Pencarian

Senin, 03 April 2023

Mencari Keridhaan Allah

Allah telah mengutus Rasulullah SAW ke alam dunia sebagai rahmat bagi seluruh alam dengan membawa kitabullah Alquran. Beliau SAW adalah Alquran yang berjalan, dan Alquran merupakan wujud dari seluruh firman Allah yang hendak Dia perkenalkan kepada seluruh makhluk. Allah akan mengeluarkan orang-orang dari kegelapan menuju cahaya dengan kitabullah tersebut, memberikan petunjuk kepada jalan-jalan yang selamat kepada mereka dan memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus.

﴾۶۱﴿يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاط مُّسْتَقِيمٍ
Allah memberi petunjuk dengan (kitab) itu orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan mengeluarkan mereka itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS Al-Maidah : 15-16)

Orang-orang yang hendak diberi petunjuk Allah dengan kitabullah Alquran adalah orang-orang yang mengikuti keridhaan Allah. Mereka adalah orang-orang yang berusaha untuk memahami kehendak Allah atas diri mereka dengan berusaha memahami kitabullah dan mengikuti apa yang dipahaminya sebagai keridhaan Allah. Manakala mereka mengetahui hal yang tidak disukai Allah, mereka menghindari apa yang tidak disukai-Nya, dan manakala mereka mengetahui hal yang disukai Allah, mereka berusaha melakukan apa yang disukai Allah. Barangkali mereka belum mengetahui secara pasti keridhaan Allah, akan tetapi mereka berusaha mengikuti apa yang mungkin menjadi keridhaan Allah. Dengan keadaan semacam itu, mereka dikatakan sebagai orang-orang yang mengikuti keridhaan Allah.

Bila seseorang berusaha mengikuti keridhaan Allah, maka Allah akan memberikan kepada mereka petunjuk dengan kitabullah kepada jalan yang selamat, mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dan memberikan kepada mereka petunjuk kepada jalan yang lurus. Ini adalah pemberian Allah yang diberikan kepada orang yang mengikuti keridhaan Allah dengan kitabullah. Boleh jadi mereka akan menemukan hal-hal tersebut secara bertahap hingga mengenal shirat al-mustaqim yang ditetapkan bagi mereka. Bila seseorang bergaul dengan kitabullah untuk tujuan yang lain atau tujuan yang keliru, pemberian ini mungkin tidak berlaku. Seseorang bisa jadi menemukan jalan yang penuh fitnah, atau tetap berada dalam kegelapan tanpa cahaya Allah, dan tidak menemukan jalan yang lurus.

Ditinjau sebaliknya, apabila seseorang atau suatu kaum tidak menemukan shirat al-mustaqim, tidak menemukan cahaya Allah hingga mereka tetap dalam kegelapan duniawi, atau mereka tidak menemukan jalan kehidupan yang selamat, boleh jadi mereka kurang bersungguh-sungguh mengikuti keridhaan Allah atau tidak bersungguh-sungguh mengikuti kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Bila seseorang bersungguh-sungguh mengikuti keridhaan Allah dengan kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW maka jalan yang selamat akan terbuka, keterbukaan cahaya Allah yang menerangi kegelapan duniawi mereka akan terlihat, dan pada akhirnya menemukan jalan yang lurus yang ditetapkan Allah bagi mereka.

Sungguh-sungguh dalam mengikuti keridhaan Allah harus diukur dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, tidak berdasarkan suatu prasangka. Sangat mudah bagi seseorang tergelincir dari jalan yang selamat karena mengikuti keridhaan Allah berdasarkan prasangka. Bila seseorang tergelincir dalam perkara itu, maka umat akan mengalami masalah yang rumit. Umat boleh jadi akan menyangka bahwa mereka mengikuti keridhaan Allah sedangkan sebenarnya Allah tidak ridha atau bahkan murka kepada mereka. Kebenaran akan bercampur aduk dengan kesesatan, maka orang-orang akan mabuk akalnya mengikuti kebenaran mereka sendiri. Hal demikian merupakan persoalan yang rumit. Boleh jadi tidak ada niat buruk dalam nafs mereka, tetapi mereka mengikuti langkah syaitan karena mereka tidak menggunakan pikiran untuk berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Tahapan Pencarian

Menemukan shirat al-mustaqim merupakan tahap paling dekat sebelum seseorang memperoleh ridha Allah. Shirat al-mustaqim adalah jalan yang ditetapkan Allah bagi setiap manusia sebagai jalan paling singkat untuk mencapai kedudukan yang dijanjikan baginya di sisi Allah. Tanpa shirat al-mustaqim, setiap orang akan menempuh jalan yang sangat panjang untuk sampai pada kedudukan dirinya di sisi Allah, yang harus ditempuh dari kehidupan di dunia, alam barzakh, alam makhsyar hingga akhirat kelak, dan kebanyakan manusia tidak mencapai kedudukan yang ditetapkan baginya hingga akhirat. Dengan shirat al-mustaqim, seseorang dapat mencapai kedudukan dirinya di sisi Allah sebagaimana Rasulullah SAW ketika mi’raj ke sidrat al-muntaha, tentu dalam kedudukan yang berbeda.

Memperoleh tempat yang terang dalam kehidupan dunia merupakan pendahuluan sebelum seseorang mengetahui shirat al-mustaqim bagi dirinya. Dengan cahaya Allah, seseorang tidak terkungkung dalam gelapnya kehidupan dunia, mengetahui cahaya Allah yang menerangi kehidupan dunia mereka dalam makna-makna ilahiah. Boleh jadi permasalahan dunia tetap melingkupi mereka, akan tetapi mereka mengetahui cahaya Allah yang terkait dengan masalah mereka itu. Pengetahuan demikian tidak bersifat subjektif, tetapi mempunyai sandaran dari kitabullah. Mereka mengetahui fenomena kauniyah yang terjadi di sekitar mereka dalam kacamata kitabullah. Mereka mengetahui bagian kitabullah yang terkait dengan permasalahan mereka, baik permasalah pribadi mereka maupun permasalahan yang melingkupi umat mereka. Banyak orang yang merasa mendapatkan cahaya Allah tanpa mengetahui ayat dalam kitabullah terkait cahaya itu. Itu merupakan prasangka. Boleh jadi prasangka itu benar atau boleh jadi prasangka itu hanya ilusi.

Menemukan shirat al-mustaqim merupakan konsekuens dari menemukan cahaya Allah yang menerangi kehidupan duniawi. Seseorang tidak dapat menemukan shirat al-mustaqim tanpa menemukan cahaya Allah yang menerangi kehidupan diri mereka terlebih dahulu. Setiap orang harus berusaha memahami ayat-ayat kauniyah mereka dalam kacamata Alquran dan sunnah Rasulullah SAW terlebih dahulu untuk dijadikan modal untuk menemukan shirat al-mustaqim. Tanpa hal ini, menemukan shirat al mustaqim bisa menjadi hanya suatu angan-angan tanpa suatu jalan mewujudkannya.

Pada dasarnya ayat Alquran hanya dapat disentuh oleh seseorang yang disucikan Allah, akan tetapi seseorang tidak perlu merasa terlalu takut untuk keliru dalam memahami Alquran selama tidak bertentangan dengan nash Alquran dan tidak berkeras kepala dengan pemahamannya, dan ia berusaha mensucikan hatinya melalui tazkiyatun-nafs. Mengikuti pembacaan seorang syaikh akan sangat membantu memulai upaya memahami Alquran, akan tetapi setiap orang harus terus berusaha menemukan bagian Alquran yang diperuntukkan bagi dirinya tidak hanya berhenti pada dasar-dasar yang diajarkan syaikh. Syaikh akan memberikan dasar-dasar pengetahuan yang harus difahami murid. Manakala murid tidak berpegang pada ayat yang diajarkan syaikh, seringkali ia tidak dapat menemukan bagian Alquran bagi dirinya, atau boleh jadi pemahaman yang seharusnya terbangun sebagai landasan ketakwaan dirinya menjadi kacau.

Untuk mencapai keadaan-keadaan di atas, setiap orang harus menemukan jalan yang selamat. Terdapat banyak jalan dalam kehidupan di bumi. Sebagian orang menempuh jalan kehidupan yang gelap hingga ia tenggelam dalam tipu daya duniawi atau bahkan mengikuti jalan syaitan. Sebagian besar manusia berusaha menemukan jalan kehidupan yang selamat, dan di antaranya benar-benar mengikuti jalan yang selamat, sedangkan sebagian orang lainnya mengira bahwa mereka telah mencari jalan yang selamat tanpa mengukur dengan sungguh sungguh keselamatan yang mereka dapatkan. Setiap orang dapat memperoleh jalan yang selamat dengan mencari jalan itu melalui kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW.

Banyak jalan di antara manusia yang dapat diikuti, dan hanya orang yang benar-benar mengikuti kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW yang merupakan jalan yang selamat. Apabila seseorang mengikuti suatu jalan, hendaknya ia menempuhnya dengan memperhatikan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Hendaknya manusia memilih jalan yang paling baik dalam pandangan dirinya, dan kemudian mengikutinya dengan memperhatikan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Setiap syaikh pada dasarnya mempunyai tugas menyatukan muridnya dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, maka syaikh yang paling baik dalam berupaya menyatukan para murid dengan kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW itulah syaikh yang paling baik menunjukkan jalan.

Tanpa memperhatikan kedua tuntunan tersebut, manusia dapat terjebak memakan racun yang akan melemahkan akal mereka dalam menempuh jalan mencari ridha Allah. Mereka akan tertimpa suatu kotoran akal (ar-rijs) apabila tidak menggunakan akalnya untuk berpegang pada kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW. Suatu kotoran akal akan menutup seseorang dari tahapan lebih lanjut yang seharusnya ditempuh. Mereka tidak akan benar-benar keluar sepenuhnya dari kegelapan menuju cahaya, dan pada akhirnya tidak akan menemukan shirat al mustaqim. Masalah yang menutupi itu ada pada akal mereka, bukan pada ayat Allah yang dibacakan dan seharusnya dipahami. Dengan akal yang terkena kotoran, seseorang tidak mempunyai keberanian untuk mengikuti ridha Allah, tetapi hanya mengikuti pemahaman yang disampaikan kepada mereka. Mereka dapat berbicara tentang kebenaran dalam batas batas yang diinginkan, tetapi tidak dapat benar-benar memandang kehidupan mereka berdasarkan cahaya Allah, sebagaimana seseorang yang memandang dengan kacamata yang menimbulkan bias.

Berbagai Keadaan

Merasa benar dalam melangkah dapat menjadi hijab yang sangat kuat bagi seseorang terhadap kebenaran yang disampaikan kepada mereka. Karena hal itu kadang seseorang atau suatu kaum tidak dapat mengikuti petunjuk Allah yang tercantum dalam kitabullah. Yang mereka katakan sebagai kebenaran adalah kebenaran menurut mereka sendiri tanpa standar yang benar. Mereka tidak mengukur diri mereka dengan kitabullah.

Dalam mencari ridha Allah, setiap orang beriman harus mengukur diri masing-masing dengan tiga tahapan petunjuk Allah melalui kitabullah. Ayat di atas berbicara tentang hal ini. Ketiga tahap tersebut dapat menjadi tolok ukur bagi orang beriman dalam mengikuti keridhaan Allah. Mereka seharusnya menemukan jalan yang selamat, kemudian memperoleh cahaya yang menerangi kehidupan duniawi mereka, dan menemukan jalan yang lurus (shirat al-mustaqim). Hal ini harus diperhatikan dengan teliti. Dalam setiap tahap selalu ada celah bagi setiap orang untuk mengaku telah memperoleh keadaan tersebut karena merasa benar. Kadang-kadang suatu kaum berhenti langkahnya dalam mencari keridhaan Allah tanpa mengetahui bahwa mereka sebenarnya berhenti karena tidak memahami kitabullah.

Kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW tidak benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orang yang merasa benar. Manakala mengatakan telah menemukan jalan yang selamat, mereka sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti bahwa barangkali mereka tidak selamat. Manakala mengatakan menemukan kehidupan dalam cahaya Allah, mereka tidak mengukur bahwa cahaya yang mereka lihat boleh jadi penuh dengan bias. Manakala mengatakan telah menemukan shirat al mustaqim, mereka boleh jadi sebenarnya tidak tahu ke arah mana harus berjalan di jalan itu. Bila mereka benar-benar mencari ridha Allah, mereka akan dapat melihat semua masalah itu dengan jernih melalui kitabullah Alquran dan sunnah Rasulullah SAW karena Allah memberikan petunjuk kepada mereka.

Di sisi sebaliknya, Alquran akan menjadi sesuatu yang menakjubkan bagi orang-orang yang memperoleh ilmu. Orang-orang yang memperoleh ilmu akan memandang ayat-ayat Alquran sebagai suatu keajaiban kebenaran berupa al-haqq yang diturunkan kepada manusia tertinggi di alam semesta yang dapat memberikan petunjuk menuju jalan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

﴾۶﴿وَيَرَى الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ الَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ هُوَ الْحَقَّ وَيَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah kebenaran (Al-haqq) dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (QS Saba’ : 6)

Alquran akan memunculkan kepada para pembacanya permasalahan yang tersembunyi atau kalimat-kalimat yang ditempatkan tidak pada tempatnya. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk menyembunyikan kebenaran atau memanfaatkan suatu kebenaran untuk kepentingan mereka sendiri dengan mengubah-ubah konteks kebenaran tidak pada tempatnya. Kadangkala kebenaran itu tersembunyi dan terubah konteksnya bukan karena ada suatu kepentingan tetapi hanya karena ada orang yang mengikuti hawa nafsu. Hal demikian itu akan terungkap bila pembaca Alquran melakukan pembacaannya untuk mengikuti keridhaan Allah. Bila dilakukan dengan tujuan yang lain, maka mereka akan tertutupi. Orang yang mengikuti keridhaan Allah melalui Alquran akan menemukan pemahaman yang kuat karena Allah memberikan petunjuk kepada mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar