Pencarian

Minggu, 07 Maret 2021

Peran Isteri dalam Pembangunan Negeri

 

Sangat penting bagi para wanita untuk bersikap taat kepada suaminya. Sikap seorang perempuan akan menentukan takdir yang akan mewujud ke alam mulkiyah bagi mereka. Pengenalan seorang laki-laki terhadap Allah dapat mewujud di alam mulkiyah sebagai takdir kemakmuran negerinya, atau sebaliknya takdir adzab bagi negerinya. Penting bagi setiap perempuan untuk mengikuti petunjuk, karena itu yang akan membuatnya mengerti kehendak Allah yang akan memakmurkan negeri.

Bila seorang laki-laki mengenal takdir dirinya, pasangan suami isteri tersebut akan mengenal urusan Allah bagi mereka berdua. Dalam hal ini, isteri akan berperan sebagaimana seorang perempuan yang mengandung bayi. Isteri akan menambahkan kadar amal shalih yang dilakukan suaminya, atau justru mengurangi efektifitas amal shalih suaminya. Seorang isteri yang shalihah akan menjadikan amal shalih suaminya efektif bagi umatnya, sedangkan seorang isteri yang nusyuz atau khianat akan membuat umatnya sulit mengikuti amal shalih suaminya. Dalam urusan amal shalih, istri demikian termasuk dalam kategori mandul. Pada dasarnya seorang istri nusyuz atau khianat tidak akan mengenal urusan Allah bagi mereka, dan akan menyeret umatnya untuk bersikap yang sama dengan dirinya. Takdir yang akan diturunkan di alam mulkiyah kepada umatnya akan banyak bergantung pada sikap istri.

﴾۸﴿اللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنثَىٰ وَمَا تَغِيضُ الْأَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِندَهُ بِمِقْدَارٍ
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu ada pada sisi-Nya dengan pengukurnya. (QS Ar-Ra’du : 8)

Seorang perempuan adalah pakaian yang menghias suaminya. Dengan pakaian itu, seorang laki-laki akan tampak baik atau akan tampak buruk bergantung pada baik atau buruknya pakaian yang dipakai. Keshalihan seorang istri terhadap suaminya akan menjadikan suaminya tampak baik, sedangkan pengkhianatan atau nusyuz akan menjadikan suaminya tampak buruk. Hal ini harus diperhatikan setiap perempuan. Seorang laki-laki akan mampu memunculkan potensi diri dengan baik bila didampingi istri yang menjadi pakaian dengan baik, sebaliknya potensi itu akan terpendam bila istrinya tidak menjadi pakaian yang baik baginya. Dalam kasus ekstrim, manusia tidak ingin berkomunikasi atau tidak ingin memperoleh informasi dari orang yang berpakaian buruk. Bentuk pakaian ini terkait pengurangan atau penambahan kadar amal shalih seorang laki-laki.

 

Isteri Sebagai Pakaian Suami

 

Banyak jenis pakaian di bumi digunakan manusia untuk memperbaiki penampilan dirinya di mata orang lain. Dari sisi sebaliknya, persepsi orang lain terhadap pesan yang disampakain seseorang akan dipengaruhi oleh pakaiannya. Seorang supir dapat menjadikan mobil mewah tuannya untuk tampil menebar pesona pada perempuan yang cenderung terpikat kepada harta. Itu adalah contoh pakaian palsu yang dapat digunakan manusia. Seorang pengusaha secara jasadiah sebaiknya berusaha berpakaian kendaraan bagus yang sesuai untuk memunculkan kesan kemampuan mengelola usaha bagi para investor dan perbankan. Seorang ulama mungkin akan memunculkan pertanyaan bagi sebagian orang tentang tarif dakwahnya bilamana ia menggunakan mobil mewah, dan sebaliknya mungkin sebagian orang lain tidak tertarik untuk mendengarkan uraiannya bila ia tidak menggunakan kendaraan yang sesuai. Seseorang harus berpakaian dengan tepat untuk membuat persepsi yang benar bagi orang lain.

Persepsi setiap orang akan dipengaruhi oleh pakaian orang yang menyampaikannya. Orang yang berakal lemah akan dipengaruhi pakaian-pakaian jasadiah sekalipun pakaian yang palsu, sebagaimana perempuan gemar harta dapat mudah dibohongi sopir yang membawa mobil tuannya. Setiap orang mempunyai tingkatan akal yang dipengaruhi oleh pakaian yang dikenakan seseorang. Bagi orang-orang yang benar-benar mencari kebenaran, hanya sedikit hijab pakaian yang mempengaruhi akal mereka hingga mungkin membuat persepsinya salah, tetapi tidak berarti tidak terpengaruh oleh pakaian seseorang. Persepsi para pencari kebenaran akan dipengaruhi oleh pakaian dalam wujud istri yang shalihah atau tidak.

Sekalipun banyak wujud pakaian di bumi yang bisa digunakan oleh manusia, alquran hanya menyebutkan pasangan berupa istri atau suami sebagai pakaian. Hal ini menunjukkan mutlaknya bentuk pakaian dalam wujud suami atau istri dan adanya kenisbian bentuk pakaian yang lain. Seorang istri adalah pakaian mutlak yang paling mendasar bagi seorang laki-laki, pakaian yang akan mempengaruhi persepsi setiap orang, baik seorang yang akalnya lemah ataupun seseorang yang akalnya sangat kuat. Persepsi seorang laki-laki dengan akal kuat terhadap orang lain akan dipengaruhi oleh pakaian dalam wujud pernikahan orang itu. Seorang istri dan suami adalah pakaian mutlak yang disebutkan dalam alquran.

Sangat penting bagi seorang laki-laki shalih untuk memiliki istri yang shalihah. Keshalihan seorang laki-laki harus menurunkan wujud takdir yang baik melalui istri shalihah, tidak diubah menjadi takdir adzab karena istri yang berkhianat sebagaimana umat nabi Nuh a.s atau Luth a.s. Setiap perempuan harus berusaha menjadi istri shalihah bagi suaminya, sebagai pakaian yang memancarkan kebaikan suaminya.

 

Jalan Keshalihan

 

Wujud keshalihan istri adalah pertumbuhan jiwanya berdasarkan jiwa suami. Ini berlaku khusus untuk wanita bersuami laki-laki shalih. Secara umum, batasan keshalihan seorang istri adalah ketenangannya dalam mengikuti suami, dan penjagaan terhadap aspek ghaib dalam dirinya bagi suaminya. Bila suaminya tumbuh jiwanya dalam agama, aspek ghaib itu seharusnya tumbuh bersama suaminya, tidak hanya sekadar dijaga tanpa menumbuhkannya. Kadang-kadang seorang perempuan kesulitan untuk menjaga hal ghaib itu bila tidak tumbuh bersama suaminya. Laki-laki lain dapat melakukan qadzaf terhadap perempuan beriman yang menjaga diri dan lalai dalam menumbuhkan jiwa bersama suaminya.

﴾۴۳﴿الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا


Kaum laki-laki itu adalah penegak bagi kaum wanita dengan apa-apa yang telah Allah lebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan dengan apa yang (laki-laki) nafkahkan dari harta mereka. Maka wanita yang saleh, ialah yang tenang (qanit) lagi memelihara yang ghaib dengan apa-apa yang dipelihara Allah. dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS An-Nisaa’ : 34)

Bilamana seorang laki-laki mengenal takdir Allah bagi dirinya, hal itu akan diikuti oleh istrinya bila istrinya orang yang qanit mengikuti suami dan menjaga diri bagi suaminya. Wujud pengenalan takdir seseorang adalah pengenalan diri sendiri, mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Raga laki-laki itu akan ditemui jiwanya, dan raga itu mengenali ketetapan Allah bagi diri mereka, jiwa dan raga. Hal ini akan diikuti oleh isterinya, dimana jiwa suaminya menemui raga isterinya, dan isteri itu akan mengenali ketetapan yang harus dilaksanakan oleh suaminya. Sebagian lembar kitab diri suaminya dan sebagian amanahnya akan dibagikan kepada istri. Hal ini bila isteri tersebut tenang dan menjaga dirinya.

Kadangkala seorang istri mengalami hal demikian akan tetapi ia tidak mengenali siapa yang menemui dirinya dan ketetapan yang harus dilaksanakan. Ini bisa menjadi indikasi status perempuan itu sebagai perempuan yang beriman dan menjaga diri tetapi lalai dalam menumbuhkan diri bersama suami. Boleh jadi dirinya benar-benar berjuang dalam menjaga diri sehingga sebenarnya layak untuk mengenal diri sebagai bagian suaminya, akan tetapi akalnya terkacaukan karena qadzaf. Tanpa berjuang, seorang perempuan mungkin tidak akan bertemu nafs wahidah mereka. Persoalan semacam ini termasuk dalam peristiwa yang jarang terjadi. Seorang wanita akan bertemu dengan nafs wahidah mereka, yaitu nafs wahidah suaminya, bila dirinya tumbuh bersama suaminya.

Bila seorang istri bertemu dengan nafs wahidah suaminya, dan mengenali ketetapan yang harus mereka laksanakan bersama, maka akan terbentuk al-arham dalam keluarga itu. Keluarga itu menjadi bait yang diijinkan Allah untuk disebut dan ditinggikan asma-Nya di dalamnya. Pemakmuran negeri akan terjadi dengan turunnya takdir-takdir baik yang dikenal oleh suaminya, mengalir sebagai at-thayyibaat bersama istrinya menjadi barakah bagi negeri mereka. Pemakmuran negeri akan terjadi melalui bait yang diijinkan Allah untuk disebut dan ditinggikan asma-Nya di dalamnya.

Bila seorang isteri berkhianat kepada suami yang shalih, boleh jadi takdir-takdir buruk akan mengalir melalui dirinya. Suaminya menemukan takdir Allah yang akan mengalir sebagai bencana bagi umatnya. Dalam kasus demikian, seharusnya suami itu mencari isteri lain yang shalihah sehingga ada jalan untuk mengalirkan barakah bagi umatnya. Biasanya Allah memberikan petunjuk kepada laki-laki shalih itu tentang perempuan lain yang harus dinikahinya, akan tetapi hal itu akan menghadapi tantangan besar. Pandangan masyarakat terhadap seorang laki-laki dengan isteri berkhianat akan cenderung menjadi buruk sehingga menyulitkannya untuk merealisasikan petunjuk Allah.

Masalah paling rumit terjadi bila seorang laki-laki shalih beristeri perempuan yang baik akan tetapi tertimpa qadzaf. Boleh jadi suami istri itu tidak melakukan kesalahan, tetapi mereka ditimpa keburukan karena perbuatan orang lain. Laki-laki tersebut akan terkubur sepenuhnya dalam pandangan buruk masyarakat. Sekalipun laki-laki shalih, masyarakat tidak akan melihatnya sebagai laki-laki shalih, tetapi bagaikan melihat orang yang berpakaian buruk. Tidak akan ada orang lain yang dapat mengarahkan istrinya pada langkah yang benar, hanya suaminya sendiri, karena orang lain akan memandang istrinya sebagai perempuan shalihah. Hanya suami itu sendiri yang menyadari masalah yang menimpa keluarga mereka.

Kadangkala tingkatan qadzaf yang menimpa perempuan beriman sangat intensif. Setiap perempuan harus menyadari bahwa tidak ada penyelewengan yang merupakan perintah Allah. Bila istri melihat bahwa dirinya ditarik dengan suatu tali agama untuk mengikuti laki-laki lain meninggalkan suaminya, suaminya akan melihat ujung tali yang lain dalam wujud aslinya, berupa tali syaitan. Ilmu Harut dan Marut akan tampak seperti tali agama, tetapi di mata suaminya ilmu itu terlihat berada di tangan syaitan. Karena itu seorang istri tidak boleh meninggalkan suaminya untuk laki-laki yang lain. Dalam tingkatan dan jangka waktu tertentu, ilmu itu akan menyebabkan akal perempuan rusak tidak bisa memahami suaminya walaupun berkeinginan untuk kembali kepada suaminya. Dalam kasus demikian, suami istri akan tampak berjalan bersama secara harmonis akan tetapi suaminya mengerti bahwa hubungan itu tidak menyentuh esensi yang dikehendaki Allah. Tidak tumbuh hubungan yang erat dan baik di antara keduanya dalam amal shalih mereka. Keinginan suami untuk membaca kitab diri mereka bersama-sama dan untuk merealisasikan amanah mereka berdua sebagai amal shalih tidak terwadahi oleh istrinya. Komunikasi dalam masalah esensial agama itu boleh jadi hanya membangkitkan keributan di antara mereka.

Dengan keadaan itu boleh jadi suaminya akan memperoleh petunjuk untuk menikah dengan perempuan lain sebagai pelengkap pakaian yang pantas. Seorang laki-laki shalih seharusnya mendapatkan pakaian yang pantas agar kebenaran tidak tersia-siakan oleh manusia. Bila tiga pihak menerima petunjuk yang sama, sangat mungkin petunjuk itu benar, yaitu pihak suami, pihak isteri dan pihak perempuan yang menjadi calon isteri. Bila laki-laki itu merasa tidak membutuhkan, itu hanyalah hawa nafsunya yang berbicara. Allah lebih mengetahui keadaannya daripada dirinya sendiri. Bilamana ada perasaan ketidaksesuaian dengan perempuan yang ditunjukkan, hal itu hanya karena belum melakukan usaha pengenalan kepada pasangan secara mencukupi. Ta’addud jelas terlihat sebagai jalan mulia yang harus ditempuh untuk mengangkat kebenaran, tidak tercampur dengan iktikad lain.

Perempuan harus berusaha menerima dan menjalankan petunjuk itu dengan baik. Bagi isteri, calon madunya itu adalah jalan keluar masalah mereka, dan bagi calon isteri pernikahan ta’addud mereka adalah jalan agamanya. Petunjuk dalam masalah perjodohan termasuk dalam petunjuk yang diturunkan Allah ke bumi sebagai setengah bagian dari agama. Dengan mengikuti petunjuk, manusia tidak akan mengalami kekhawatiran atau bersedih hati.

﴾۸۳﴿قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

(38)Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS Al-Baqarah : 38)

Barangkali agak sulit membayangkan bahwa kehidupan yang sulit itu diberi jalan keluar berupa kesulitan yang berlipat. Kehidupan keluarga dengan satu isteri dalam keadaan demikian akan memunculkan banyak kesulitan, maka menambah keluarga akan tampak menambah masalah kehidupan. Akan tetapi bila seseorang berusaha memahami akar masalah kehidupan yang sulit tersebut, akan terlihat bahwa menambah keluarga adalah jalan yang benar. Allah menurunkan petunjuk benar-benar supaya manusia tidak mengalami kekhawatiran dan kesedihan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar