Pencarian

Jumat, 21 Oktober 2022

Bayt Alharam Sebagai Millah Ibrahim a.s

Setiap manusia harus membina bayt masing-masing berupa tegaknya nafs wahidah dalam kesatuan dengan hal-hal yang terserak baginya. Bayt berfungsi untuk melaksanakan amr Allah yang dijadikan amanah bagi diri mereka. Hal ini dapat dimulai dengan membina agama bersama pasangannya. Tanpa bayt, segala sesuatu akan tetap terserak bagi seseorang hingga ia tidak akan dapat meninggikan asma Allah. Hanya dengan bayt yang diijinkan Allah maka seseorang akan dapat meninggikan dan mendzikirkan asma Allah.


﴾۷۹﴿ جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِّلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذٰلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah telah menjadikan Ka'bah sebagai bayt al-haram yang tegak bagi manusia, dan bulan Haram, hadya dan qalaid. Yang demikian itu agar kalian mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Maidah : 97)

Bayt Ibrahim a.s berupa kakbah merupakan panutan terbentuknya bayt yang diijinkan Allah untuk meninggikan dan mendzikirkan asma Allah. Ia menjadi bayt yang tegak yang dijadikan tauladan bagi manusia, maka hendaknya setiap orang menjadikannya kiblat kehidupannya agar ia dapat berjalan di bumi dengan arah yang benar. Hal ini sangat penting diperhatikan. Seseorang dapat tersesat arahnya bila mengambil kiblat kehidupan yang lain walaupun kiblat itu berupa kebenaran.

Untuk membentuk bayt demikian, seorang laki-laki harus tegak akalnya dalam memahami kehendak Allah secara lurus, dan setiap perempuan harus benar-benar menyadari bahwa ada amr Allah yang diturunkan di dalam pernikahan mereka, dan amr itu telah mengikat mereka dalam sebuah perjanjian terkuat di alam semesta berupa mitsaqan ghalidza. Bilamana terjadi kebengkokan pada salah satu atau keduanya, maka bayt untuk meninggikan asma Allah itu tidak akan terbentuk. Manakala terbentuk suatu kekuatan dari bayt yang berdiri di atas kebengkokan, setiap orang harus berusaha menyadari bahwa bukan asma Allah yang akan ditinggikan.

Seorang laki-laki harus membina akalnya agar dapat memahami kehendak Allah, dan selalu menjaga dirinya agar akalnya tidak bengkok. Bila seseorang tidak lurus dalam memahami kehendak Allah, boleh jadi ia akan menyebabkan orang lain ikut celaka bersamanya. Mungkin saja seseorang yang tidak lurus kemudian membangun kiblat baru bagi manusia berupa bayt yang tidak mengikuti millah Ibrahim a.s, tetapi justru menjadi tandingan bagi bayt al-haram. Bila sendi-sendi bayt itu meninggikan perintah syaitan, maka akan muncul bencana yang sangat besar bagi umat manusia melalui bayt tersebut. Setiap orang harus bersikap lurus dalam memahami kehendak Allah, tidak terbengkokkan dengan hawa nafsu.

Setiap perempuan harus memperhatikan amr Allah yang ada di antara pernikahan mereka. Mungkin suaminya seorang yang shalih atau mungkin pula seorang yang kafir, sama saja kewajiban perempuan adalah memperhatikan perintah Allah dalam pernikahan mereka. Setiap perempuan harus mengambil tauladan Asiyah r.a isteri Fir’aun, atau Maryam r.a binti Imran yang merawat Isa a.s sebagai wujud kehendak Allah. Seorang Asiyah r.a memperhatikan benar-benar urusan Allah melalui suaminya walaupun sauminya kafir. Urusan Allah bagi diri perempuan turun melalui kebersamaan dengan suaminya. Perempuan tidak boleh memilih jalan yang disukai hawa nafsunya dengan meninggalkan perjanjiannya yang kuat di hadapan Allah bersama suaminya.

Pokok Meninggikan Asma Allah

Terdapat beberapa pokok yang harus dibina dalam pernikahan untuk membentuk bayt hingga memperoleh ijin untuk berdzikir dan meninggikan asma Allah. Yang pertama adalah perbincangan suami isteri untuk memperoleh ketakwaan, dan berikutnya kedudukan pasangan itu dalam al-arham.

Perbincangan untuk ketakwaan hanya akan terjadi di antara suami dan isteri yang shalih, yaitu keduanya menginginkan ketakwaan. Bila salah satu atau keduanya menginginkan kehidupan untuk hawa nafsu, maka akan sulit terjadi perbincangan untuk ketakwaan. Keberpasangan yang berasal dari satu nafs wahidah akan menjadi modal paling besar untuk membentuk bayt untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah, namun hal itu perlu didukung dengan pembinaan ketakwaan pada masing-masing pihak.

Tanpa ketakwaan, hubungan pernikahan dapat bergerak liar saling merusak, satu pihak menyalahkan pihak lain karena perbedaan tujuan. Melepas waham yang salah termasuk hal yang perlu dilakukan untuk pembinaan ketakwaan, karena waham itu akan mengganggu pembicaraan ketakwaan dalam pernikahan. Adanya waham yang salah dalam diri seseorang kadangkala menyebabkan seseorang memandang suatu keinginan hawa nafsu sebagai hal penting. Hal ini menghambat perbincangan ketakwaan yang harus dilakukan suami dan isteri.

Bila suatu pernikahan disepakati berdasarkan tujuan ketakwaan bersama, maka mereka akan mempunyai landasan tujuan bersama yang hendak dicapai. Hal ini akan memudahkan terjadinya perbincangan untuk ketakwaan dan memudahkan mengenal kedudukan mereka dalam jalinan al-jamaah. Walaupun demikian tetap ada kebaikan pada orang yang menikah berdasarkan nafs wahidah walaupun satu atau dua pihak di antara mereka tidak bertakwa.

﴾۱﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari nafs wahidah, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kamu saling bertanya satu sama lain, dan (bertakwalah terhadap) al-arham. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS An-Nisaa’ : 1)

Pokok lain yang dibina dalam membangun bayt adalah aspek al-arham. Al-arham adalah jalinan kasih sayang manusia dalam al-jamaah yang dipimpin Rasulullah SAW. Seseorang yang mengenal al-arham akan mengenal urusan Rasulullah SAW bagi ruang dan jamannya, dan kemudian mengenal kedudukannya dalam jaringan Al-jamaah di antara orang lain dalam jihad Rasulullah SAW.

Media pencarian al-arham akan hadir secara bersamaan dengan pernikahan bagi orang yang mencarinya. Sebuah pernikahan yang dilandasi keikhlasan akan menghadirkan media pengenalan al-arham. Barangkali tidak demikian bagi orang yang menikah karena memperturutkan hawa nafsu terhadap harta, kecantikan ataupun kehormatan di mata orang lain. Sangat penting bagi umat manusia untuk menjaga setiap orang agar memilih pasangan berdasarkan nafs wahidah yang akan mengenal agamanya. Orang yang menikah karena kebutuhan nafs wahidah yang menginginkan pengetahuan jalan ibadah akan menemukan media pengenalan al-arham dalam pernikahannya.

Seorang laki-laki yang shalih akan terpancing keinginannya untuk mengenal imamnya karena pernikahan. Hal ini merupakan cerminan balik sikap seorang isteri yang berkeinginan melayani suaminya sebagai imamnya. Seorang isteri yang baik akan membangkitkan keinginan suaminya mengenal imamnya, dan keinginan suami itulah yang akan menjadikan suaminya mengenal kedudukannya dalam jalinan al-arham yang dipimpin Rasulullah SAW. Bila suami dipusingkan dengan banyaknya keinginan-keinginan isterinya, maka suaminya mungkin akan terlupa atau tidak menginginkan mengenal imamnya. Sepasang suami dan isteri yang baik akan memperoleh pengenalan kedudukan mereka di antara al-jamaah kerena ketakwaan mereka.

Yang dimaksud pengenalan diri pada bagian utamanya adalah pengenalan kedudukan diri dalam jalinan al-arham. Pengenalan diri akan berbahaya bila dimaknai semata sebagai pengenalan terhadap potensi diri, karena hal itu dapat melambungkan hawa nafsu untuk dipertuhankan. Hawa nafsu akan berpikir bahwa ia selayaknya dituruti karena berhasil mengenali dan mewujudkan potensi besar yang dititipkan Allah. Itu merupakan kedustaan yang tidak boleh dituruti. Pengenalan diri merupakan pengenalan diri seseorang dalam jalinan Al-jamaah dipimpin Rasulullah SAW.

Benarnya langkah seseorang dalam mengikuti Rasulullah SAW akan terlihat dalam sikapnya menghadap qiblat. Orang yang benar akan mengikuti millah Ibrahim a.s membentuk bayt, tidak membuat tauladan bayt tersendiri melalui jalan yang terpisah dari millah Ibrahim membangun bayt al-haram. Seseorang harus mengikuti millah Ibrahim a.s membentuk bayt, baik berhasil ataupun tidak berhasil, tidak menempuh jalannya sendiri membentuk bayt. Perlu diperhatikan oleh manusia, bahwa perbuatan membuat bayt tersendiri itu merupakan tindakan berbahaya walaupun manusia memandang baik perbuatan itu. Tindakan itu akan memisahkan manusia dari al-arham. Walaupun memperjuangkan sesuatu yang tampak benar, sebenarnya mereka terpisah dari kebenaran karena berlepas dari kiblat yang ditentukan Allah.

Upaya Syaitan Membengkokkan Manusia

Tujuan akhir kehidupan manusia adalah kembali kepada Allah. Itu merupakan seruan pemimpin manusia tertinggi Rasulullah SAW. Seruan itu diturunkan bagi umat manusia dalam berbagai tingkatan operasional yang telah dicontohkan para nabi yang lain. Membentuk bayt untuk mendzikirkan dan meninggikan asma Allah adalah tingkatan operasional yang paripurna dalam kehidupan di bumi, dan bayt itu terbentuk bila seseorang mengikuti millah uswatun hasanah Ibrahim a.s. Banyak hal yang harus dibina oleh setiap orang sebagai pendahuluan dalam membentuk bayt, di antaranya pengenalan penciptaan diri. Bila seseorang mengikuti nabi Ibrahim a.s, ia akan berjalan ke arah yang benar. Bila seseorang salah dalam membentuk bayt melenceng dari millah Ibrahim a.s, ia akan tersesat dari jalan mengikuti Rasulullah SAW. Hal ini berlaku sekalipun seseorang telah menyelesaikan banyak tahapan yang dicontohkan oleh para nabi yang lain.

Syaitan akan berusaha membelokkan manusia dengan berbagai cara. Sasaran tertinggi kaum syaitan adalah untuk membelokkan manusia dari kiblat bayt al-haram. Hal ini dilakukan syaitan sebagaimana upaya mereka memisahkan seorang perempuan dari suaminya, dan ini merupakan sumber fitnah terbesar yang akan menimpa umat manusia karena perbuatan syaitan. Tidak ada penderitaan umat manusia yang lebih besar daripada yang ditimbulkan syaitan dengan upaya membelokkan manusia dari bayt al haram dengan memisahkan perempuan dari suaminya.

Di antara metoda syaitan untuk upaya demikian adalah menggunakan ilmu dua malaikat Harut dan Marut. Bila seseorang terkena ilmu itu, ia akan merasakan jatuh cinta dalam semangat berjuang menolong agama Allah. Tetapi semua itu hanya merupakan tipuan syaitan. Para syaitan-lah yang menggunakan ilmu kedua malaikat itu, sedangkan dua malaikat itu tidak menggunakan ilmunya terhadap manusia. Sendi-sendi bayt yang akan terbentuk melalui ilmu dua malaikat itu sama sekali tidak mengikuti millah Ibrahim a.s. Bayt itu justru akan mengganti kiblat seseorang tidak menghadap bayt al-haram. Orang yang menjadikan bayt tandingan itu sebagai kiblat akan menjadikan kehidupannya tidak mengikuti millah Ibrahim a.s dan sunnah Rasulullah SAW, tetapi akan mengikuti syaitan.

Kadangkala seorang perempuan bersuami tertimpa penggunaan ilmu demikian tanpa menginginkannya. Bila terjadi demikian, hendaknya ia memegang erat mitsaqan ghalidza bersama suaminya. Mitsaqan ghalidza itu telah diikrarkan di hadapan Allah. Hal itu akan memberikan jalan keselamatan walaupun mungkin ia akan remuk redam bersusah payah menempuh kehidupan bersama suaminya. Bila ia mengikuti dorongan syaitan berjuang di jalan Allah meninggalkan mitsaqan ghalidza bersama suaminya, ia telah tertipu oleh syaitan dan itu akan mengantarkannya menuju neraka. Tipuan syaitan itu akan menjadikannya berjuang sebenarnya bukan di jalan Allah. Perjuangan di jalan Allah bersama laki-laki lain itu hanya sebuah tipuan syaitan. Perjuangan di jalan Allah itu hanya akan melalui bayt mengikuti Ibrahim a.s, bukan bayt yang diiming-imingkan syaitan. Ada hasil ataupun tidak, mengikuti millah Ibrahim a.s lebih penting daripada semua hasil yang akan diperoleh.

Suami yang isterinya tertimpa ilmu demikian harus bersabar. Bila isterinya berusaha bertahan dalam pernikahan dengan dirinya, upaya isterinya itu merupakan perjuangan besar yang sangat berat. Ia tidak boleh menganggap remeh perjuangan isterinya melawan dorongan syaitan yang sangat besar, dan ia harus membantu isterinya untuk bertahan dengan sungguh-sungguh. Bila ia merasa kehidupannya berat, isterinya sebenarnya menanggung kehidupan yang lebih berat. Ia harus berusaha menahan agar isterinya tidak terlepas dari pernikahan mereka. Kadang-kadang dalam perjuangannya, seorang isteri demikian terserang keinginan untuk menyerah dan meminta perceraian, maka suaminya harus bersabar dan memberikan dorongan untuk tetap bertahan di jalan Allah. Setelah kehidupan dunia, kehidupan mereka akan terang bila mereka bertahan, sebaliknya bila tidak bertahan, kehidupan yang terang di dunia akan berubah menjadi kegelapan setelahnya.

Ilmu demikian tidak hanya berlaku terhadap perempuan. Laki-laki dapat pula tertimpa ilmu itu hingga mempunyai suatu semangat berjuang di jalan Allah tetapi dengan hawa nafsunya. Seperti perempuan yang didorong menolong agama Allah dengan meninggalkan mitsaqan ghalidza, mereka melenceng dari jalan Allah tanpa menyadarinya karena mengikuti kiblat mereka sendiri. Karena mengikuti dorongan ilmu Harut dan Marut maka perjuangan mereka akan melenceng dari kebenaran. Mereka bersungguh-sungguh menolong agama Allah tanpa memperhatikan keberjamaahan dengan Rasulullah SAW untuk ruang dan jamannya. Manakala ada bahaya, mereka tidak memperhatikan peringatan bahaya tetapi tetap mengupayakan sesuatu yang mereka pandang baik. Ilmu ini memalingkan manusia dari jalan Allah tanpa menyadarinya, dan akan berakibat sangat berbahaya karena keberpalingan mereka.

Masalah Qiblat mengikuti nabi Ibrahim a.s sangat menentukan berkah yang akan diturunkan Allah. Banyak pengetahuan yang akan diberikan kepada seseorang manakala mengikuti nabi Ibrahim a.s, dan pengetahuan itu yang akan menjadikan seseorang mempunyai pengenalan terhadap Allah. Pada ayat di atas, Allah berfirman :Yang demikian itu agar kalian mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi (QS Al-Maidah : 97). Menghadap qiblat ke bayt al haram akan mendatangkan pengetahuan dari Allah yang menjadikan manusia mengenal Allah. Membentuk qiblat berupa bayt secara berselisih dengan millah Ibrahim a.s tidak mendapatkan jaminan Allah dalam tegaknya, atau justru sebenarnya akan mendatangkan suatu madlarat yang sangat besar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar