Pencarian

Senin, 23 Januari 2023

Fundamen Perbaikan Umat

Allah menciptakan manusia di alam dunia agar mereka mempunyai pengetahuan tentang Allah dari alam yang paling rendah. Mereka terhijab dalam berbagai tingkatan hijab, akan tetapi keseluruhan hijab itu mengikuti setiap ketetapan Allah walaupun hanya dalam urusan parsial yang dapat dilakukannya. Kebenaran seringkali bercampur dengan hal bathil, baik di langit maupun di bumi. Benda-benda diam mewujud di alam bumi menjelaskan tentang ilmu Allah yang ditampakkan di alam bumi, para malaikat memantulkan penghambaan yang tidak tercampur dengan kufur dalam batas pengetahuan masing-masing tentang Allah, para Iblis menjelaskan tentang kekufuran yang nyata manakala makhluk tidak menyambut perintah Allah, dan setiap makhluk mengambil bagian masing-masing dari ilmu Allah sesuai keadaannya, baik ia kufur ataupun beriman.

Manusia menempati kedudukan secara khusus di antara makhluk yang lain. Ia diberi potensi kemampuan untuk mengambil bagian yang dekat di sisi Allah dengan membawa seluruh beban dari alam yang gelap, atau ia bisa memilih jauh dari cahaya Allah mengikuti natur kegelapan. Malaikat bisa dekat dengan Allah tanpa beban kegelapan, dan iblis tidak terjebak dalam natur kegelapan walaupun mereka kafir. Untuk dekat kepada Allah, manusia harus berjalan di semua alam untuk mengetahui keadaan mereka, dengan membawa bagi alamnya cahaya Allah.

Di alam yang rendah, manusia harus memakmurkan bumi mereka. Landasan pemakmuran itu adalah kasih sayang dalam keberjamaahan. Untuk tujuan itu, setiap manusia harus berusaha menjadikan kaum mereka berjalan sesuai dengan kehendak Allah. Ada ketentuan yang harus dipenuhi dalam upaya itu, yaitu bahwa kaum mereka akan berubah manakala mengubah apa yang ada pada jiwa mereka. Pada dasarnya keadaan suatu kaum akan bersesuaian dengan keadaan nafs-nafs mereka. Bila mereka mengganti apa yang diikuti oleh nafs mereka, maka Allah akan mengubah keadaan mereka sesuai dengan keadaan nafs mereka. 

﴾۱۱﴿لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada nafs-nafs mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS Ar-Ra’du : 11)

Ayat di atas terutama terkait dengan pertanyaan kaum para rasul tentang mukjizat yang tidak ditunjukkan kepada mereka. Seruan yang dilakukan oleh para rasul sebenarnya bertujuan agar umat mengubah nafs mereka agar mengikuti cahaya Allah, maka dengan demikian keadaan mereka juga akan berubah menjadi baik mengikuti apa yang ada pada nafs mereka. Manusia hendaknya menyadari bahwa Allah mengajarkan kepada manusia segala hakikat dengan cara yang halus dan berlapis, tidak menampakkan kebenaran itu secara diskrit karena kebenaran itu sangat besar, luas dan berat, tidak akan mampu dipahami makhluk karena keterbatasan mereka. Hendaknya setiap manusia mengikuti kebenaran yang diperkenalkan Allah secara bertahap tidak menginginkan kebenaran secara telanjang.

Keadaan suatu kaum akan mengikuti apa-apa yang diikuti kaum tersebut. Untuk pemakmuran bumi, umat harus dirangkul bersama-sama tanpa ada yang tertinggal dengan memberikan pemahaman tentang visi bersama sesuai kehendak Allah. Seringkali proses perubahan di sisi nafs manusia dengan sesuatu yang lebih baik terhambat karena suatu doktrin yang mereka ikuti. Perubahan akan sulit terjadi manakala suatu umat dipaksakan untuk berbuat sesuatu tanpa mempunyai kesadaran dalam jiwanya tentang apa yang mereka perbuat. Satu orang di antara suatu kaum dapat memberikan warna yang mempengaruhi keadaan kaum bila mereka dapat memberikan pandangan tentang kehidupan mereka hingga kaum itu mengikuti cara pandang itu. Bila suatu visi hanya dipahami oleh seseorang tanpa membuat umatnya memahami, perubahan ke arah yang baik akan sulit terjadi. Keadaan suatu kaum akan mengikuti apa-apa yang ada pada nafs mereka.

Allah mengutus kepada setiap manusia malaikat untuk menyertai mereka. Para malaikat itu memunculkan akibat-akibat yang menyertai manusia dan perbuatan mereka sesuai dengan perintah Allah. Akibat dari setiap perbuatan oleh manusia mengikuti kehendak Allah, tidak ditentukan oleh perbuatan manusia itu. Perbuatan yang sama oleh orang yang berbeda akan mendatangkan akibat yang berbeda, dan akibat itu mengikuti kehendak Allah. Beberapa golongan manusia dibiarkan Allah untuk memperoleh segala yang diinginkan dari kehidupan dunia dengan mudah, beberapa orang lainnya dijaga agar memenuhi timbangan di sisi Allah sesuai bobot hakikat yang diinginkan orang tersebut, atau sesuai dengan kehendak Allah. Allah yang menentukan akibat dari segala yang dilakukan manusia sesuai dengan keadaan manusia tersebut, dan sangat banyak bentuk fenomena yang mungkin diturunkan Allah bagi setiap makhluk. Kadar kebaikan itu ditentukan oleh keadaan manusia, bukan pada fenomena yang terjadi. Ada atau tidaknya mukjizat pada rasul tertentu ditentukan Allah, bukan keinginan mereka sendiri, dan tidak menunjukkan kelebihan kebaikan dalam risalah di antara para rasul.

Kadangkala suatu kaum tidak mengganti apa yang buruk pada sisi nafs mereka sedangkan Allah menghendaki mereka mengganti yang buruk. Kaum nabi Nuh a.s dan nabi Luth a.s tidak mengganti apa yang ada pada nafs mereka manakala nabi Nuh dan nabi Luth a.s diutus di antara mereka. Hal demikian mendatangkan hal yang buruk terhadap mereka. Manakala mereka mengingkari apa yang disampaikan para rasul tidak mengubah apa yang ada pada nafs mereka, maka boleh jadi Allah akan mewujudkan keburukan yang menjadi pandangan hidup mereka dengan cara yang diskrit. Apabila demikian maka tidak ada yang akan menolak keburukan itu dan tidak ada yang menolong mereka kecuali Allah. Mukjizat atau keburukan yang dimunculkan Allah pada dasarnya merupakan fenomena yang sama, yaitu ditampakkannya kebenaran secara diskrit.

Segala sesuatu yang diturunkan kepada manusia mengikuti kehendak Allah, akan tetapi Allah menurunkannya sesuai dengan keadaan manusia. Tidak semua yang diturunkan Allah dalam kehidupan di bumi adalah kadar terbaik di sisi-Nya, tetapi selalu terbaik bagi kehidupan di bumi sesuai keadaannya. Semakin baik keadaan nafs para penghuni bumi, semakin baik pula kadar yang diturunkan Allah dari sisi-Nya. Setiap manusia harus menerima dengan suka hati setiap ketetapan yang diberikan kepadanya karena itu adalah terbaik baginya sesuai keadaan diri, akan tetapi ia harus terus berusaha menemukan pemahaman tentang kadar yang terbaik di sisi Allah. Ketika ada suatu keadaan yang terasa kurang baik, hendaknya mereka tidak berburuk sangka bahwa Allah memberikan sesuatu yang buruk tetapi hendaknya mereka bersyukur dengan yang diterimanya, kemudian berpikir tentang kadar yang terbaik di sisi Allah dan menimbang keadaan dirinya, dan berusaha memahami kebenaran yang hendak diajarkan pada dirinya melalui ketetapan yang diturunkan Allah. Dalam hal ini, hendaknya seseorang tetap membuka kemungkinan bahwa apa yang dipikirkannya mungkin saja tidak presisi.

Melahirkan Kebaikan

Terwujudnya segala sesuatu di bumi turun berdasarkan kehendak Allah melalui setiap lapisan. Manusia diciptakan sebagai representasi lapisan-lapisan alam yang diciptakan Allah. Setiap manusia diciptakan dalam wujud nafs di alam malakut, dilengkapi dengan jasadiah di alam mulk dan ruh dari alam yang lebih tinggi. Bahkan setiap laki-laki dipanjangkan lagi bayangannya dalam wujud  pasangan yang diciptakan dari satu nafs wahidah yang sama, dan perempuan dipanjangkan bayangannya berupa anak-anak dan kekayaan bersama suaminya. Penciptaan setiap manusia merupakan representasi bagi lapisan-lapisan alam yang diciptakan Allah.

Untuk mengubah keadaan di bumi, seseorang harus mengelola setiap lapisan dirinya. Bila seseorang berhasil mengelola dirinya, ia akan mengetahui bahwa Allah menjadikan dirinya sebagai wakil Allah yang memanjangkan cahaya-Nya hingga alam buminya. Untuk melaksanakan hal itu, ia akan menyadari bahwa ia mempunyai interface menuju alam bumi berupa pasangannya, sebagaimana untuk melahirkan anak seorang laki-laki harus bersama dengan isterinya. Hal itu harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Perempuan merupakan diri laki-laki yang mewujud di luar dirinya, membawa bagian diri yang ditetapkan Allah.

﴾۸﴿اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنثَىٰ وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِندَهُ بِمِقْدَارٍ
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang berkurang dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (QSAr-Ra’du : 8).

Setiap perempuan mempunyai kandungan khazanah kebumian yang ditetapkan Allah untuk masing-masing bersama dengan seorang laki-laki tertentu. Allah mengetahui seluruh khazanah yang dibawa oleh setiap perempuan. Kandungan itu hendaknya dilahirkan ke bumi melalui rahim mereka. Keadaan rahim setiap perempuan berubah-ubah, kadangkala bertambah dan kadangkala berkurang. Allah mengetahui apa yang berkurang pada rahim perempuan dan apa yang bertambah padanya. Apa yang dilahirkan oleh pasangan manusia hendaknya mengacu pada kadar-kadar terbaik yang ada pada sisi Allah.

Ayat tersebut lebih berbicara tentang manusia pada sisi nafs, dan berbayang pada sisi jasadiah. Beberapa perempuan merupakan perempuan mandul secara jasadiah, akan tetapi ayat ini tetap mencakup mereka pada sisi nafs mereka. Nafs mereka tetaplah mengandung khazanah yang ditetapkan Allah tidak sebagaimana kemandulan jasadiah mereka. Kandungan perempuan merupakan bagian perempuan berupa khazanah yang seharusnya dibagikan kepada suaminya, sedangkan bagian rahim merupakan bagian perempuan untuk menerima dan merawat jati diri suaminya. Dengan saling memberi dan menerima, pasangan itu akan melahirkan khazanah Allah yang tersimpan pada mereka.

Pada sisi nafs, kandungan pada rahim perempuan sangat berubah-ubah sesuai ketakwaan mereka kepada Allah dan ketaatan mereka dalam mengikuti suaminya. Rahim pada nafs masing-masing perempuan tidak bersifat tetap, akan tetapi berkurang dan bertambah sepanjang waktu tergantung keadaan mereka. Manakala berkhianat, rahim nafs mereka tidak mengandung atau melahirkan kadar di sisi Allah yang dikenali suaminya. Manakala bertakwa dan taat, mereka akan melahirkan kadar di sisi Allah yang dikenali suaminya. Seorang perempuan mandul secara jasadiah mungkin saja sangat subur jiwanya dalam melahirkan pengenalan suaminya terhadap ketentuan Allah ke alam dunia karena suburnya nafs mereka terhadap diri suaminya. Hendaknya manusia mengelola diri mereka sebagai pasangan untuk melahirkan kadar-kadar dari sisi Allah agar terwujud kemakmuran di muka bumi.

Pada sisi hubungan laki-laki dan pasangannya ini syaitan sangat mengutamakan upayanya untuk merusak manusia dan menimbulkan fitnah. Kadangkala syaitan merusak rahim nafs seorang perempuan tanpa ada keinginan buruk sedikitpun dari pasangan itu. Kadar terbaik dari sisi Allah tidak akan dapat diturunkan bilamana hubungan seseorang dengan isterinya dirusak. Bayangan tidak turunnya kadar terbaik ini kadangkala tergambar dalam kehidupan duniawi, tetapi sebagian orang dibiarkan mengupayakan kehidupan duniawi yang baik melalui terobosan upaya-upaya duniawi atau jalan syaitaniah walaupun pernikahan mereka buruk. Akan tetapi untuk kadar terbaik dari sisi Allah, tidak ada jalan menurunkannya bagi umat kecuali terbentuk hubungan yang baik antara suami dan isteri. Kesuburan akan muncul bila terjalin proses memberi dan menerima dengan baik baik dalam komunikasi verbal ataupun dalam setiap aspek pergaulan mereka.

Pemakmuran di bumi harus dilakukan setiap manusia secara menyeluruh menyentuh setiap lapisan semesta mereka, dimulai dari dirinya dan pasangannya kemudian meluas hingga alam yang jauh dengan menurunkan kadar-kadar terbaik dari sisi Allah. Tanpa memperbaiki diri bersama pasangannya, seseorang tidak akan dapat menumbuhkan kemakmuran di bumi karena tidak dapat menurunkan kadar terbaik dari sisi Allah. Setelah memperbaiki diri bersama pasangannya, seseorang harus menyeru kaumnya untuk mengubah apa-apa yang menjadi pegangan jiwa mereka dalam menempuh kehidupan, atau mengubah cara menghayati pegangan jiwa mereka menuju cara yang lebih baik agar keadaan kaum mereka menjadi baik. Dengan demikian maka akan terbentuk kemakmuran di bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar