Pencarian

Rabu, 09 Februari 2022

Mencari Washilah Rasulullah SAW

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk bersaksi bahwasanya tiada Ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Hal itu merupakan prinsip yang sangat dasar dalam islam yang mencerminkan kesempurnaan agama yang diturunkan Allah. Dengan persaksian yang sebenarnya, maka seseorang akan layak menjadi wakil Allah di bumi.

Dalam perjalanan setiap orang untuk menjadi saksi Allah yang sebenarnya, akan ditemukan tahapan dimana seseorang mengenal imam bagi dirinya, dilanjutkan dengan karunia berupa pemberian kitab melalui tangan kanannya. Kebanyakan orang akan menemukan kitab ini pada masa akhir kehidupan di alam makhsyar, tetapi sebenarnya ini dapat ditemukan manusia pada kehidupan di bumi. Para nabi, shiddiqin, dan syuhada’ menemukan hal demikian di kehidupan bumi.

Tidak semua yang mengenali imamnya kemudian memperoleh pemberian kitab melalui tangan kanannya. Pemberian kitab melalui tangan kanan merupakan tanda bahwa seseorang memperoleh fadhilah Allah yang sangat agung. Hal itu akan menjadikan seseorang sebagai saksi Allah yang sebenarnya.

﴾۱۷﴿يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولٰئِكَ يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
yaitu (pada) suatu hari (yang di hari itu) akan Kami panggil tiap umat dengan imamnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. (QS Al-Israa’ : 71)

Mengenal dan menemukan imam itu adalah menemukan washilah kepada Rasulullah SAW. Hal ini diawali dengan keterbukaan seseorang tentang pengenalan dirinya sendiri. Ketika seseorang mengenali jati dirinya, ia akan bisa berusaha mengenali orang-orang yang ada di sekitarnya atau orang-orang terdahulu atau orang yang akan datang, dan terutama mengenali washilah yang menghubungkan dirinya hingga sampai kepada rasulullah SAW. Mengenali sahabat-sahabatnya akan menjadikannya termasuk dalam suatu umat (unas). Puncak washilah ini adalah Rasulullah SAW. Hal itu dapat dikenali manusia manakala ia mengalami keterbukaan tentang jati dirinya sendiri.

Setiap orang yang bertaubat kepada Allah seharusnya memperhatikan persoalan ini sebagai cabang dari kalimat syahadat yang menjadi prinsip dasar agama. Landasan persoalan ini adalah dua kalimat syahadat. Tidak syah pencarian seseorang akan imamnya tanpa memperhatikan atau justru berlawanan dengan tuntunan Alquran dan sunnah nabi. Orang yang mencari imam tanpa tuntunan Alquran dan sunnah nabi dapat tersesat hingga kesesatan yang sejauh-jauhnya. Segala kitab dan tuntunan yang mungkin turun kepadanya bisa menuntun akalnya dan akal yang mengikutinya menuju kesesatan yang sangat jauh sedangkan ia merasa mendapatkan petunjuk.

Di sisi lain, orang yang tidak mencari imam dalam perjalanan taubatnya dapat menjadi fasik. Iblis merupakan contoh makhluk fasik di hadapan Rabbul ‘alamiin. Ia melakukan desersi (fasik) dari urusan dan perintah Rabbul ‘alamin, sedangkan Iblis merupakan makhluk yang dahulu menempati kedudukan tinggi dan dekat dengan Rabbul ‘alamin. Ketinggian kedudukan dan kekuatan akal tidak serta merta menjadi jaminan bahwa seorang makhluk berakal akan selamat, bila tidak disertai dengan iktikad ibadah kepada Allah.

Peristiwa desersinya Iblis dari urusan dan perintah Allah terjadi manakala ia diperintahkan untuk bersujud kepada Adam. Adam merupakan representasi yang dikehendaki Allah menjadi khalifatullah di muka bumi. Khalifatullah merupakan makhluk yang ditetapkan Allah untuk menjadi imam bagi Iblis, dan Iblis menolak hal itu dan kemudian melakukan desersi. Dalam hal ini, Adam dijadikan sebagai representasi khalifatullah, tidak menjadi representasi Rasulullah SAW. Rasulullah SAW adalah makhluk yang diciptakan Allah untuk menempati kedudukan tertinggi di semesta alam. Derajat para malaikat dan Iblis yang diperintahkan Allah bersujud kepada Adam berada beberapa tingkat di bawah kedudukan Rasulullah SAW, dan berada tepat di bawah kedudukan khalifatullah. Khalifatullah adalah imam yang ditetapkan bagi sejumlah malaikat dan iblis besar, yaitu imam yang menghubungkan mereka untuk mendapatkan washilah kepada Rasulullah SAW. Akan tetapi iblis menolak dan ia keluar dari urusan dan perintah Allah. Allah menghadirkan bagi setiap makhluk yang berakal imam yang menjadi washilahnya kepada Rasulullah SAW.

Manusia secara umum diciptakan dari bumi yang merupakan alam terjauh dari sumber cahaya. Manakala ia kembali kepada Allah, hendaknya ia mencari washilah yang menghubungkan dirinya hingga mencapai kedudukan yang tertinggi, yaitu Rasulullah SAW, dengan berpegang teguh kepada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Upaya itu hendaknya hanya dijadikan cabang dari dua kalimat syahadat, tidak dijadikan sebagai kebanggaan di antara orang-orang yang mengucapkan kalimat syahadat. Kadangkala seseorang atau suatu kaum secara berlebihan membangun suatu kerangka washilah tanpa berdasar pengetahuan tetapi dijadikan sebagai kebanggaan. Ini kurang tepat. Kesadaran yang sebenarnya untuk mencari imam hanya tumbuh pada orang-orang yang merendahkan hatinya untuk beribadah kepada Allah, bukan pada orang-orang yang berbangga dengan waham tentang washilah mereka.

Mencari imam hendaknya hanya menjadi cabang dari kalimat syahadat. Bila seseorang kembali kepada Allah, hendaknya ia memperhatikan sepenuhnya tuntunan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Dahulu, sangat banyak makhluk yang terjatuh bersama Iblis untuk fasik kepada Allah karena tidak memperhatikan perintah Allah. Mereka mengikuti kebenaran sesuai dengan pengetahuan iblis, tidak membangun pengetahuan kebenaran mereka sebagaimana kehendak Allah. Karena bangunan pengetahuan mereka bathil, maka mereka mngikuti kebathilan dan menganggapnya sebagai kebenaran.

Bila seseorang berusaha memperhatikan aspek bathiniah, hendaknya ia berusaha sepenuhnya mengikuti tuntunan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW menghindari perbantahan. Jika seseorang tidak berusaha kembali kepada Allah, hendaknya ia tidak mempermasalahkan keimaman, karena hanya merupakan cabang dari dua kalimat syahadat yang tumbuh hanya dalam perjalanan taubat. Hawa nafsu akan menjadi imam bagi orang yang tidak bertaubat tanpa perlu dicari. Allah telah menjadikan Fir’aun dan balatentaranya menjadi imam bagi mereka untuk tenggelam sepenuhnya di alam dunia tanpa memperhatikan aspek-aspek bathiniah.

Washilah Rasulullah SAW

Sahnya kedudukan seseorang dalam mengikuti imamnya akan ditandai dengan pemberian kitab diri melalui tangan kanannya. Kadangkala seorang imam menyatakan dengan jelas pengesahan terhadap orang yang mengikuti dirinya dengan sebenarnya, terutama bilamana urusannya sangat beririsan erat dengan sang imam. Rasulullah SAW mencontohkan hal ini sebagaimana hadits berikut :

عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ مَا بَعَثَنِيَ اللهُ بِهِ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْماً فَقَالَ: يَا قَوْمِ إِنِّي رَأَيْتُ الْجَيْشَ بِعَيْنَيَّ وَإِنِّي أَنَا النَّذِيْرُ الْعُرْيَانُ، فَالنَّجَاءَ فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ فَأَدْلَجُوْا فَانْطَلَقُوْا عَلَى مَهْلِهِمْ فَنَجَوْا، وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ فَأَصْبَحُوْا مَكَانَهُمْ فَصَبَّحَهُمُ الْجَيْشُ فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي فَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي وَكَذَّبَ بِمَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الْحَقِّ.

Dari Abi Musa r.a dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Permisalanku dan permisalan apa-apa yang Allah utus aku dengannya adalah seperti seorang yang mendatangi suatu kaum, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku melihat pasukan musuh dengan mata kepalaku dan sesungguhnya aku pemberi peringatan yang nyata, maka marilah menuju kepada keselamatan. Sebagian dari kaum itu mentaatinya, lalu mereka masuk pergi bersamanya, maka selamatlah mereka. Sebagian dari mereka mendustakan. Pagi-pagi mereka diserang oleh pasukan musuh lalu mereka dihancurkan dan diluluhlantakan. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang taat kepadaku dan mengikuti apa yang aku bawa dan perumpamaan orang-orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa.”

dalam hadits di atas, beliau SAW menjadikan seseorang sebagai mitsal bagi beliau sendiri. Pernyataan beliau tampaknya merujuk pada satu orang yang akan memimpin kebangkitan Islam, dan orang tersebut dijadikan Rasulullah SAW sebagai mitsal bagi beliau SAW. Maka pada masanya, setiap orang hendaknya mencari wasilah melalui seseorang yang dijadikan mitsal bagi beliau SAW. Mencari washilah pada masa itu dapat dilakukan dengan cara mencari dan mengikuti orang yang mengetahui persoalan musuh yang akan menghancurkan mereka dan memberikan peringatan tentang hal itu. Bila tidak mengikuti, mereka akan benar-benar dibinasakan oleh musuh, baik untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat mereka.

Mencari Washilah

Tantangan bagi setiap manusia dalam mencari washilah demikian terdapat dalam pikiran masing-masing. Banyak fitnah syaitan dan waham yang mungkin dapat menutupi pandangan umat manusia untuk menemukan washilahnya. Seringkali manusia mencari washilah dengan pikiran-pikiran sendiri. Syaitan akan menjadikan indah pikiran mereka sendiri. Pikiran itu akan terlihat lebih baik daripada mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh yang tidak terlihat sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW. Bila umat hanya mengikuti pikiran mereka sendiri tanpa menghiraukan tuntunan Rasulullah SAW dalam peringatan tentang musuh, maka musuh akan membinasakan mereka.

Kebangkitan Islam akan terjadi dengan disertai makar yang sangat besar dari alam syaitan. Orang-orang yang mendustakan seseorang yang memberi peringatan dan mendustakan tentang musuh yang diperingatkan termasuk dalam kelompok orang yang mendurhakai Rasulullah SAW dan mendustakan kebenaran yang beliau SAW bawa, sedangkan orang-orang yang mengikuti termasuk dalam orang yang mentaati Rasulullah SAW dan mengikuti kebenaran yang beliau bawa. Masalah ini hendaknya diperhatikan oleh setiap orang. Setiap orang hendaknya mengikuti Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, tidak mengikuti kebenaran yang dibuatnya sendiri.

Mengikuti Rasulullah SAW adalah melakukan perubahan diri menuju akhlak mulia dengan menghindari kebinasaan karena tipuan musuh. Hal demikian merupakan kelengkapan perihal perutusan Rasulullah SAW yang disampaikan dalam dua hadits terpisah, tetapi menunjukkan satu hal yang sama. Tujuan utama diutusnya Rasulullah SAW adalah tercapainya akhlak mulia, tetapi hal demikian hanya dapat dicapai bila seseorang dapat mengenali tipuan musuh dan menghindarinya. Tanpa mengenali musuh, maka seseorang akan tertipu dan tidak akan mencapai akhlak mulia.

Fitnah syaitan yang terbesar akan dibuat dengan memisahkan seorang isteri dari suaminya. Itu adalah fitnah yang terbesar yang dibuat syaitan sepanjang masa, tidak ada yang lebih besar dari fitnah demikian. Hendaknya umat manusia memperhatikan pernikahan mereka dan mengarahkan pernikahan sesuai dengan tuntunan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Rusaknya pernikahan menjadi pintu fitnah terbesar, karena rusaknya pernikahan merupakan kerusakan pada jalinan al-arham. Ini adalah rusaknya ikatan seseorang dengan imamnya. Rusaknya seorang isteri akan menjadi pintu rusaknya semesta suaminya.

Fitnah itu akan membuat cara pandang manusia terbalik-balik. Orang yang peduli dengan keselamatan umat manusia dan mengetahui benteng terhadap fitnah syaitan berupa pembinaan pernikahan akan dilanda masalah dari syaitan dan dijadikan buruk dalam pandangan manusia bahkan dalam hal pernikahannya sendiri. Sebaliknya, hal yang buruk akan dijadikan baik dan indah dalam pandangan manusia. Itu adalah fitnah dan gejala fitnah syaitan yang paling besar bagi umat manusia. Hendaknya manusia berpegang pada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW tidak memperturutkan cara pandangnya sendiri, karena hal itu akan berakhir pada kebinasaan. Fitnah syaitan itu sangatlah besar bagi umat manusia.

Washilah kepada Rasulullah SAW sangatlah besar artinya bagi umat manusia. Washilah juga terkait dengan keselamatan umat manusia. Terdapat berbagai macam bentuk washilah dan upaya menemukan kepada Rasulullah SAW. Seseorang kadangkala mengetahui kedudukannya secara persis dalam jihad Rasulullah SAW. Seseorang mungkin mengetahui dengan pasti harus berjuang mengikuti orang lain yang memperoleh mandat rasulullah SAW. Sebagian manusia tertipu syaitan memperjuangkan kebenarannya sendiri tanpa washilah kepada Rasulullah SAW. Kebanyakan manusia menduga-duga mengikuti orang lain tanpa mengetahui kedudukan dirinya atau kedudukan orang yang diikutinya. Hal ini diperbolehkan selama ia berpegang teguh kepada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW, hingga diketahuinya orang yang seharusnya menjadi washilahnya. Bila meninggalkan atau menyampingkan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW hanya bertaklid kepada orang yang diikutinya, ia tidak akan menemukan washilahnya karena akalnya tidak akan berkembang.

Seorang ulama menuliskan : “sira jejer pandhita kang wineca ruhun”. Ini adalah ungkapan pengetahuan tentang kedudukan dirinya dalam jihad Rasulullah SAW, yaitu dengan membantu seseorang yang telah ditentukan. Sebenarnya ulama itu mengetahui bentuk jihad Rasulullah SAW dan ia mengetahui kedudukan diri dalam jihad itu. Bilamana ia mendidik para murid, ia mengetahui kedudukan dirinya bagaikan seorang isteri yang mendidik anak-anaknya mengikuti kedudukan suaminya. Ia memperhatikan urusan suaminya, tidak akan menyisihkan suaminya dalam mengarahkan rumah tangga mereka, dan tidak akan menjadikan anak-anaknya memandang buruk ayahnya. Ia akan mendukung agar suaminya mampu menjalankan urusannya. Demikian gambaran kedudukan ulama itu dalam jihad Rasulullah SAW, sedangkan kepala rumah tangga itu adalah wakil Rasulullah SAW baginya.

Ulama di atas merupakan contoh jelas tentang ulama yang menjelaskan kedudukan washilahnya kepada Rasulullah SAW. Hendaknya murid-muridnya mengetahui hal demikian, tidak tertipu syaitan untuk memperjuangkan kebenaran mandiri tanpa washilah kepada Rasulullah SAW. Kebenaran mandiri itu merupakan tauladan dari syaitan, sedangkan kebenaran Allah memiliki sandaran kepada Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Bila para murid berusaha memahami ajaran dan menemukan kedudukannya terhadap sang ulama, ia akan menemukan jalan yang lebih mudah untuk menemukan washilahnya kepada Rasulullah SAW. Tentulah syaitan akan berusaha keras untuk menggelincirkan manusia dalam menemukan washilah kepada Rasulullah SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar