Pencarian

Jumat, 14 April 2023

Menegakkan Hukum Allah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia untuk menjadi tauladan bagi seluruh umat manusia dalam beribadah kepada Allah. Hendaknya seluruh umat manusia mengikuti jejak langkah beliau SAW dengan membentuk akhlak al-karimah dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Akhlak al-karimah akan diperoleh seseorang apabila ia membentuk akhlak al-quran dalam dirinya. Ia dapat mensikapi seluruh peristiwa yang terjadi di alam kauniyah sejalan dengan kitabullah Alquran. Akhlak alquran yang paling sempurna adalah Rasulullah SAW.

Akan banyak tantangan bagi orang yang membina akhlak al-karimah. Seringkali tidak mudah untuk melahirkan akhlak al-quran bagi orang-orang yang membinanya. Alquran seringkali akan memberikan tuntunan yang melampaui paradigma yang dipegang oleh masyarakat. Banyak manusia di sekitar mereka yang tidak dapat menerima kebenaran dari Al-quran manakala dibacakan kepada mereka, karena masyarakat telah mempunyai cara pandang sendiri terhadap semua permasalahan di antara mereka. Rasulullah SAW dan Orang-orang yang mengikuti Rasulullah SAW diperintahkan bersabar atas tanggapan dari kaumnya yang mungkin tidak dapat menerima apa yang mereka sampaikan dari Alquran.

﴾۸۴﴿فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تَكُن كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَىٰ وَهُوَ مَكْظُومٌ
Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan tertekan (perasaan) (QS Al-Qalam : 48).

Hal ini tidak berarti membenarkan sikap tanpa akal dalam beramal sebagaimana yang seringkali diperbuat orang-orang tertentu yang mengikuti firqah khawarij dan turunannya dengan menggunakan ayat-ayat kitabullah untuk amal mereka. Yang dimaksud bersabar dalam ayat di atas adalah bersabar dalam memberikan penjelasan tentang ayat-ayat Allah yang dilakukan secara sinergis antara ayat kauniyah dan ayat dalam kitabullah. Ayat kitabullah merupakan ringkasan intisari dari ayat kauniyah, yang keduanya menuntun manusia pada satu hal yang sama yaitu mengenal Allah. Kaum khawarij menggunakan ayat kitabullah tanpa memahami kesatuan kehendak Allah hingga mereka terlempar jauh dari Islam.

Demikian pula hal ini tidak membenarkan sikap keras kepala membutakan diri terhadap penjelasan kebenaran oleh orang lain. Manakala orang lain bermaksud memberikan penjelasan kebenaran, hendaknya ia mendengarkan dengan sungguh-sungguh tidak mengabaikannya hanya mempercayai kebenarannya sendiri. Seringkali dalam kasus demikian sebenarnya kebenaran dirinya hanya ilusi kebenaran, bukan kebenaran dari sisi Allah. Bila kebenaran orang lain lebih baik, maka ia hendaknya mengikuti kebenaran yang baru dipahaminya. Bilamana suatu penjelasan orang lain bernilai salah, atau hanya bagian dari cakupan kebenaran yang dipahaminya, maka ia boleh dan hendaknya memberikan penjelasan yang lebih baik kepada orang lain tanpa menimbulkan sikap berbantah-bantahan. Bila perkataan orang lain mungkin mempunyai nilai kebenaran, hendaknya ia memikirkan kemungkinan kebenaran itu hingga dipahami duduk masalah secara kokoh.

Bersabar Bagi Hukum Allah

Rasulullah SAW dan orang-orang yang mengikuti beliau SAW hendaknya bersabar bagi hukum Allah. Allah telah menciptakan alam semesta seluruhnya dan memberikan penjelasan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di alam semesta melalui kitabullah Alquran. Orang yang memahami ayat Allah adalah orang yang melihat hukum Allah dalam bentuk ayat kauniyah sesuai dengan ayat kitabullah. Mereka itulah orang yang memahami hukum Allah. Rasulullah SAW adalah orang yang memahami keseluruhan hukum Allah, sedangkan makhluk lain hanya memahami sebagian yang menjadi bagian dirinya. Manakala memahami hukum Allah yang diberikan sebagai bagian dirinya, hendaknya mereka bersabar atas sikap umat yang boleh jadi akan menolaknya atau tidak dapat memahami hukum itu.

Kesabaran dalam urusan demikian terdapat pada dua hal. Dirinya sendiri harus tetap bersabar menempuh hukum Allah yang mempunyai implikasi kebaikan bagi umatnya walaupun bila ia akan sendirian pada jalan itu, dan ia harus bersabar tetap memberikan peringatan dan kabar gembira dari hukum yang dipahaminya dari Alquran kepada umatnya. Ia tidak boleh meninggalkan umatnya untuk menempuh jalan yang mempunyai implikasi buruk bagi mereka. Umat harus diberi pemahaman tentang hukum Allah yang mempunyai akibat yang baik bagi umat manusia, sedangkan ketidakpahaman atas hukum tersebut akan mendatangkan kerusakan terhadap mereka.

Kesabaran dalam urusan demikian seringkali dituntut sangat intensif. Seringkali umat mereka akan menghalanginya dari menempuh jalan yang ditetapkan Allah hingga urusan yang sangat pribadi. Misalnya bila ia mengetahui landasan keberhasilan amalnya pada rumahtangganya, syaitan akan merusak rumah tangganya menggunakan orang-orang pada umatnya yang tidak menggunakan akal. Manakala ia berusaha melaksanakan perintah Allah, syaitan mengubah atau membalikkan akibat perintah itu menjadi sesuatu yang justru merusak rumah-tangga, maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi tambahan kerusakan pada landasan amal dirinya sendiri. Hal sedemikian itu dapat dilakukan syaitan manakala mereka mempunyai sekutu yang cukup kuat dari kalangan manusia. Hendaknya orang yang mengikuti Rasulullah SAW bersabar bagi hukum Allah dengan tetap menempuh hukum Allah dan memberikan peringatan dan berita gembira dari Allah kepada umatnya.

Gambaran bagi orang-orang yang tidak bersabar dalam menerapkan hukum Allah bagi umat mereka akan seperti nabi Yunus ketika beliau a.s berada dalam perut ikan. Beliau a.s tidak bersabar atas kebebalan umatnya terhadap seruan yang dilakukan, maka ia pergi dari umatnya. Ketidaksabaran itu merupakan selubung yang akan meliputi dan memberikan tekanan kepada hamba Allah. Dalam peristiwa nabi Yunus a.s, beliau memperoleh wujud ketidaksabaran itu berupa ikan yang menelan hingga beliau terliputi dan tersempitkan di dalamnya.

Ketidaksabaran nabi Yunus a.s adalah meninggalkan umatnya ketika umatnya tidak memperhatikan hukum Allah yang dijelaskan. Banyak masalah ketidaksabaran yang mempunyai sifat lebih halus dari hal demikian. Kadang timbul keinginan dalam hati seseorang untuk membiarkan umatnya mengetahui akibat dari perbuatan mereka karena amal yang mereka kerjakan menyalahi perintah Allah. Kadangkala timbul keinginan melampiaskan kekecewaan karena landasan upayanya menyampaikan hukum Allah dirusak oleh orang lain. Dalam intensitas tekanan yang tinggi, kadangkala timbul prasangka terhadap orang lain bahwa mereka akan merusak semesta dirinya karena mereka tidak mempunyai pengetahuan, hingga prasangka itu mengecewakan orang lain. Hanya dengan sedikit perkataan, bayangan kerusakan itu dapat timbul dalam pikiran seseorang yang tertekan, walaupun ia berusaha di jalan Allah. Itu merupakan bentuk-bentuk lain yang bisa menjadi contoh ketidaksabaran, dan banyak bentuk lain yang bisa ditemukan.

Ketidaksabaran merupakan sifat manusiawi yang harus dikelola dengan baik. Hendaknya diperhatikan bahwa kesabaran tidak sama dengan sifat mengabaikan orang lain, tetapi bagaimana mensikapi dengan baik tanggapan mereka yang buruk. Boleh jadi orang lain sebenarnya yang menyampaikan kebenaran sedangkan ia menolaknya, tetapi ia merasa bersabar dengan sikap yang dilakukan itu. Itu bukanlah kesabaran. Bila mampu hendaknya ia bersabar. Bila tidak mampu, hendaknya ia menahan perasaannya, tidak melampiaskan dengan terburu-buru. Bila ia melepaskan tekanan itu terburu-buru, hendaknya ia mencari jalan memperbaiki akibatnya. Bila ketidaksabaran tidak dikelola, ketidaksabaran itu akan mendatangkan akibat yang menyesakkan.

Bersabar dalam hukum Allah tidak berarti mengalah kepada kebathilan. Setiap orang harus memberikan pengetahuan Allah yang terbaik dari dirinya kepada orang lain hingga mereka mengikuti kebenaran dari Allah. Berjuang dengan sungguh-sungguh dalam hal pengetahuan tentang kehendak Allah merupakan kesabaran walaupun bertentangan dengan orang lain, bila itu dilakukan dengan cara yang baik.

Penggelinciran dengan Bashirah

Banyak di antara orang kafir berkeinginan menggelincirkan orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam menyampaikan hukum Allah. Orang-orang kafir akan menggelincirkan orang beriman dari kitabullah. Mereka melakukan penggelinciran itu dengan bashirah-bashirah yang mereka miliki.

﴾۱۵﴿وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُون
Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan penglihatan-penglihatan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia benar-benar orang yang gila". (QS Al-Qalam : 51)

Yang dimaksud dalam ayat di atas sebagai orang kafir adalah orang-orang yang berbuat kufur. Perbuatan kufur itu timbul bila seseorang berkomitmen atas suatu kekufuran. Di jaman modern saat ini, barangkali seseorang tidak sepenuhnya termasuk golongan orang kafir tetapi ia berkomitmen terhadap perbuatan kufur, maka ia termasuk dalam kategori orang yang berbuat kufur. Demikian pula perbuatan yang bertentangan dengan tuntunan kitabullah termasuk dalam kekufuran, dan orang yang berkomitmen melakukan perbuatan demikian termasuk dalam kategori orang yang berbuat kufur yang disebutkan ayat di atas. Sebagian dari orang-orang yang berbuat kufur tersebut berusaha untuk menggelincirkan orang-orang yang mengikuti kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Upaya mereka menggelincirkan dilakukan dengan menggunakan bashirah-bashirah yang mereka miliki. Visi-visi yang dimiliki oleh seseorang merupakan bentuk bashirah-bashirah. Sebagian orang membangun visi mereka berdasarkan hawa nafsu menggunakan data-data kontemporer untuk melihat masalah dan merumuskan rencana untuk masa depan. Sebagian bashirah muncul dari penglihatan bathiniah akan tetapi penglihatan itu tidak digunakan untuk memahami kehendak Allah dengan kesucian nafs mereka. Selama tidak mempunyai landasan pemahaman terhadap kitabullah secara tepat, suatu bashirah tetap bernilai bashirah bukan akal. Bashirah bukanlah keburukan dan bersifat netral cenderung baik kecuali visi kejahatan, tetapi sebagian besar manusia keliru memberikan bobot nilai terlalu besar terhadap bashirah. Orang-orang yang berbuat kufur akan berusaha menggelincirkan orang yang mengikuti kitabullah dengan bashirah-bashirah yang mungkin mereka miliki.

Upaya penggelinciran itu dapat dilihat oleh orang-orang beriman manakala orang-orang yang berbuat kufur mendengarkan bacaan ayat-ayat Allah dan kemudian mereka mengatakan orang yang membacakannya sebagai orang gila. Orang yang memahami kitabullah akan mempunyai bashirah melampaui bashirah yang diperoleh orang kebanyakan karena kitabullah, dan bashirah itu seringkali tidak terpahami dengan pikiran orang kebanyakan. Seseorang yang memahami kitabullah akan memahami kaitan bashirah mereka dengan kitabullah, tetapi mempunyai keterbatasan dalam cara menyampaikan pemahaman mereka. Bila orang-orang kebanyakan itu kemudian mengatakan bahwa seseorang yang menjelaskan kitabullah itu sebagai orang gila, maka mereka itulah orang kafir yang menggelincirkan manusia dari kitabullah.

Secara umum, ketergelinciran terjadi pada sesuatu yang tampak halus. Demikian pua ketergelinciran dalam urusan demikian dilakukan melalui hal-hal yang tampak halus dalam pandangan manusia. Bila hal yang menggelincirkan itu merupakan kesalahan yang mencolok mata manusia, maka syaitan akan menjadikannya sesuatu yang indah dalam pandangan manusia. Hendaknya seseorang tidak sekali-kali mengambil perkataan yang bertentangan dengan firman Allah sebagai kebenaran walaupun perkataan itu tampak baik.

Orang-orang beriman hendaknya berhati-hati dengan penggelinciran yang dilakukan dengan menggunakan bashirah-bashirah yang dimiliki oleh orang-orang yang berbuat kufur. Manakala seseorang membacakan ayat-ayat kitabullah sesuai dengan kedudukan masing-masing ayat, hendaknya mereka berusaha memahami pembacaan itu dengan menggunakan pikiran dan akalnya. Bila ada orang lain dengan mudah mengatakan pembaca ayat itu sebagai orang gila karena sesuatu yang dipahami pembacanya, maka itu sangat mungkin merupakan penggelinciran oleh orang-orang yang berbuat kufur. Bila ia mengikuti perkataan orang tersebut dan meninggalkan Alquran, maka ia termasuk pada kelompok orang yang tergelincir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar