Pencarian

Senin, 09 Agustus 2021

Millah Ibrahim a.s dan Pemakmuran Bumi

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk bumi dan memberikan amanah kepadanya untuk memakmurkan bumi yang dijadikan tempat berdiamnya selama belajar dalam kehidupannya di bumi. Pemakmuran itu merupakan jalan ibadah yang harus dimengerti oleh setiap manusia. Tidak ada arti ibadah yang dilakukan seseorang dengan melakukan pujaan dan pujian kepada Allah bila dirinya melupakan tugasnya untuk memakmurkan bumi. Pujaan dan pujian yang dilakukannya hanyalah perbuatan kosong tanpa isi karena ketetapan Allah bagi manusia tidaklah untuk melakukan pujian dengan cara demikian. Pujaan dan pujian yang dilakukan seseorang harus memiliki isi yang dapat diperoleh dengan cara memakmurkan bumi.

﴾۱۶﴿ وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلٰهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi memperkenankan ". (QS Huud : 61)

Pada ayat di atas, nabi Shalih a.s mengingatkan kepada kaumnya untuk beribadah kepada Allah SWT, dan mengingatkan kedudukan mereka dalam penciptaan mereka di bumi sebagai pemakmur bumi. Kedua hal itu mempunyai keterkaitan yang sangat erat, bahwa ubudiyah yang benar harus dilakukan dengan cara yang ditentukan Allah, sesuai dengan fitrah penciptaan dirinya sebagai pemakmur bumi. Tidak bisa salah satu hal ditinggalkan untuk melakukan yang lain. Pemakmuran bumi harus dilakukan untuk penghambaan diri kepada Allah, dan ibadah kepada Allah harus disertai perbuatan melakukan pemakmuran di bumi. Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang harus dilaksanakan manusia.

 

Pemakmuran Bumi

Cara pemakmuran bumi yang harus dilakukan seseorang sangat terkait dengan penciptaan diri masing-masing. Sebenarnya Allah telah menciptakan setiap manusia dengan suatu ketetapan tertentu yang harus ditemukan oleh masing-masing manusia. Ketentuan itu adalah fitrah yang tidak akan berubah semenjak awal penciptaan hingga tanpa batas waktu. Setiap manusia harus berusaha menemukan fitrah dirinya masing-masing dan berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan fitrah dirinya itu. Akan tetapi kebanyakan manusia jaman ini tidak mengetahui ketetapan itu, dan tidak berusaha menemukannya, dan tentu saja tidak terbersit keinginan untuk menjalani ketentuan itu karena tidak mengetahuinya.

Untuk hal itulah nabi Shalih a.s mengingatkan kaumnya agar memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah adalah langkah pertama agar seseorang memperoleh jalan untuk mengetahui fitrah dalam penciptaan dirinya. Nabi Shalih tidak mengingatkan kaumnya untuk melakukan suatu usaha ekonomi atau usaha yang konkret sebagai sesuatu yang harus dilakukan terkait pemakmuran bumi. Beliau menyeru untuk memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Tentu saja upaya konkret itu harus dilakukan, akan tetapi syarat utama dalam melakukan pemakmuran bumi harus dilakukan terlebih dahulu adalah memohon ampunan dan bertaubat kepada Allah.

Ada jalan (mungkin) panjang yang harus ditempuh seseorang sebelum upaya konkretnya dalam pemakmuran bumi menjadi upaya pemakmuran yang benar sebagaimana kehendak Allah. Seseorang tidak harus meninggalkan upaya konkret yang dikerjakannya pada saat upayanya belum sejalan dengan pemakmuran sebagaimana kehendak Allah. Upaya pemakmuran itu hendaknya tetap dilaksanakan ketika memulai kehidupan dengan memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Perjalanan taubat itu atas kehendak Allah akan mengubah apa yang ada dalam diri seseorang dan pada akhirnya akan ikut mengubah dengan sendirinya kualitas dan/atau bentuk upaya konkrit pemakmuran, sedemikian hingga tercapai bentuk pemakmuran yang sesuai dengan kehendak Allah.

Dalam kehidupan di dunia, banyak metode dapat digunakan oleh seseorang untuk memakmurkan bumi. Ada pemakmuran bumi yang sifatnya benar-benar memakmurkan, dan banyak pemakmuran bumi yang sifatnya hanya semu. Pembangunan suatu negara jaman modern ini kebanyakan merupakan pemakmuran yang sifatnya semu. Apa yang tampak dalam pandangan masyarakat sebagai kemakmuran sebenarnya hanya merupakan tumpukan hutang yang menjerat leher. Sebagian tidak peduli jeratan itu dan terus melakukan pemakmuran dengan cara demikian. Demikian pula ketika berusaha mengatasi masalah, mereka terus menjerat diri dengan hutang. Banyak bentuk-bentuk yang tampak sebagai pemakmuran tetapi hanya bersifat semu. Hal demikian terjadi karena manusia tidak menempuh upaya memohon ampunan kepada Allah dan tidak menempuh jalan taubat kepada Allah dalam upayanya memakmurkan bumi sesuai dengan ayat di atas.

 

Millah Ibrahim a.s

Perjalanan taubat seseorang di bumi dicontohkan dalam millah nabi Ibrahim a.s. Taubat yang demikian itulah yang mengantarkan seseorang pada pemakmuran bumi. Beliau sejak kecil berkeinginan untuk mengetahui kebenaran yang mengantarkannya pada sikap hanif untuk kembali kepada Allah. Pada akhirnya Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Ibrahim a.s. Beliau dijadikan sebagai uswatun hasanah bagi manusia seluruhnya. Untuk hal itu, beliau a.s diperintahkan untuk memberikan contoh langkah untuk kembali kepada Allah, amal yang merupakan karakter menonjol beliau sejak masa kecilnya. Langkah kembali kepada Allah itu beliau laksanakan dengan baik, di antaranya berhijrah menuju tanah suci, melakukan penyembelihan, melempar jumrah, dan sasaran akhirnya mendirikan baitullah.

(hampir) Keseluruhan millah beliau laksanakan bersama ahlul bait beliau. Hal ini menunjukkan adanya fungsi sosial dalam taubat kepada Allah. Taubat kepada Allah harus dilakukan seseorang bersamaan dengan memperhatikan fungsi sosialnya, setidaknya fungsi sosial terhadap keluarganya, dan bersama keluarganya. Taubat bukanlah suatu tindakan yang sepenuhnya bersifat personal tanpa kaitan dengan masyarakat sosial. Nabi Musa a.s menghadap kepada rabb-nya di bukit Sinai mendahului umatnya, maka itu menjadi penyesalan besar bagi beliau karena umatnya disesatkan oleh Samiri. Itu merupakan ayat yang menunjukkan peran penting fungsi sosial dalam proses taubat.

Terkait dengan pemakmuran bumi, demikianlah taubat yang diserukan nabi Shalih terhadap kaumnya untuk kembali kepada Allah terkait dengan pemakmuran bumi dan ibadah kepada Allah. Taubat itu harus dilakukan dengan mengikuti sepenuhnya millah Ibrahim a.s. Seseorang harus berhijrah ke tanah suci menemukan fitrah dirinya agar ia bisa memberikan fungsi dirinya bagi masyarakatnya. Ia harus membersihkan amr yang di amanahkan baginya agar bisa memberikan sumbangan yang bersih dari syaitan kepada masyarakat. Pada ujungnya, ia harus membina keluarganya sebagai bait untuk meninggikan dan menyebut asma Allah di dalamnya.

Ketuntasan dalam mengikuti millah nabi Ibrahim a.s menjadi kunci dalam pemakmuran bumi. Kadangkala seseorang berhasil membina dirinya dalam taubat untuk ibadah yang bersih kepada Allah, tetapi tidak berhasil memberikan sumbangsih kepada masyarakatnya karena tidak terbentuk keluarga sebagai bait untuk meninggikan dan disebut asma Allah di dalamnya, sebagaimana nabi Nuh a.s dan nabi Luth a.s terlihat gagal dalam memakmurkan bumi mereka, terlihat gagal memberikan sumbangsih kepada kaumnya. Karena hal ini, seluruh syaitan hingga iblis yang tertinggi sangat berkepentingan untuk menjatuhkan keberhasilan seseorang dalam mengikuti millah Ibrahim a.s. Pemimpin para Iblis menjadikan syaitan yang mempunyai kelicikan untuk memisahkan seseorang dengan isterinya sebagai syaitan yang didekatkan kepada dirinya, karena keberhasilan membentuk keluarga sebagai bait yang diijinkan untuk ditinggikan dan disebut asma Allah di dalamnya sebagai musuh besarnya.

 

Bayangan Millah Ibrahim a.s dan Fitnah Syaitan

Memisahkan seseorang yang berkeinginan membentuk bait demikian dengan isteri-isterinya adalah metode syaitan mendatangkan fitnah paling besar bagi umat manusia dalam seluruh sejarah kehidupan manusia. Tidak ada fitnah yang disebabkan syaitan bagi alam semesta ini yang lebih besar dari cara ini. Dalam tataran praktis, metode ini digunakan syaitan untuk mencegah timbulnya kesadaran manusia tentang upaya mereka membentuk sebuah kerajaan syaitan di bumi.

﴾۲۰۱﴿وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan atas kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir, tetapi syaitan-syaitan lah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya fitnah, sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat menceraikan antara seseorang dengan isterinya. Dan mereka itu (para syaitan) tidak memberi mudharat kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka (para manusia) mempelajari sesuatu yang mendatangkan mudharat kepada mereka dan tidak memberi manfaat. dan sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa barangsiapa yang membelinya tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengannya, kalau mereka mengetahui. (QS Al Baqarah : 102)

Para syaitan itu bermaksud mendirikan sebuah kerajaan syaitan di bumi dengan konsep sebagaimana kerajaan Sulaiman a.s. Banyak di antara kaum Yahudi dan yang bersama mereka mengikuti konsep demikian padahal itu merupakan konsep syaitan, bukan sebagaimana Sulaiman a.s.

Untuk merealisasikan hal itu, para syaitan mengajarkan sihir dan ilmu dua malaikat Harut dan Marut kepada manusia. Ilmu dua malaikat Harut dan Marut itu berfungsi untuk memisahkan seseorang dengan isterinya. Kehalusan ilmu kedua malaikat itu sangat sesuai untuk memisahkan suami isteri yang mempunyai kualitas sangat baik, atau bahkan mungkin seseorang yang hampir membentuk keluarga sebagai bait untuk meninggikan dan disebut asma-Nya di dalamnya, bukan (hanya) untuk orang-orang yang menginginkan harta, kecantikan ataupun kedudukan. Dengan agenda besar kerajaan itu, para syaitan tentu sangat berkepentingan menghancurkan bait yang akan dibentuk.

Tidak hanya keluarga demikian yang dihancurkan syaitan. Semua keluarga yang baik merupakan benteng pertahanan dari seluruh infiltrasi syaitan. Keluarga yang sangat buruk pun sedikit banyak merupakan cermin dari puncak sasaran millah Ibrahim a.s, dan itu pasti akan menjadi sasaran perusakan oleh syaitan. Barangkali syaitan tidak menggunakan ilmu Harut dan Marut untuk keluarga demikian, akan tetapi pasti syaitan menyusup di antara suami dan isteri untuk merusak keluarga itu. Suami digoda dengan perempuan lain yang diharamkan baginya, isteri dijadikan tidak mau taat kepada suami tanpa alasan yang benar, kadang dalam keadaan yang paling buruk syaitan memadamkan keinginan dan upaya memikirkan langkah yang baik, bahkan kadang dengan memadamkan keinginan bercerai dalam buruknya rumah tangga. Sangat banyak kelicikan-kelicikan yang lain untuk menghancurkan keluarga.

Keluarga adalah bayangan dari sasaran millah Ibrahim a.s. yang paling utama, yaitu bait yang diijinkan untuk disebutkan asma Allah dan ditinggikan asma Allah di dalamya. Keluarga yang baik merupakan modal untuk memakmurkan bumi. Demikian pula keluarga merupakan benteng pertahanan bagi umat manusia terhadap fitnah-fitnah syaitan. Tanpa pembinaan pernikahan, pemakmuran bumi hanya merupakan angan-angan yang dengan mudah dihembus kabur oleh syaitan. Seringkali umat manusia melupakan pembinaan pernikahan, dan konsep-konsep yang baik untuk pembinaan pernikahan hanya dianggap tanpa makna. Ini merupakan kesalahan besar yang diakibatkan sihir syaitan. Apapun upaya manusia yang dilakukan manusia, syaitan dengan mudah menjatuhkan bila cerminan sasaran utama millah Ibrahim a.s ini diabaikan di antara mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar