Pencarian

Minggu, 10 April 2022

Pembinaan Wanita

Laki-laki merupakan penegak bagi kaum perempuan agar tegak menjadi tiang negara dalam rangka memakmurkan bumi. Untuk itu, mereka harus mendidik para isteri mereka menjadi wanita shalihah. Tanpa mendidik keshalihan para perempuan, negara akan mengalami keruntuhan karena negara tidak akan tegak tanpa tiangnya. Seberapa berhasil para laki-laki mendidik keshalihan para perempuan, sedemikianlah kemakmuran suatu negeri akan terwujud. Pada sisi lain, seberapa jauh syaitan berhasil merusak para perempuan, sedemikian pula kerusakan yang akan terjadi pada negeri tersebut.

Perempuan merupakan pembawa khazanah-khazanah kebumian dari Allah yang bermanfaat untuk pemakmuran bumi. Para laki-laki shalih akan menemukan khazanah kebumian mereka pada isteri mereka yang shalihah. Bilamana akal para laki-laki mengetahui khazanah yang tersimpan dalam diri isteri-isteri mereka yang shalihah, mereka akan menjadi pemakmur bumi dengan mengalirkan khazanah-khazanah Allah yang tersimpan pada isterinya. Manakala para isteri tidak shalihah, laki-laki yang shalih akan mengetahui khazanah mereka tetapi tidak dapat mengalirkan khazanah itu bagi umatnya. Sedangkan laki-laki yang tidak shalih mungkin tidak mengetahui khazanah yang tersimpan dalam diri isterinya.

Walaupun demikian, aspek bumi suatu bangsa akan termakmurkan manakala para perempuan mereka memperoleh keshalihan, karena kaum laki-laki akan memperoleh kesuburan bahkan bagi sekadar potensi akal yang ada pada mereka. Sebaliknya seberapapun keshalihan para laki-laki, suatu bangsa akan runtuh manakala para perempuan mereka berkhianat terhadap suami mereka. Para suami yang shalih tidak akan dapat melahirkan kemakmuran bumi bagi bangsanya tanpa isteri yang shalihah. Kadangkala keshalihan seorang suami hanya berbalik mengundang adzab Allah manakala kaum mereka mendustakan kebenaran yang disampaikan oleh orang-orang shalih, sebagaimana kaum nabi Nuh a.s atau Luth a.s.

Dalam sebuah hadits, diceritakan arti penting pembinaan para wanita.

Dari Hindun binti al-Harits al-Firasiyah bahwa Umu Salamah r.a, isteri Nabi SAW berkata, “Rasulullah SAW terjaga pada suatu malam dalam keadaan takut seraya bersabda:
سُبْحَانَ اللهِ، مَاذَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ الْخَزَائِنِ؟ وَمَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْفِتَنِ؟ مَنْ يُوقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ يُرِيدُ أَزْوَاجَهُ لِكَيْ يُصَلِّينَ؟، رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي اْلآخِرَةِ.
Mahasuci Allah. Apa yang diturunkan Allah dari al-khazain (perbendaharaan)? Dan apa pula yang diturunkan dari fitnah-fitnah? Siapa yang mengajak shahabat-shahabat kamarnya, - yang beliau SAW maksud adalah para isteri,- agar melaksanakan shalat? berapa banyak wanita yang berpakaian terhormat (kiswah) di dunia ini akan telanjang bulat di akhirat kelak.’” [HR. Al-Bukhari].

Hadits tersebut terkait dengan pembinaan keshalihan para perempuan. Para perempuan shalihan adalah pembawa khazanah Allah, dan perempuan yang berkhianat terhadap suaminya adalah pintu fitnah yang sangat besar. Setiap perempuan membawa khazanah tetapi sekaligus dapat berubah menjadi pintu fitnah bagi suatu bangsa. Rasulullah SAW sedemikian takut akan keadaan para perempuan yang dapat berubah dari pembawa khazanah Allah bagi bangsanya menjadi pintu fitnah yang sangat besar. Besarnya khazanah Allah yang diturunkan melalui perempuan shalihah itu sedemikian besar, dan besarnya fitnah yang dapat ditimbulkan perempuan berkhianat juga sedemikian besar yang menjadikan Rasulullah SAW merasa takut akan perubahan keadaan perempuan shalihah menjadi perempuan berkhianat.

Salah satu aspek yang harus dibina oleh setiap suami terhadap para isterinya adalah mengajak mereka untuk mendirikan shalat. Akan tetapi Rasulullah SAW juga menekankan tentang pentingnya aspek keberpakaian yang harus dibina. Rasulullah SAW menyampaikan pesan itu dalam bentuk pertanyaan : “Siapakah yang mengajak shahabat-shahabat kamarnya, - yang beliau SAW maksud adalah para isteri,- agar melaksanakan shalat? berapa banyak wanita yang berpakaian terhormat (kiswah) di dunia ini akan telanjang di akhirat kelak.” pesan tersebut menekankan aspek keberpakaian terkait dengan shalat. Secara tersirat, laki-laki yang mendidik perempuan untuk shalat tanpa membangun aspek keberpakaian mereka tidak tergolong sebagai orang yang mendidik mendirikan shalat.

Aspek keberpakaian dalam hadits ini merupakan hubungan keshalihan yang mesti terbangun di antara suami dan isteri. Setiap orang harus berusaha mendirikan shalat dengan membangun aspek keshalihan bersama pasangan menikah mereka. Setiap suami mesti mengajak isterinya mendirikan shalat bersamaan dengan membina keshalihan mereka bersama dirinya. Tanpa membina keshalihan isteri bersama dirinya, seorang laki-laki tidak memberikan pakaian kepada jiwa isterinya walaupun isterinya mengikuti dirinya rajin mengerjakan shalat. Seorang perempuan tidak dapat mendirikan kekhusyuan shalat secara mandiri dengan meninggalkan aspek keshalihan terhadap suaminya.

Dalam kejadian yang lebih buruk, seorang isteri mungkin merasa memperoleh rasa khusyuk melakukan shalat dengan mengikuti laki-laki lain yang hatinya tertambat padanya. Hal itu tidak menunjukkan keberpakaian seorang perempuan tetapi sebaliknya mereka akan bertelanjang bulat di akhirat kelak, walaupun mereka memperoleh rasa khusyu’ dalam shalatnya. Tidak sekadar ketelanjangan, perasaan itu sebenarnya sebuah pengkhianatan yang akan mendatangkan adzab bagi mereka bila dituruti. Perasaan yang demikian itu sangat mungkin termasuk peristiwa yang ditakutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas, yaitu berubahnya khazanah Allah yang diturunkan menjadi fitnah yang melanda umat.

Shalat adalah media keterhubungan antara seorang hamba dengan Allah. Sebenarnya terdapat jarak tidak berhingga antara Allah dengan hamba yang tidak dapat dijembatani oleh apapun, tetapi Allah menurunkan jembatan penghubung itu dalam diri manusia yang tergambarkan hingga ikatan suami isteri. Hubungan dalam pernikahan merupakan turunan paling terlihat tentang washilah yang harus terbangun dalam shalat. Seorang laki-laki diberi sarana untuk terhubung kepada Allah melalui nafs wahidah dirinya, sedangkan nafs wahidah terhubung dalam Al-jamaah hingga terhubung pada Rasulullah SAW sebagai puncak washilah. Turunan hubungan demikian itu digambarkan pula dalam wujud fisik keberpasangan suami dan isteri. Seorang isteri akan mempunyai jalan terhubung kepada Allah melalui nafs-nya yang terhubung dengan nafs wahidah suaminya, dan seterusnya. Keshalihan dalam pernikahan itu menjadi indikator turunan keberhasilan mendirikan shalat, dan sebaliknya tegaknya shalat sangat ditentukan keterhubungan seseorang melalui washilahnya.

Keshalihan Perempuan

Yang disebut sebagai keshalihan perempuan adalah perasaan tenang (qanitat) dalam mengikuti dan mendukung suaminya di jalan Allah, dan menjaga hal ghaib yang dipelihara Allah dalam dirinya bagi suaminya. Kedua hal itu adalah parameter keshalihan perempuan. Tidak ada keshalihan perempuan bila salah satu dari keduanya tidak ada. Ini merupakan pakaian jiwa bagi para perempuan kelak di akhirat. Tanpa keshalihan demikian, maka perempuan akan bertelanjang kelak di akhirat walaupun di dunia tampak berpakaian.

﴾۴۳﴿الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah penegak bagi kaum wanita dengan apa yang Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan dengan apa yang (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang tenang (qanitat) lagi memelihara yang ghaib dalam diri dengan apa yang Allah pelihara. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS An-Nisaa’ : 34)

Keshalihan perempuan merupakan penjelas dari keshalihan laki-laki. Sebenarnya sama saja keshalihan perempuan dengan keshalihan laki-laki. Seorang perempuan terikat pada keimaman suaminya dalam rumah tangga sebagai kedudukan dirinya dalam al-arham. Setiap laki-laki sebenarnya dituntut untuk mengenal imamnya untuk mengenal kedudukan dirinya dalam jalinan al-arham, agar ia termasuk dalam golongan al-jamaah yang terhubung kepada Rasulullah SAW. Tidak ada keshalihan seorang laki-laki tanpa ketaatan kepada imamnya yang berada dalam jalinan al-arham.

Setiap orang harus berusaha membina para perempuan membentuk keshalihan. Membangun bangsa tidak dapat dilakukan tanpa membangun para perempuan. Membangun keshalihan itu harus menjangkau hati manusia, tidak hanya berwujud dalam amalan fisik. Syaitan akan benar-benar memisahkan para perempuan dari suaminya dalam berbagai cara untuk membuat fitnah bagi umatnya. Kadangkala syaitan hanya memisahkan hati seorang istri dari suaminya, sedangkan raga mereka tetap bersama suaminya, tetapi apa yang muncul dari pemisahan itu akan sama saja bernilai pengkhianatan. Diceritakan dalam sebuah riwayat, bahwa ketika Nabi Nuh a.s menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam perahu itu berbagai makhluk secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau melihat seorang tua yang tidak dikenal. Orang itu tidak memiliki pasangan. Nabi Nuh a.s bertanya, “Untuk apa kamu masuk kemari?” Orang itu menjawab, “Aku masuk kemari untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu.” Orang tua itu adalah setan. Terpisahnya hati umat terhadap imamnya adalah perbuatan syaitan, maka demikian pula terpisahnya hati seorang isteri dari suaminya merupakan perbuatan syaitan.

Sikap tenang (qanitat) tidak akan terbangun manakala seorang perempuan bersikap sombong merendahkan suaminya. Setiap perempuan harus dibina untuk berusaha membangun sikap mencari imam dan kemudian bermakmum dengan baik kepada suaminya, tidak mengandalkan diri sendiri dalam menempuh jalan agama. Hal demikian sebenarnya berlaku pula untuk laki-laki yang harus mencari imam dalam jalinan al-arham, dan kemudian mentaatinya. Allah seringkali menurunkan petunjuk personal yang jelas dalam urusan ini karena merupakan setengah bagian dari agama seseorang. Mengingkari petunjuk demikian seringkali menyebabkan kekufuran terhadap nikmat Allah.

Kadangkala kekufuran terbangun karena sikap kesombongan berupa sikap tidak mentaati suaminya, atau berupa sikap merendahkan pasangan yang ada dalam petunjuk Allah. Sikap perempuan merendahkan laki-laki pasangannya akan menjadi penghalang dalam membangun keshalihan dalam rumah tangga. Pada masa perkenalan, sikap ini dapat menjadi penghalang seseorang untuk bisa menerima calon pasangannya. Seorang laki-laki mungkin dapat mengendalikan rasa marah karena direndahkan, tetapi perlu berpikir lebih panjang menimbang untuk menerima seseorang terkait tingkat kesulitan membina keshalihan isterinya kelak. Setiap mukmin menghendaki istri yang mudah dibina dan berkeinginan membinanya menjadi shalihah bersama dirinya.

Menjaga yang ghaib dalam diri merupakan turunan sikap menjaga tauhid. Seorang perempuan mengandung khazanah Allah yang harus dibawakan hanya bagi suaminya. Setiap laki-laki mengandung amal shalih yang telah ditetapkan dalam nafs wahidahnya, yang harus dilaksanakan untuk ibadah hanya kepada Allah. Menjaga yang ghaib dalam dirinya merupakan turunan sikap tauhid beribadah semata-mata bagi Allah. Kualitas tauhid dan ibadah setiap perempuan ditentukan oleh penjagaan dirinya bagi suaminya. Semakin tinggi ketaatan seorang perempuan pada suaminya, semakin tinggi nilai tauhid dan ibadahnya kepada Allah. Ketaatan bukanlah sekadar yang dzahir dari perempuan, tetapi juga keadaan hati seorang perempuan terhadap suaminya. Pengkhianatan seorang perempuan terhadap suaminya adalah dosa yang sangat besar.

Rasulullah SAW merasa sangat takut akan fitnah dari kesalahan mendidik para perempuan, hingga beliau pernah terbangun dari tidur dengan rasa takut karena petunjuk dalam masalah ini. Merusak perempuan dalam hal keshalihan mereka akan mendatangkan fitnah yang sangat besar bagi umat. Qadzaf terhadap seorang mukminat yang menjaga diri merupakan dosa besar yang merusak umat manusia. Demikian pula membangun sikap sombong dalam diri seorang perempuan terhadap suaminya atau terhadap laki-laki dalam petunjuk yang diturunkan Allah kepada seorang perempuan merupakan perbuatan merusak perempuan untuk menjadi perempuan shalihah. Setiap perempuan harus dibina untuk menemukan imamnya dan mentaatinya, sehingga ia dapat shalat dengan pakaian yang baik.

Terkait pembinaan perempuan, Rasulullah SAW menyampaikan pertanyaan yang harus diperhatikan umatnya. Pertanyaan tersebut terasa bersifat teguran yang keras bagi umatnya agar berpikir manakala lalai membina kaum perempuan. Di antara empat hal, tiga beliau SAW sampaikan dalam bentuk pertanyaan dan hanya satu pernyataan. Pertanyaan-pertanyaan beliau SAW adalah sebagai berikut:

1. Apakah khazanah yang akan diturunkan Allah bagi umat manusia (melalui pembinaan perempuan)?

2. Apakah yang diturunkan melalui fitnah-fitnah (manakala terjadi kesalahan pembinaan)?

3. Siapakah laki-laki yang mengajak shahabat kamarnya untuk shalat? Terkait pernyataan berikutnya, laki-laki yang tidak membina keberpakaian kaum perempuan berupa keshalihan bersama suaminya tidak termasuk orang yang mengajak mendirikan shalat.

4. Berapa banyak perempuan yang memilih terhormat di dunia ini akan telanjang di akhirat kelak (karena kesalahan membina perempuan)? Barangkali umat membiarkan kaum perempuan memilih pakaian yang terlihat terhormat (kiswah) di dunia meninggalkan pakaian mereka yang sejati hingga akhirat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar