Pencarian

Jumat, 15 Oktober 2021

Memasuki Islam Secara Kaaffah

Setiap manusia diciptakan di alam mulkiyah berdasarkan suatu nafs wahidah tertentu yang mengenal kesatuan penciptaan. Setiap raga manusia yang seringkali bertengkar dan berbantah-bantahan di permukaan bumi sebenarnya diberi potensi untuk mengenal nafs wahidah. Dengan nafs wahidah, seseorang dapat mengenal kedudukan dirinya dalam Al-jamaah berdampingan bersama sahabat-sahabat yang dekat dengan diri mereka masing-masing, ataupun harus menjadi bagian seseorang yang dekat dengan dirinya dalam hubungan vertikal. Yang dimaksud sebagai orang yang dekat dalam hubungan al-jamaah yaitu kedekatan yang ditetapkan semenjak sebelum penciptaan mereka. Dalam hubungan secara transenden, seseorang akan menemukan puncak silsilahnya dalam wujud Rasulullah Muhammad SAW, yaitu bila ia mengenal nafs wahidah dirinya.

Hanya dengan mengikuti rasulullah SAW seseorang akan menemukan agama secara menyeluruh. Manusia ditempatkan di alam mulkiyah yang paling jauh dari sumber cahaya Allah, dan diberikan kepada mereka jalan untuk kembali kepada sumber cahaya asal keberadaan mereka. Jalan itu hanya terdapat pada satu titik yang ditentukan, yaitu dengan mengikuti rasulullah SAW secara kaaffah. Mengerti cara mengikuti rasulullah SAW secara kaaffah ini adalah gerbang memasuki agama.

Seseorang tidak akan memperoleh jalan kembali kepada Allah dengan menempuh perjalanan tanpa mengikuti rasulullah SAW. Mungkin seseorang bisa selamat walaupun belum menemukan jalannya kembali kepada Allah, tetapi perjalanannya untuk menuju Allah harus dilanjutkan di alam-alam berikutnya. Kehidupan dunia ini secara umum bersifat tanzih, yaitu kehidupan tanpa jalan pulang ke tempat yang tinggi menuju Allah. Mungkin ada jalan ke tempat yang tinggi, tetapi tidak kembali kepada Allah. Allah memberikan jalan kembali kepada-Nya bagi manusia pada titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka. Titik-titik yang ditentukan untuk kembali kepada Allah itu dapat disebut jalan tasbih yang memungkinkan seseorang berjalan kembali kepada Allah.

Menempuh jalan tasbih itu adalah mengikuti rasulullah SAW secara menyeluruh (kaaffah) hingga terwujudnya amal-amal, karena beliau adalah rasul Allah yang menyeluruh (kaaffah) bagi seluruh umat manusia. Ini adalah sebuah standar kecukupan agama seseorang. Agama seseorang akan bernilai kurang bila tidak atau belum mengerti dan mengikuti keislaman secara kaaffah. Untuk memperoleh kecukupan ini, secara tersirat dipersyaratkan kepada orang beriman untuk mengetahui amr rasulullah SAW untuk ruang dan waktu dirinya, dan mengetahui urusan yang harus dikerjakannya bagi amr rasulullah SAW. Dengan beramal berdasarkan pengetahuan itu maka seseorang dapat memasuki islam secara menyeluruh. Itu adalah keislaman yang menyeluruh, tidak ada bagian diri yang tertinggal mengikuti dorongan atau tarikan yang lain, baik keinginan jasmaniah, hawa nafsu ataupun petunjuk-petunjuk syaitan.

﴾۸۰۲﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al-Baqarah : 208)

Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara menyeluruh. Ketika seseorang mulai memahami perintah untuk memasuki islam secara menyeluruh (kaaffah), tantangan besar yang akan dihadapi adalah tipuan-tipuan syaitan. Mereka mungkin tidak lagi berhadapan dengan dorongan duniawi dan hawa nafsu sendiri, tetapi tipuan itu bergeser pada tipuan syaitan. Secara tersirat, orang yang dapat memasuki islam secara menyeluruh (kaaffah) adalah seseorang yang telah menguasai keinginan jasmaniah dan hawa nafsu. Jalan ini tidak akan diketahui oleh orang-orang yang masih mempunyai iktikad untuk mengikuti keinginan jasmaniah dan hawa nafsu, karena kedua hal itu akan menutupi akalnya untuk melihat jalan tasbih mereka. Hanya orang-orang yang bersih dari iktikad mengikuti keinginan jasmani dan hawa nafsu yang dapat melihat jalan untuk memasuki islam secara menyeluruh (kaaffah).

Hal ini tidak selalu menunjuk pada seseorang yang tidak mempunyai keinginan jasmaniah dan hawa nafsu, tetapi menunjukkan bahwa orang itu telah terlatih untuk dapat menguasai diri mereka untuk mengikuti kehendak Allah. Mereka mungkin belum mempunyai kekuatan, tetapi akan diberi kekuatan untuk melaksanakan kehendak-Nya itu. Ada faktor lain  yang bisa memperkuat kedudukan seseorang selain bersihnya iktikad memperturutkan keinginan duniawi dan hawa nafsu, yaitu dengan memahami islam secara kaaffah, dan hal itu dapat diperoleh bila seseorang memahami amr jami’ Rasulullah SAW dalam ruang dan waktu mereka. Dalam hal ini, syafaat rasulullah SAW mungkin mendahului kualitas diri seseorang. Hal ini mungkin terjadi atas orang-orang yang memiliki hati yang ikhlas.

Bagi orang yang memperoleh syafaat sedangkan keadaan mereka tidak benar-benar kokoh, mereka harus berlatih untuk kuat dalam mengendalikan diri dan beribadah. Amanah yang dilimpahkan kepada mereka seringikali akan benar-benar terasa berat tidak dapat ditanggung tanpa menjalin hubungan yang baik dengan Allah. Aspek jasadiah hingga aspek jiwa harus ditata dengan sebaik-baiknya menurut tatanan Alquran, karena dengan tatanan itu amanah Allah dapat ditanggung. Seringkali tatanan demikian tidak dapat dimulai dari diri sendiri, tetapi harus dimulai dengan menata pernikahan sebagai bentuk penyatuan jiwa yang terserak. Tatanan itu seringkali harus dimulai dengan menjadikan seseorang utuh terlebih dahulu melalui penyatuan jiwa dalam pernikahan mereka.

Walaupun telah menguasai syahwat dan hawa nafsu, tidak ada jaminan bagi seseorang akan selamat dalam tipuan syaitan. Tanduk syaitan akan terbit bagi seseorang ketika matahari mulai terbit dan ketika matahari akan tenggelam. Terbitnya matahari itu salah satunya berupa awal keterbukaan pemahaman seseorang tentang amr jami’ Rasulullah SAW. Seseorang yang mengalami keterbukaan pemahaman tersebut harus sangat berhati-hati dengan berpegang teguh kepada Alquran dan sunnah rasulullah SAW tidak melanggarnya sedikitpun, karena tipuan syaitan sangatlah lihai. Tanpa berpegang pada kedua tuntunan itu, seseorang hanya menjadi makhluk bodoh yang bisa dipermainkan oleh syaitan dengan mudah.

Syaitan adalah musuh bagi manusia. Apa yang dikerjakan seseorang yang tertipu oleh syaitan sebenarnya akan menyebabkan kerusakan yang besar di antara umat manusia. Seseorang tidak boleh memandang ringan dalam melakukan perbuatan yang melanggar syariat ketika pemahaman tentang amr diri terbuka, karena itu adalah tipuan syaitan yang berakibat (sangat) buruk bagi umat manusia. Upaya tipuan syaitan bagi orang-orang demikian akan dilakukan untuk menimbulkan kerusakan yang sangat besar bagi umat manusia bila memungkinkan, dan akan tetap dilakukan hingga setidaknya seseorang merusak dirinya sendiri saja. Cara yang paling efektif digunakan syaitan dalam hal itu adalah merusak jalan seseorang membentuk bayt untuk meninggikan asma-Nya, yaitu merusak pernikahan memisahkan antara seorang laki-laki dari isterinya.

 

Tipuan Syaitan

Boleh jadi seseorang tergelincir mengikuti syaitan ketika terbuka pemahaman tentang islam kaaffah bagi dirinya. Ada kerusakan yang akan menghadang mereka karena perbuatan syaitan yang terlaksana melalui mereka, karena syaitan adalah musuh yang nyata yang sangat ingin merusak umat manusia seluruhnya dari jalan Allah. Keinginan syaitan bertentangan dengan kehendak Allah yang menghendaki kebaikan bagi makhluk-Nya, karena itu perbuatan mengikuti syaitan sebenarnya juga bertentangan dengan kehendak Allah.

﴾۹۰۲﴿فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tetapi jika kamu tergelincir (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqarah : 209)

Hendaknya seseorang yang tergelincir berusaha mengetahui hal yang demikian. Akan datang keterangan yang nyata baginya tentang perbuatannya tersebut, memberikan peringatan tentang kesalahan yang dilakukannya. Keterangan itu bahkan seringkali mendahului peristiwa ketergelincirannya, menandakan bahwa seseorang benar-benar tergelincir, bukan melakukan perbuatan akibat kesalahan manusiawi. Ketergelinciran terjadi karena mengikuti syaitan yang menjadikannya memandang indah perbuatannya. Peristiwa ketergelinciran itu bisa dikatakan pengesahan atas keadaan dirinya. Seseorang sebenarnya harus memperhatikan setiap keterangan yang datang bagi dirinya, agar ia terhindar tidak termasuk orang-orang yang tergelincir. Ketergelinciran seringkali terjadi karena kurang memperhatikan keterangan Allah, sedangkan ia memandang indah apa yang ada pada dirinya karena sihir syaitan.

Di pihak lain, seseorang tidak boleh mengharap akan menemukan bukti ketergelinciran orang lain, karena sebenarnya Allah memberikan keterangan ketergelinciran kepada diri seseorang sebelum ia tergelincir. Bila seseorang memperhatikan keterangan yang didatangkan Allah kepadanya, ia akan tidak tergelincir. Seseorang tidak boleh menunggu untuk membuktikan orang lain tergelincir. Bukti ketergelinciran seseorang harus dirunut pada peristiwa sebelum ia tergelincir, tidak ditunggu datangnya bukti tergelincir. Bila seseorang menduga orang lain akan tergelincir, ia harus berusaha menemukan penyebab ketergelincirannya dan memberikan peringatan kepadanya tentang hal itu. Barangkali Allah berkehendak menyampaikan keterangan itu melalui dirinya.  Seseorang hanya boleh menganggap orang lain tergelincir bila telah melihat ketergelinciran orang itu, tidak boleh berprasangka orang lain tergelincir tanpa mengetahui ketergelincirannya.

Bilamana  seseorang meneruskan perbuatannya yang tergelincir, maka ia akan berhadapan dengan asma Allah yang Maha Perkasa. Syaitan pada dasarnya tidak akan berhenti mempergunakan seseorang yang tergelincir untuk menimbulkan kerusakan yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Syaitan akan memperkuat waham seseorang yang membuatnya tergelincir dan menjadikannya alat untuk terus menimbulkan kerusakan di antara manusia. Hal itu harus disadari sebagai awal jalannya meluruskan langkahnya kembali kepada Allah. Bila ia terus mengikuti salah satu waham yang salah itu, ia akan terus menjadi alat syaitan untuk merusak manusia, dan pada akhirnya akan berhadapan dengan asma Allah yang Maha Perkasa, tidak akan terkalahkan oleh tipuan syaitan apapun.

Bilamana ia menyadari dan ingin kembali kepada jalan Allah, maka ia akan menemukan asma Allah yang Maha Bijaksana. Ia harus menyadari kesalahan waham yang diikutinya dan memperbaiki waham yang menjadi pijakan syaitan dan perbuatannya dengan ilmu berdasarkan Alquran dan sunnah Rasulullah SAW. Allah telah menurunkan seluruh petunjuknya dalam kedua tuntunan itu, dan seseorang hendaknya tidak mengambil kesumiran yang dihembuskan syaitan ketika membaca kedua tuntunan itu. Hendaknya ia berlindung kepada Allah dari syaitan ketika membaca Alquran. Dengan pemahaman yang benar terhadap Alquran dan sunnah rasulullah SAW, ia harus memperbaiki dan mengawasi segenap waham pengetahuannya, sehingga syaitan tidak mempunyai tempat berpijak pada dirinya.

Usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kesumiran itu adalah dengan berusaha memahami Alquran dalam konteks yang lebih utuh, tidak mengambil salah satu ayat atau potongan ayat untuk membenarkan kebenaran versinya sendiri. Hampir tidak mungkin seseorang dapat memahami seluruh kandungan Alquran kecuali rasulullah SAW, tetapi semakin banyak ayat yang dipahami, akan semakin berkurang cacat pemahaman seseorang terhadap Alquran dan semakin indah pemahaman itu. Seseorang akan menemukan asma Allah yang Maha Bijaksana bila ia kembali ke jalan Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar