Pencarian

Senin, 18 April 2022

Tuntunan Rasulullah SAW tentang Pembinaan Perempuan

Terkait pembinaan perempuan, Rasulullah SAW menyampaikan pertanyaan yang harus diperhatikan umatnya. Pertanyaan tersebut terasa bersifat teguran yang keras bagi umatnya agar berpikir manakala lalai membina kaum perempuan. Di antara empat hal, tiga beliau SAW sampaikan dalam bentuk pertanyaan dan hanya satu pernyataan.

Dalam sebuah hadits, diceritakan arti penting pembinaan para wanita.

Dari Hindun binti al-Harits al-Firasiyah bahwa Umu Salamah r.a, isteri Nabi SAW berkata, “Rasulullah SAW terjaga pada suatu malam dalam keadaan takut seraya bersabda:
سُبْحَانَ اللهِ، مَاذَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْخَزَائِنِ؟ وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْفِتَنِ؟ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ لِكَيْ يُصَلِّينَ؟، رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي اْلآخِرَةِ.
Mahasuci Allah. Apa yang diturunkan Allah dari al-khazain (perbendaharaan)? Dan apa pula yang diturunkan dari fitnah-fitnah? Siapa yang mengajak shahabat-shahabat kamarnya, - yang beliau SAW maksud adalah para isteri,- agar melaksanakan shalat? berapa banyak wanita yang berpakaian terhormat (kiswah) di dunia ini akan telanjang bulat di akhirat kelak.’” [HR. Al-Bukhari].

Hadits tersebut terkait dengan sebuah petunjuk khusus tentang suatu peristiwa dari Allah kepada Rasulullah SAW langsung tanpa suatu kejadian penyebab lain, yaitu tentang peristiwa kesalahan mendidik perempuan. Konteks dalam hadits di atas dapat dilihat pada pernyataan Rasulullah SAW, yaitu tentang berapa banyak perempuan yang berpakaian terhormat di dunia akan telanjang di akhirat kelak. Hal ini merupakan fenomena kesalahan dalam mendidik perempuan, barangkali sebagai puncak fenomenanya. Para perempuan dididik untuk menjadi terhormat, akan tetapi hanya di kehidupan dunia saja sedangkan di akhirat akan telanjang. Umat islam harus benar-benar menyadari hal ini dengan meneliti secara sungguh-sungguh kesalahan yang mungkin terjadi dalam mendidik perempuan. Rasulullah SAW mensabdakan hadits ini dengan nuansa pertanyaan yang sangat kuat, berharap umat menggunakan akalnya dengan benar.

Dapat diduga bahwa pertanyaan beliau SAW disampaikan sebagai dialog kepada umatnya manakala peristiwa itu terjadi agar umat benar-benar menggunakan akal. Kesalahan yang terjadi barangkali sangat tersembunyi, dibalik baiknya keadaan umat yang terlihat di dunia, terdapat suatu kesalahan yang akan terbuka di akhirat. Dalam pandangan manusia, tidak ada salahnya bila ada seseorang perempuan menjadi terhormat. Dalam pandangan Rasulullah SAW, setiap perempuan harus dididik menjadi terhormat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Pakaian kehormatan kiswah itu boleh jadi hanya dipakai seorang perempuan di dunia saja, maka ini tidak boleh terjadi. Pendidikan wanita harus dirumuskan hingga keselamatan di akhirat. Untuk itu, semua proses pendidikan harus didasarkan pada tuntunan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW agar memperoleh kehormatan di dunia dan akhirat. Tanpa berpegang pada Alquran dan sunnah, sangat mungkin manusia memandang sesuatu yang buruk sebagai kebaikan, dan kemudian menyebabkan kerusakan bagi mereka.

Beliau SAW menyampaikan beberapa pertanyaan terkait pembinaan perempuan. Tentu pertanyaan-pertanyaan beliau SAW merupakan pedoman yang harus dicapai dalam pembinaan perempuan. Tanpa berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin proses pendidikan yang dilakukan umat hanya merupakan pendidikan perempuan yang tidak mempunyai tujuan dan tahapan yang jelas yang menyebabkan kerusakan di dunia dan akhirat, atau hanya serupa dengan pendidikan umat yang lain, atau atau barangkali justru pendidikan yang tampak indah tetapi membuat celaka dalam kehidupan akhirat tanpa disadari kesalahannya.

Barangkali ada kesalahan secara umum pada bidang yang luas terkait dengan pendidikan perempuan yang perlu beliau SAW sangkal dan beliau SAW arahkan dengan pertanyaan-pertanyaan demikian. Satu hal yang menjadi pernyataan beliau yaitu tentang keadaan para perempuan, berapa banyak di antara mereka menjadi wanita berpakaian terhormat di dunia tetapi kelak akan telanjang bulat di akhirat. Mungkin umatnya mengerjakan banyak amal-amal dan menyangka bahwa amal-amal mereka akan mendatangkan khazanah yang diturunkan Allah dari al-khazaain. Beliau SAW menyangkal persangkaan umatnya yang demikian, bahwa manakala kaum perempuan dididik dengan cara yang salah, apakah khazanah yang diturunkan Allah dari al-khazaain dengan cara demikian? Mungkin umatnya lalai dari bencana yang turun melalui fitnah-fitnah karena kesalahan mendidik perempuan, maka beliau menanyakan kepada umatnya apakah yang akan diturunkan dari fitnah-fitnah? Mungkin umatnya menyangka bahwa mereka telah mengajak para isteri untuk mendirikan shalat sedangkan mereka lalai membina keshalihan para perempuan bersama suaminya, maka beliau menanyakan siapakah yang mengajak isterinya untuk mendirikan shalat?

Itu barangkali merupakan persangkaan dan dugaan, tetapi tidak bernilai salah terkait hadits ini karena tampaknya beliau lebih berharap umat menggunakan akal untuk memahaminya daripada sekadar mengikuti. Rasulullah SAW tampak menekankan agar umat menggunakan akalnya dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan untuk satu pernyataan realitas yang disampaikan terakhir. Barangkali setiap orang harus menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang beliau sampaikan sesuai dengan keadaan masing-masing dengan berpegang pada kitabullah.

Misalnya bagi kebanyakan umat, pertanyaan ketiga “siapakah”, maka ia harus berusaha dengan berpegang pada kitabullah untuk mengenali orang-orang yang menegakkan shalatnya dan mengajak isterinya dengan membina isterinya dalam pernikahan. Mereka adalah orang yang menjadi benteng terhadap fitnah besar syaitan dan tempat turunnya khazanah Allah. Bagi sebagian orang, pertanyaan ini mungkin bersifat personal, bermakna : “apakah engkau orang yang membina isterinya untuk menegakkan shalat? Atau orang lain?”. Bila seseorang merasakan makna pertanyaan itu demikian, hendaknya ia memperhatikan keadaan isterinya, apakah ia mendidik para wanita dengan baik, tidak menjadi wanita terhormat di dunia ini tetapi tidak berpakaian di akhirat kelak. Bilamana ia mengira bahwa shalatnya tegak berdasarkan keshalihan bersama antara dirinya dengan isteri-isterinya, hendaknya ia menghitung khazanah yang akan diturunkan Allah dan bencana fitnah akibat kesalahan mendidik wanita. Hendaknya ia kemudian berusaha mengajak dan mengajarkan pada umat tentang membentuk wahana turunnya khazanah Allah dan mengajarkan manusia jalan yang ditentukan Allah mengatasi fitnah-fitnah yang datang, dengan cara sesuai dengan petunjuk Allah. Ia tidak boleh memperturutkan pilihannya sendiri mengalahkan petunjuk Allah.

Pendidikan mukminat harus diarahkan agar mencapai sasaran sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW dalam hadits di atas sebagai arah pendidikan perempuan yang benar. Seorang perempuan seharusnya dapat menjadi pengungkap khazanah Allah yang harus diolah suaminya untuk diberikan kepada umatnya. Perempuan harus dicegah menjadi pintu masuknya fitnah-fitnah bagi umat. Para perempuan harus dapat mendirikan shalat bersama dengan suaminya dalam jamaah sebagai makmum, dan perempuan harus menjadi wanita terhormat dalam kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat kelak. Untuk mencapai semua tujuan itu, umat harus benar-benar berpegang dengan akalnya pada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW tidak melepaskannya.

Tanpa memperhatikan parameter-parameter pembinaan, seseorang mungkin merasa telah melakukan pembinaan wanita tetapi sebenarnya tidak pada arah yang seharusnya. Ini menunjukkan adanya kesalahan dalam mendidik perempuan. Rasulullah SAW merasa takut dengan bencana akibat kesalahan mendidik para perempuan. Hal ini tentulah mendatangkan sesuatu yang sangat buruk bagi umatnya berupa fitnah-fitnah yang tidak terbendung, dan sebenarnya mengungkapkan kesalahan yang massif terjadi di antara umat tanpa mereka menyadarinya. Orang-orang yang berilmu akan menyadari hal ini dan merasa takut sebagaimana Rasulullah SAW merasa takut. Orang yang tidak mengetahui boleh jadi akan merasa baik-baik saja dengan keadaan demikian, tetapi hal itu tidak memperbaiki keadaan.

Boleh jadi beliau SAW berusaha menyadarkan umatnya bahwa syaitan selalu berusaha untuk menyesatkan dalam setiap upaya manusia. Boleh jadi umat merasa berbuat baik tetapi tidak mengetahui dan tidak berusaha mengetahui kehendak Allah dengan benar. Dengan keadaan semacam ini, apa yang diturunkan Allah dari Alkhazain? Apa kerusakan yang timbul dari fitnah? Siapa yang mengajak isteri mereka mendirikan shalat? Pada ujungnya, Rasulullah SAW berusaha menyadarkan umatnya agar memperhatikan keadaan para wanita, betapa banyak mereka menjadi terhormat di dunia tetapi akan telanjang di akhirat. Ini mencerminkan terjadinya kerusakan yang massif pada umat tanpa mereka sadari, yang menjadikan Rasulullah SAW takut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar