Pencarian

Minggu, 03 April 2022

Kalimah Thayyibah dan Contohnya

Allah memberikan permisalan bagi manusia tentang kalimah thayyibah agar manusia mudah mengingatnya dan mudah memperoleh pengajaran untuk menumbuhkan kalimah thayyibah dalam dirinya. Kalimah thayyibah dimisalkan seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap saat dengan izin tuhannya. Kalimah thayyibah ini merupakan akidah yang harus dipahami oleh setiap orang.

﴾۴۲﴿أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
﴾۵۲﴿تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
﴾۶۲﴿وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ
(24)Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,(25) pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.(26)Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS Ibrahim : 24-26)

Pohon thayyibah merupakan pohon yang berada di bumi dan mempunyai cabang di langit. Ini merupakan gambaran diri manusia yang memiliki aspek bumi jasadiah dan aspek langit nafs. Demikian kalimah thayyibah dalam diri manusia harus tumbuh menyatu pada dua alam dalam satu diri manusia, yaitu alam bumi jasadiahnya adan alam langit jiwanya. Kalimah thayyibah tidak tumbuh terpisah hanya berupa pengetahuan tentang alam mulkiyah saja atau pengetahuan di alam nafs saja. Tumbuhnya kalimah thayyibah dalam diri seseorang ditandai dengan tumbuhnya kesatuan pengetahuan mulkiyah dan pengetahuan malakutiyah.

Akidah bukanlah semata-mata keyakinan dalam dada. Akidah yang benar merupakan keyakinan ayat-ayat kitabullah dalam dada sekaligus terkait dengan pengetahuan ayat-ayat Allah di alam kauniyah kebumian. Seorang beriman harus menumbuhkan pengetahuan terkait dengan alam kebumian mereka berdasarkan keyakinan terhadap ayat-ayat kitabullah. Dengan cara demikian maka kalimah thayyibah akan tumbuh dalam dirinya. Kitabullah itu merupakan bagian cahaya Allah bagi jiwa yang harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan manusia di bumi. Demikian wujud akidah bila ditinjau dari sudut kalimah thayyibah.

Bilamana seseorang mengerti kesatuan ayat-ayat kitabullah dengan alam kauniyahnya, ia akan dapat memberikan buah dirinya dengan izin Allah. Untuk memahami kesatuan ayat demikian, setiap orang harus membangun sifat-sifat baik, misalnya ridha menerima ketetapan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Kesabaran akan menjadi media untuk memahami kesatuan ayat Allah. Pohon thayyibah akan tumbuh dengan tumbuhnya sifat baik.

Studi Kasus

Ayat 102 surat Al-Baqarah dapat dijadikan satu contoh cahaya Allah yang seharusnya menumbuhkan pohon thayyibah. Ayat tersebut dapat menggambarkan kesatuan ayat alquran dengan keadaan bumi umat manusia dalam sebuah ayat yang singkat. Ayat ini menjelaskan tentang upaya para syaitan dalam mewujudkan tatanan kerajaan syaitaniah di bumi dengan memanfaatkan konsep kerajaan nabi Sulaiman a.s yang disusun dalam perspektif kafirnya para syaitan. Kerajaan nabi Sulaiman a.s bukanlah kerajaan yang kafir, hanya perspektif para syaitan yang membuat konsep kerajaan itu sedemikian kafir.

﴾۲۰۱﴿وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan atas kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidaklah kafir, hanya syaitan-syaitan-lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya fitnah, sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka (para syaitan) mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengannya dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (para syaitan) tidak memberi mudharat dengannya (ilmu Harut Marut itu) kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka (para manusia) mempelajari sesuatu yang mendatangkan bahaya dan tidak memberi manfaat. Dan sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang membelinya, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengannya, kalau mereka mengetahui. (QSAl-Baqarah : 102)

Ayat ini sering disalahartikan bahwa inti cerita adalah tentang pengajaran sihir, bahwa yang dibacakan syaitan adalah ilmu sihir. Ini kurang tepat. Inti cerita ayat ini adalah upaya pewujudan suatu kerajaan syaitaniah. Yang dibacakan oleh para syaitan bagi kaum Yahudi adalah versi kufur kerajaan nabi Sulaiman a.s, yang hendak diwujudkan oleh para syaitan bersama para penyembahnya. Untuk mewujudkan kerajaan kufur tersebut, para syaitan mengajarkan dua hal, yaitu ilmu sihir dan ilmu Harut dan Marut yang memisahkan seorang suami dan isteri. Ilmu sihir merupakan ilmu yang dimiliki para syaitan, sedangkan Ilmu Harut dan Marut adalah ilmu pengasihan yang diturunkan Allah kepada dua malaikat Harut dan Marut sebagai fitnah bagi manusia. Para syaitan mempelajari ilmu pengasihan kepada dua malaikat tersebut kemudian mengajarkan kepada manusia untuk menimbulkan bahaya di antara manusia dengan ilmu tersebut.

Ayat tersebut berlaku secara global di muka bumi, bukan hanya untuk kaum tertentu. Dendam Iblis kepada Adam akan dilampiaskan dalam tatacara demikian. Manusia akan ditimpa dengan kesulitan yang sangat besar di bumi karena para syaitan merumuskan negara yang menguasai kehidupan mereka di bumi bersama orang-orang yang menyembah para syaitan. Para penyembah syaitan akan memiliki kerajaan yang mengatur umat manusia hingga umat manusia akan ditimpa kesulitan yang besar. Perlahan kerajaan itu mengambil bentuknya hingga kelak akan benar-benar terlihat bentuk syaitaniah dari kerajaan itu.

Benteng terbaik bagi manusia untuk mengurangi kesulitan yang menimpa mereka adalah terbentuknya keluarga yang baik. Para syaitan akan merusak seluruh sendi kehidupan umat manusia untuk melampiaskan dendam mereka kepada manusia, tetapi sendi yang paling penting dalam pengetahuan Iblis dan dalam pandangan Allah berwujud pernikahan yang baik. Allah memperingatkan umat manusia tentang jalan syaitan untuk merusak keluarga yang baik berupa ilmu dua malaikat Harut dan Marut. Manakala manusia menemukan fenomena ilmu Harut dan Marut dalam format terbaiknya, hendaknya mereka bersiaga bahwa fitnah terbesar dari para syaitan yang ada di atas ‘arsy mereka telah dekat dengan kehidupan manusia.

Pernikahan yang baik merupakan benteng terbaik untuk menghadapi fitnah syaitan. Ini adalah firman Allah yang harus dipahami setiap orang, agar mereka tidak membiarkan para syaitan leluasa untuk membuat fitnah yang besar di antara manusia. Manusia tidak boleh memutuskan perkara berdasarkan pendapat sendiri sedangkan Allah telah berfirman memberikan petunjuk. Umat manusia benar-benar akan mengalami kesulitan yang besar bilamana fitnah syaitan itu dibiarkan menjalar bebas tanpa membangun pertahanan di antara manusia berupa pernikahan yang baik, apalagi bila manusia membantu syaitan merobohkan benteng berupa pernikahan yang baik. Pernikahan yang baik harus dibangun di antara manusia.

Perintah pernikahan sangat terkait dengan terbinanya ketakwaan kepada Allah di antara manusia. Pernikahan harus dipahami secara menyeluruh dalam kesatuan perintah ketakwaan. Allah telah meletakkan jalan ketakwaan setiap manusia dalam nafs wahidah mereka, dan jalan ketakwaan itu akan dapat dikenali mereka melalui keberpasangan nafs wahidah bersama isteri-isteri mereka. Dengan membangun pernikahan yang baik, seseorang dapat menemukan jalan ketakwaan mereka yang telah diletakkan dalam nafs wahidah mereka. Disisi lain, keberpasangan dalam pernikahan itu akan mengantarkan seorang laki-laki untuk mengenal imam bagi dirinya dalam jalinan al-arham, dan dengan cara demikian seseorang dapat masuk dalam golongan ulul arham. Hal ini akan menjadi benteng pertahanan yang terbaik untuk bertahan dari fitnah syaitan.

Allah memberikan perhatian pada pernikahan sebagai benteng pertahanan manusia. Hal ini harus dipahami dalam kesatuan utuh terkait perintah pernikahan. Manusia tidak boleh memotong kesatuan perintah pernikahan berdasar keinginan sendiri, atau mengambil jalan sendiri untuk menggantikan petunjuk Allah tersebut walaupun tampak terkait. Pernikahan harus dipahami secara utuh dalam kesatuan ketakwaan. Misalnya seseorang mungkin bisa mengenal nafs wahidah dirinya tetapi kemudian meninggalkan jalan ketakwaan dengan merusak pernikahan. Suatu kaum boleh jadi memberikan perhatian sangat besar terhadap pengenalan nafs wahidah tetapi tidak mengerti kaitannya dengan jalan ketakwaan mereka, atau suatu kaum mungkin menempuh usaha mengenal nafs wahidah mereka dengan mencari jalan berdasarkan upaya mereka sendiri, melupakan kesatuan nafs wahidah melalui pernikahan dan ketakwaan untuk mencari imam. Sebagian orang mungkin berpikir mereka dapat mengupayakan sendiri kesejahteraan mereka dengan pikiran mereka sendiri. Kasus-kasus tersebut merupakan contoh terpecahnya kesatuan perintah Allah terkait pernikahan. Akan sangat sulit, atau boleh dikatakan mustahil untuk menemukan jalan ketakwaan dengan mengandalkan upaya sendiri sebagaimana contoh-contoh demikian.

Pernikahan untuk menemukan jalan ketakwaan demikian merupakan benih tegaknya bangsa melalui tiangnya, yaitu para wanita yang tegak sebagai tiang negara di bawah pimpinan suami mereka. Para suami yang shalih tidak akan dapat menegakkan urusan mereka bagi bangsanya manakala isteri-isteri mereka tidak mentaati urusan yang dijalankan suaminya. Urusan kebumian mereka hanya akan hadir bagi mereka dibawah ketaatan para isteri. Manakala isteri mereka subur, maka mereka akan mudah untuk mewujudkan amanah mereka bagi bangsanya. Bilamana isteri mereka memberontak, mereka akan kesulitan untuk memberikan buah bagi kaumnya, sehingga runtuhlah bangsa karena terpisahnya seorang isteri dari suaminya. Pernikahan yang baik itulah sasaran yang dihancurkan oleh syaitan untuk membuat fitnah yang terbesar bagi umat manusia.

Sebagai gambaran, manakala isteri tidak mentaati, seorang suami yang shalih akan dipandang selalu salah oleh kaumnya, sekalipun tidak ada yang dapat menunjukkan kesalahannya. Manakala menunjukkan hal yang terjadi, semua hanya dianggap sebagai alasan kesalahannya walaupun bisa dijelaskan dengan Alquran. Manakala melakukan amal, amal yang dilakukannya akan cenderung mudah mengalami kesalahan karena tidak berdasarkan pijakan kesepakatan dengan isterinya. Manakala mengajarkan ilmu, apa yang diajarkan hanya dianggap angan-angan. Dan bila halus perasaannya, seseorang akan melihat dunianya dijauhkan dari dirinya. Hal demikian akan sering terjadi, sedemikian hingga seorang laki-laki hampir tidak dapat menunaikan amanahnya dan memberikan buah bagi kaumnya. Maka laki-laki itu tidak akan mampu menegakkan kaumnya berdasarkan amanahnya. Fitnah demikian akan semakin intensif manakala isteri tersebut merupakan wanita yang baik, mukminat yang menjaga dirinya.

Syaitan menggunakan ilmu Harut dan Marut untuk meruntuhkan benteng manusia yang paling baik. Ilmu sihir syaitan dapat mempengaruhi manusia, tetapi tidak akan efektif bagi para mukminat yang menjaga diri mereka. Ilmu pengasihan yang diturunkan Allah kepada Harut dan Marut mempunyai efek yang berbeda. Seorang mukminat yang menjaga diri bagi suaminya akan dapat terpatahkan dengan ilmu Harut dan Marut. Dengan ilmu tersebut, syaitan akan mematahkan atau meruntuhkan tiang bangsa yang terbaik berupa mukminat yang shalihah. Dengan demikian, umat manusia akan tercerai-berai dikacaukan syaitan.

Tidak terwujudnya amanah seorang laki-laki karena keterpisahannya dengan isterinya tidak menunjukkan pohon yang buruk. Pohon yang terbentuk pada seorang laki-laki yang mengerti amanah Allah yang harus ditunaikan di bumi adalah pohon thayyibah walaupun tidak dapat terwujud dengan baik bagi bangsanya. Cahaya Allah itu telah menumbuhkan pohon yang tertanam dalam bumi berupa alam jasmani sang laki-laki sehingga kalimah itu diibaratkan sebagai pohon thayyibah, walaupun tidak terwujud bagi bangsanya. Mewujudkan cahaya Allah bagi bangsa merupakan turunan lebih lanjut dari pohon thayyibah, berupa penyatuan amanah itu bersama isterinya sehingga dapat terwujud buahnya bagi bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar