Pencarian

Minggu, 24 Juli 2022

Berharap Pertolongan Allah

Barang siapa menolong Allah maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya. Hal ini tidak berarti Allah membutuhkan pertolongan dari orang-orang beriman. Firman Allah memberikan petunjuk tentang sebuah kondisi yang ditentukan bagi orang-orang beriman tentang cara yang perlu dilakukan agar Allah memberikan pertolongan kepada mereka dan meneguhkan kedudukan mereka.

﴾۷﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad : 7)

Kondisi yang ditetapkan Allah bagi orang-orang beriman adalah menolong Allah. Hal ini menuntut kepada setiap orang beriman untuk berusaha memahami kehendak Allah atas diri mereka. Orang yang berbuat atas dasar keinginannya sendiri tidak dikatakan sebagai menolong Allah, baik perbuatan baik apalagi perbuatan buruk karena boleh jadi perbuatannya tidak sesuai dengan amal yang ditentukan Allah bagi dirinya sesuai dengan ruang dan jamannya.

Mengupayakan Asbab

Ayat berikut bercerita tentang gambaran menolong Allah.

﴾۴۱﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ فَآمَنَت طَّائِفَةٌ مِّن بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَت طَّائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَىٰ عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada para hawariyyun: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku kepada Allah?" Para hawariyyun berkata: "Kamilah penolong-penolong Allah", maka segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS Shaff : 14)

Para penolong Allah dari kalangan hawariyyun adalah orang-orang yang menolong nabi Isa a.s untuk kembali kepada Allah, sedangkan nabi Isa adalah nabi yang mempunyai kedudukan dekat dengan Rasulullah SAW. Beliau a.s adalah nabi yang disebutkan Alquran memberitakan kedatangan Rasul Allah yang akan datang setelah beliau. Pada dasarnya setiap nabi mengenali Rasulullah SAW yang akan datang setelah mereka a.s sebagai makhluk yang paling mengenal Allah karena kedekatan, yang mempunyai kedudukan tertinggi di alam semesta. Akan tetapi nabi Isa a.s-lah yang disebutkan memberitakan tentang Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan kedekatan kedudukan beliau terhadap Rasulullah SAW.

Menolong orang lain agar dapat berjalan menuju Allah dengan baik dan benar merupakan bentuk menolong Allah, baik dengan mendukung washilahnya kepada Rasulullah SAW dalam menunaikan amanah ataupun memberikan pengetahuan kebenaran kepada umat agar kembali kepada Allah. Kedekatan dengan Allah adalah dengan kemuliaan akhlak. Bentuk umum dari menolong Allah adalah memberikan kemudahan bagi umat manusia untuk mencapai akhlak mulia dengan akal yang baik dan benar. Manusia tidak akan dapat mendekat kepada Allah tanpa akal yang memahami kehendak Allah sebagaimana seekor kambing tidak akan menjadi makhluk muqarrabun, dan seseorang akan terbuang dari kedekatan di sisi Allah dengan akal yang salah sebagaimana Azazel terbuang dari kedekatan dengan Allah karena akalnya tidak benar walaupun akalnya kuat.

Menolong Allah hanya dapat dilakukan berdasar keimanan. Keimanan dalam hal ini adalah cahaya yang menerangi qalb seseorang yang bermanfaat memperbaiki kemuliaan akhlak. Keimanan adalah cahaya yang menerangi akal yang akan menjadikan seseorang dapat memahami kehendak Allah. Seseorang tidak dikatakan beriman bila hanya mengikuti dogma, atau hanya mengikuti perkataan orang lain tanpa berupaya memperoleh pemahaman dengan akalnya. Dengan keimanan, Allah menerangi akal setiap mukmin agar dapat memahami kehendak Allah bagi mereka, dan dengan akal yang tercahayai seseorang tumbuh menuju akhlak mulia.

Menolong Allah akan menimbulkan efek berantai kepada masyarakat yang lebih luas, sebagaimana pertolongan para hawariyyun kepada nabi Isa a.s menjadikan sebagian bani Israel beriman, walaupun sebagian tetap kufur karena kekufuran mereka sendiri. Setiap orang harus mencintai sahabatnya dan memudahkannya agar dapat berjalan di jalan Allah. Setiap orang yang ingin menolong Allah hendaknya berusaha memberikan pengetahuan kebenaran untuk menolong orang lain, yaitu pengetahuan yang tersambung kepada Rasulullah SAW di atas dasar keimanan.

Dalam urusan menolong Allah, pemberitaan nabi Isa a.s itu menunjukkan seruan untuk mengikuti Rasulullah SAW bukan hanya untuk mengikuti diri beliau a.s sendiri. Seseorang yang tidak menyeru pada amr Rasulullah SAW dalam amal-amal mereka tidak termasuk sebagai perbuatan menolong Allah. Boleh jadi seseorang tersebut tidak mengerti urusan Rasulullah SAW untuk ruang dan jaman mereka, atau mereka hanya menyeru untuk kepentingan mereka sendiri, keduanya belum termasuk perbuatan menolong Allah. Maka jalan agar Allah menolong dan meneguhkan kedudukan mereka mungkin tidak diperoleh. Bila seseorang memperoleh pertolongan Allah atau memperoleh hal duniawi karena amal demikian, hal itu bukan menunjuk pada keteguhan kedudukan yang dimaksudkan ayat tersebut tetapi boleh jadi hanya turunannya.

Jalan bagi orang umum untuk menolong Allah adalah menemukan orang yang menyeru untuk mengikuti amr Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW adalah pemimpin orang-orang yang kembali kepada Allah. Hal ini dicontohkan oleh para hawariyun ketika mereka menolong nabi Isa a.s untuk kembali kepada Allah. Para shahabat nabi Isa a.s tersebut mempunyai keimanan kepada nabi Isa a.s, dan dengan keimanan tersebut mereka menolong nabi Isa untuk mengikuti Rasulullah SAW. Seseorang tidak dapat menolong Allah dengan mengandalkan pikiran sendiri, tetapi harus berusaha menemukan washilah yang terhubung kepada Rasulullah SAW tanpa terputus pada salah satu washilah. Hal ini sangat terkait dengan al-jamaah, tidak ada orang yang menemukan jalan menolong Allah dengan dirinya sendiri. Dalam kehidupan di bumi, mungkin seseorang al-jamaah bersendirian, akan tetapi ia menemukan jalan kebersamaan dengan Rasulullah SAW melalui umatnya, setidaknya melalui isterinya.

Masalah tersambungnya washilah hingga kepada Rasulullah SAW terkait dengan kelurusan jalan menuju Allah. Banyak jalan mendaki ke langit, tetapi hanya yang berada pada jalur Rasulullah SAW yang akan sampai kepada Allah. Iblis telah mendaki ke langit hingga derajat yang sangat tinggi dekat kepada Allah, tetapi kemudian terbuang dari kedekatan itu. Hal itu karena tidak terbentuk akhlak dalam citra Rasulullah SAW dalam diri Iblis. Akal kuat yang terbentuk dalam diri Iblis mempunyai kualitas yang salah sehingga harus disingkirkan dari kedekatan dengan Allah. Rasulullah SAW adalah sumber akal yang dikehendaki Allah yang harus ditiru oleh setiap makhluk yang berakal,. tidak boleh seorang makhluk membangun akalnya menyimpang dari citra Rasulullah SAW. Seseorang tidak boleh membangun akal yang jalannya memahami kehendak Allah menyimpang dari pemahaman Rasulullah SAW.

Setiap orang yang mengetahui urusan Rasulullah SAW menempati kedudukan masing-masing dalam shaff tertentu yang berbeda satu dengan yang lain. Satu orang mungkin menjadi washilah bagi yang lain, atau menjadi sahabat sejajar, dan mungkin pula berada pada washilah yang berbeda, akan tetapi masing-masing bisa mengetahui sedikit atau banyak urusan yang lain. Pada jaman ini, seluruh insan yang menempati kedudukan shaff mereka mempunyai landasan dari Alquran bagi kehidupan mereka. Walaupun misalnya berpegang ayat yang sama, masing-masing orang bisa mempunyai cara pandang yang berbeda dalam ayat yang sama karena perbedaan akal mereka. Alquran bagi mereka dapat diibaratkan bagaikan berlian yang telah diasah, memantulkan cahaya yang berbeda bagi setiap orang yang memandangnya pada saat yang bersamaan karena perbedaan posisi orang yang memandang.

Nabi Isa a.s merupakan salah satu washilah kepada Rasulullah SAW, yaitu bagi bani Israel secara umumnya, dan khususnya para hawariyyun. Umat yang lain mempunyai washilah yang mungkin berbeda, misalnya yang diistilahkan sebagai ulama eka&sapta oleh para wali Allah di nusantara. Bentuk washilah eka&sapta sedikit berbeda dengan bentuk washilah nabi Isa a.s dan hawariyyun. Bani Israel yang beriman kepada nabi Isa a.s dapat mencari jalan untuk menolong Allah dengan menolong nabi Isa a.s sedangkan yang tidak beriman terhadap nabi Isa a.s tidak dapat memperoleh jalan untuk menolong Allah melalui beliau a.s. Terdapat beberapa jalur washilah yang lain kepada Rasulullah SAW selain melalui nabi Isa a.s dan setiap washilah bisa menjadi jalan untuk menjadi penolong Allah bila mereka mempunyai keimanan terhadap seruan washilahnya.

Manfaat Alquran

Cahaya keimanan paling utama dalam kehidupan di bumi adalah Alquran yang dipahami sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Orang yang memperoleh ilmu dari Alquran adalah orang yang memperoleh cahaya yang paling terang, dan orang lain dapat mengikutinya agar dapat kembali kepada Allah. Akan tetapi tidak semua pemahaman manusia dari Alquran bersifat benar. Syaitan dapat menyelipkan pemahaman yang salah ketika seseorang membaca Alquran. Karena hal itu, hendaknya seseorang meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan ketika membaca syaitan.

﴾۸۹﴿فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS An-Nahl : 98)

Ayat ini tidak boleh menimbulkan sikap skeptis terhadap kebenaran Alquran atau pembacaannya. Seluruh Alquran adalah kebenaran dan pembacaan yang selaras dengan ayat Alquran sangat mungkin merupakan kebenaran yang tidak boleh didustakan. Seseorang tidak boleh mendustakan atau menuduh sesat suatu pembacaan Alquran tanpa alasan yang jelas. Semua pembacaan Alquran yang diniatkan dengan ikhlas seharusnya dapat mendatangkan kesegaran jiwa, dan kesalahan yang ada dapat pula dirasakan oleh hati. Demikian pula ayat yang dibaca tanpa suatu pemahaman atau keikhlasan juga akan terasakan kosong oleh hati. Hati yang demikian adalah hati yang mengharap Allah.

Setiap orang yang mencari jalan untuk menolong Allah harus menimbang semua pengetahuan yang diperoleh dengan Alquran, dari tingkat pikiran jasadiah hingga akal hati untuk memahami kehendak Allah. Alquran adalah tali Allah yang terbentang dari tangan-Nya hingga mencapai alam mulkiyah yang tergambar dalam setiap khat dalam Alquran. Sesedikitnya pikiran yang sesuai dengan Alquran adalah hal yang sangat berharga dan sangat berguna untuk membangun akal yang benar untuk memahami kehendak Allah, dan sebaliknya menafikan atau meninggalkan pikiran yang selaras dengan Alquran untuk mengikuti hal yang lain adalah sumber celakanya seseorang dalam perjalanan menuju Allah.

Tidak ada manusia yang boleh meninggalkan Alquran karena mengikuti yang lain. Misalnya seseorang tidak boleh meninggalkan suatu pembacaan Alquran yang benar dengan alasan karena hanya bersumber dari pikiran, sedangkan dirinya memilih mengikuti akal hati. Bila terjadi sikap demikian, boleh jadi akal yang diikutinya sebenarnya tersisipi syubhat dari syaitan. Firman Allah telah diturunkan sedemikian hingga dapat terbaca hingga di alam mulkiyah, tidak berhenti pada suatu tingkatan di langit tanpa terhubung ke alam mulkiyah. Barangkali tidak setiap orang dapat membaca kandungan Alquran, tetapi setiap pembacaan dapat ditimbang kebenarannya berdasarkan tulisan Alquran. Allah mempertanyakan keadaan orang-orang yang tidak menata pikirannya untuk memahami kehendak Allah dan memilih pikirannya atau akalnya sendiri.

Syaitan dapat menyelipkan suatu cela dalam pemahaman Alquran yang dapat menyebabkan rusaknya akal manusia. Suatu sikap yang salah terhadap Alquran akan benar-benar dimanfaatkan oleh syaitan untuk merusak akal manusia. Untuk menghindari hal ini, setiap orang harus memohon perlindungan kepada Allah dalam membaca Alquran, dan ia harus menjadikan Alquran sebagai imam yang menuntun dirinya, tidak sebaliknya menjadikan Alquran untuk membenarkan pendapatnya sendiri. Ketika akal memahami Alquran dengan cara yang salah karena cela yang ditempelkan syaitan, maka seseorang akan menemukan kehidupan akhirat yang sulit.

Akal terkait dengan makrifat. Hal ini sedikit berbeda dengan karunia ilmu yang bersifat praktis untuk amaliah. Membina akal berdasarkan Alquran bersifat lebih fundamental daripada mengharap karunia ilmu. Karunia ilmu merupakan hadiah yang diturunkan Allah, sedangkan membina akal merupakan kewajiban manusia. Kadangkala Allah mengaruniakan kepada seseorang ilmu bersamaan dengan keterbukaan makrifat, kadangkala memberikan ilmu sebelum keterbukaan makrifat, dan kadangkala menangguhkan turunnya ilmu setelah makrifat hingga masa dibutuhkannya ilmu tersebut. Khalifatullah Al-mahdi misalnya, beliau akan diishlahkan makrifatnya dengan ilmunya dalam satu malam. Keterbukaan makrifat beliau mendahului turunnya ilmu pada masa dibutuhkannya. Membina akal menjadi pondasi yang lebih penting diperhatikan oleh setiap orang daripada karunia ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar