dengan para syaitan yang mengikuti mereka.

Mengharapkan Rahmat

Setiap manusia harus berhati-hati terhadap natur kegelapan penciptaan dirinya dan campur tangan tipu daya syaitan melalui kegelapan diri tersebut. Setiap diri harus lebih berharap kepada rahmat Allah tidak mengandalkan kekuatan dirinya semata dalam menempuh kehidupan karena syaitan selalu mengintai mereka. Bila mengandalkan kekuatan diri, mereka harus mewaspadai diri mereka sendiri karena ada kegelapan dalam diri mereka yang seharusnya menjadikan manusia mengerti arti cahaya tetapi selalu dimanfaatkan syaitan untuk menipu. Menaklukkan diri sendiri ini merupakan upaya yang hampir tidak dapat dilakukan manusia, maka hendaknya manusia lebih mengharap kepada rahmat Allah.

Ciri manusia berharap kepada rahmat Allah adalah keinginan untuk menyatukan diri dalam kebenaran bersama dengan orang lain dalam wadah umat wahidah. Orang-orang yang termasuk dalam umatan wahidah adalah orang-orang yang bersaudara dan berkasih sayang satu sama lain dalam kebenaran, terhubung dalam urusan Allah melalui jalinan al-arham sebagai makmum bagi Rasulullah SAW. Umat wahidah itu merupakan umat manusia yang dikehendaki Allah. Allah menghendaki manusia agar berupaya menjadikan diri mereka termasuk dalam golongan umat wahidah, maka Allah akan menjadikan demikian.

﴾۸۱۱﴿وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, (QS Huud : 118)

Upaya demikian harus ditempuh dengan menyatukan diri dalam kebenaran berupa pengetahuan diri dalam landasan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Untuk berpegang pada kebenaran, seseorang harus berusaha mencetak kualitas dirinya sesuai dengan akhlak Rasulullah SAW. Banyak jalan yang ditempuh manusia untuk berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, tetapi tidak semua jalan itu merupakan jalan yang benar. Banyak manusia keliru caranya dalam berpegang pada kitabullah sehingga tidak memperoleh rahmat Allah. Sebagian berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW untuk mengunggulkan dirinya di antara manusia, sebagian berpegang pada kitabullah untuk menelisik kesalahan orang lain dan mencela kesalahan itu tanpa keinginan menunjukkan jalan yang lebih baik, dan banyak cara lain berpegang pada petunjuk Allah secara salah. Cara demikian itu tidak akan menjadikan manusia mengerti kebenaran tetapi akan mengantarkan menuju neraka.

Banyak kegelapan dalam diri manusia yang akan menjebaknya menuju kegelapan di atas kegelapan. Syaitan pun telah mempersiapkan diri mereka untuk membimbing manusia menempuh kegelapan langit dan bumi menuju neraka. Setiap orang harus berharap rahmat Allah dalam upaya mereka mencari kebenaran. Untuk harapan manusia demikian, Allah telah menurunkan berbagai cahaya-Nya menjangkau lapis terluar diri manusia, berupa firman Allah yang hadir dalam wujud tulisan serta tauladan dalam sosok Rasulullah SAW.

Bila seseorang berusaha mencetak kualitas dirinya sesuai dengan akhlak Rasulullah SAW, mereka akan memperoleh rahmat Allah. Mereka tidak akan selalu berselisih dengan orang lain, baik ia benar ataupun keliru. Bila dirinya benar, ia akan memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik agar orang lain mengenal kebenaran dan mengikuti kebenaran itu, bukan dimaksudkan untuk mengikuti dirinya, dan tidak bermaksud mencela kesalahan yang dilakukan orang lain kecuali dengan celaan yang benar manakala kesalahan itu membahayakan umat manusia. Bila ia keliru, ia bersegera memperbaiki dirinya agar terbentuk akhlak mulia dalam dirinya selaras dengan tauladan Rasulullah SAW.

﴾۹۱۱﴿إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذٰلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Telah sempurna kalimat Tuhanmu: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia semuanya.(QS Huud : 119)

Orang-orang yang memperoleh rahmat Allah tidak berselisih dengan orang lain dengan memperturutkan hawa nafsu mereka. Hal demikian harus dijadikan tauladan oleh setiap manusia untuk mencapai keadaan yang sama dengan orang yang diberi rahmat, yaitu dengan menahan hawa nafsu untuk berselisih dengan orang lain. Ciri utama seseorang yang mengikuti hawa nafsu ketika berbeda pendapat adalah bila ia tidak mampu atau tidak mau memahami perkataan orang lain karena hanya ingin mengikuti perkataan sendiri. Hal ini tidak selalu tampak dalam suasana perbincangan. Kadangkala seseorang terlihat emosional dalam perbincangan tetapi sebenarnya masih bisa memahami perkataan lawan bicara, bisa menilai benar dan salahnya serta baik dan kurangnya, dan sebaliknya kadangkala seseorang tenang sedangkan ia sudah tidak bisa memahami perkataan lawan bicaranya karena hanya ingin mengikuti perkataannya sendiri. Manakala satu pihak tidak dapat atau tidak ingin memahami perkataan pihak lain, maka perbincangan di antara mereka sebenarnya tidak lagi mempunyai manfaat dan seharusnya perbincangan itu ditinggalkan.

Banyak macam perselisihan yang harus dihindari oleh setiap manusia, namun kadangkala seseorang harus menyampaikan amar ma’ruf nahy munkar ketika berbeda pendapat dengan orang lain. Selama ada seseorang yang mampu menentukan duduk perkara masalah dalam kebenaran, maka hendaknya ia berusaha memberikan penjelasan itu agar perselisihan tidak berkepanjangan hingga nyata apakah ia tidak menambah perselisihan. Bila seseorang tidak dapat menerima, hendaknya ia tinggalkan perselisihan setelah memberikan penjelasan. Seorang atasan harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar terselenggara diskusi dalam timnya tanpa memperturutkan hawa nafsu, karena kemajuan suatu jamaah atau organisasi akan diperoleh bila terselenggara musyawarah tanpa memperturutkan hawa nafsu.

Menghindari Perselisihan

Telah sempurna firman Allah bahwa orang yang gemar berselisih akan menjadi isi neraka jahannam. Orang yang berharap rahmat Allah lah yang mempunyai kesempatan untuk tidak menjadi ahli neraka, dan mereka adalah orang-orang yang tidak menyukai perselisihan. Dalam beberapa aspek, kegemaran berselisih merupakan wujud buruknya akhlak yang ada dalam diri seseorang, karena itu mereka menjadi ahli neraka. Dalam aspek lain, orang yang gemar berselisih menunjukkan kosongnya keinginan untuk memahami kehendak Allah dengan benar, tetapi hanya ingin mengikuti keinginan diri sendiri. Kegemaran berselisih merupakan pertanda buruk tentang keadaan seseorang dalam pandangan Allah.

Banyak bentuk perselisihan yang merupakan tanda bahwa seseorang merupakan ahli neraka. Syaitan membangkitkan suatu kaum musyrik dari kalangan umat Rasulullah SAW, yang ditandai dengan kegemaran mereka membangkitkan perselisihan di antara umat, menjadikan umat bergolongan-golongan, dan setiap golongan berbangga-bangga dengan kebenaran yang mereka ikuti. Mereka mengungkit kesalahan-kesalahan pihak lain dan menonjolkan kebenaran kepercayaan mereka tanpa membentuk akhlak mulia mengikuti Rasulullah SAW. Mereka adalah para khawarij yang akan menjadi anjing-anjing neraka. Perselisihan yang menjadi tanda bahwa seseorang merupakan ahli neraka tidak hanya dari golongan khawarij. Kebanyakan orang yang menyukai perselisihan termasuk dalam golongan ahli neraka.

Orang yang gemar perselisihan cenderung mudah memunculkan konflik karena sifat gemar berselisih, dan mudah memunculkan rasa kecewa orang lain. Suatu jamaah atau organisasi akan sulit memperoleh kemajuan bila orang yang gemar berselisih tidak ditangani dengan tepat. Seringkali suatu program hanya berjalan berputar-putar di sekitar hawa nafsu orang yang gemar berselisih tersebut, menghambat penyatuan pemikiran anggota yang lain dari jamaah atau organisasi tersebut. Penanganan itu kadangkala harus dilakukan secara mendasar dengan membangun nafs manusia untuk mengharapkan rahmat Allah, tidak dapat terus dipaksakan agar memperoleh kemajuan jamaah atau organisasi. Sekalipun menempati kedudukan paling ahli, kegemaran berselisih akan menghambat penyatuan pemikiran orang lain, dan organisasi hanya akan tumbuh sebagai pemikiran seseorang bukan tumbuh sebagai pemikiran jamaah.

Seringkali dijumpai pemikiran-pemikiran seseorang sebenarnya hanya merupakan sebuah benih ide prematur yang hanya dapat dilahirkan bila disatukan bersama dalam pemikiran jamaah. Itu bisa terjadi bila ide tersebut benar. Bila ide tersebut tidak mempunyai landasan pengetahuan sunnatullah atau bahkan menyalahi sunnatullah, maka ide tersebut sulit atau tidak akan dapat diwujudkan. Orang yang gemar berselisih seringkali tidak dapat memahami sunnatullah yang digelar di alam semesta, dan kadang kehilangan rasa bahwa idenya tidak mempunyai landasan pengetahuan sunnatullah. Hal ini kadangkala diperburuk manakala seseorang menempuh jalan pencarian ilmu yang melibatkan alam lain yang buruk. Ini harus diperhatikan oleh para pengelola organisasi atau jamaah. Pengetahuan yang benar akan lebih mudah disusun oleh orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah.

Dalam beberapa hal, seseorang yang benar-benar mencari kebenaran secara teliti seringkali tampak bersikap seolah-olah mereka menyukai perselisihan, sedangkan keinginannya adalah memperoleh sudut pandang yang paling tepat terhadap suatu masalah. Hal demikian tidak menunjukkan dirinya menyukai perselisihan, selama ia bisa memahami kebenaran yang disampaikan pihak lainnya. Bila ia terhijab tidak bisa memahami kebenaran perkataan orang lain, hendaknya ia berhati-hati bahwa ia menyukai perselisihan. Kadangkala seseorang harus berusaha menempatkan diri secara tepat menurut keadaan orang lain, karena sikap demikian dapat memunculkan perselisihan.

Petunjuk akan terbuka bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah, dan dengan petunjuk itu seseorang akan memperoleh jalan untuk menyatukan diri dalam umat yang satu. Petunjuk demikian itu merupakan petunjuk Allah dan dengannya ia akan dapat membaca ayat Allah dalam kitabullah. Orang yang memperturutkan hawa nafsu sering pula menerima petunjuk, atau dapat dikatakan lebih sering, tetapi hanya merupakan bunga-bunga hawa nafsunya, dan petunjuk Allah yang sebenarnya justru tersembunyi. Allah sebenarnya selalu berkehendak memberikan petunjuk kepada setiap nafs, akan tetapi tertutupi oleh hawa nafsu manusia yang dijadikan media oleh syaitan untuk menyesatkan, terwujud dalam fenomena keinginan berselisih.

Rahmat Allah terkait erat dengan umatan wahidah. Rahmat Allah akan diberikan kepada orang-orang yang mengupayakan penyatuan diri dalam umatan wahidah melalui turunan jalannya, dan rahmat Allah akan menjadikan seseorang termasuk dalam umatan wahidah. Sebagian orang menyeru manusia untuk mengikuti jalan Rasulullah SAW dan nabi Ibrahim a.s, mereka itulah orang yang benar dalam mengharap rahmat Allah. Sebagian orang membangkitkan angan berharap rahmat Allah, kemudian mereka tergerak untuk menemukan jalan berharap rahmta tersebut. Sebagian orang menjadikan manusia berselisih, suami dan isteri bertengkar, atau membuat fitnah terhadap orang lain dan mengatakan mereka mengikuti perintah Allah dan berharap rahmat-Nya, maka mereka itu boleh jadi orang yang tersesat jalannya atau tidak memahami perkataan mereka sendiri. Perselisihan bukanlah jalan yang merupakan turunan dari berharap rahmat Allah. Setiap orang harus berusaha menemukan umatan wahidah dan turunan darinya untuk dijadikan sebagai media jalan mengharap rahmat Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar