Pencarian

Rabu, 21 Juli 2021

Alquran dan Perjalanan Manusia

Rasulullah SAW dan orang-orang yang bersama beliau dalam al-jama’ah mengajak umat manusia kembali kepada Allah. Perjalanan itu tidak akan dapat ditempuh kecuali melalui jalan mengubah keadaan dirinya menjadi makhluk dengan akhlak mulia. Untuk mengubah akhlak seseorang menjadi mulia, Allah menurunkan kalimat-kalimat-Nya yang tinggi hingga terwujud firman dalam bentuk kebumian yang dapat dipahami manusia. Bentuk firman Allah yang dapat digunakan oleh setiap manusia adalah kitab Alquran.

Alquran itu adalah firman Allah yang diturunkan dari tangan Allah hingga ke alam bumi. Alquran mengajarkan kepada manusia kebenaran, yaitu kebenaran dalam definisi shidqan yang berfungsi terutama sebagai media transformasi jiwa manusia menuju akhlak mulia. Dengan memahami kehendak Allah yang Dia firmankan dalam Alquran, maka akhlak seseorang akan berubah menjadi semakin mulia. Tanpa berusaha memahami shidqan melalui alquran, keadaan akhlak seorang manusia akan mengambang. Kadang seseorang menjadi buruk akhlaknya. Kadang seseorang tampak mulia, akan tetapi mudah terjatuh kembali dalam keadaan yang buruk. Kadang seseorang tampak mulia, tetapi syaitan memperoleh celah menyesatkannya. Banyak hal yang membuat manusia membangun akhlak yang tidak kokoh. Sangat penting bagi setiap orang untuk berpegang teguh dengan Alquran dan sunnah rasulullah SAW, karena kedua hal itulah yang menjadi jaminan keselamatan perjalanannya kembali kepada Allah.

﴾۵۱۱﴿وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kebenaran (shidqan) dan keadilan. Tidak ada yang mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-An’aam : 115)

Selain sebagai media transformasi diri menuju akhlak mulia, Alquran juga berfungsi memberikan arah agar seseorang dapat bertindak Adil. Alquran itu adalah keadilan dari sisi Allah yang diturunkan melalui orang-orang yang memahami kalimat-kalimat-Nya. Bila seseorang mengenal kehendak Allah melalui Alquran yang dibacanya, ia akan mengetahui keadilan yang harus dilaksanakannya.

Semakin banyak shidqan yang dipahami seseorang, akan semakin mulia akhlaknya, hingga seseorang dapat mencapai kedudukan sebagai shiddiqin. Memahami kebenaran dalam definisi shidqan akan mengantarkan seseorang untuk menuju akhlak mulia, yaitu akhlak mulia yang menjadikan seseorang dapat melakukan amal-amal sesuai dengan kehendak Allah, bukan hanya amal yang terlihat baik tanpa mengetahui hubungannya dengan kehendak Allah. Tidak ada shidqan yang mengantarkan seseorang menjadi buruk akhlaknya hingga perbuatannya melenceng dari kehendak Allah. Bila seseorang menjadi buruk akhlaknya karena suatu ilmu yang dipegangnya, maka ilmu itu bukanlah kebenaran dalam kategori shidqan.

Memahami shidqan hanya dapat dilakukan dengan melalui ketakwaan. Keshiddiqan hanya diperoleh bila seseorang memperoleh pengajaran dari Allah karena ketakwaannya. Kadangkala seseorang mendengar suatu shidqan dari orang lain. Bila ia bertakwa, ia akan memahami bahwa itu adalah kebenaran dari Allah, maka akhlaknya berubah karena kebenaran itu. Bila ia tidak bertakwa, apa yang didengarnya hanya akan berlalu tanpa kesan dalam hatinya. Seseorang hanya akan memperoleh shidqan berdasarkan keadaan hatinya. Syaitan seringkali menghembuskan rasa waswas ke dalam hati manusia yang lemah terhadap kebenaran yang diperolehnya, sehingga kebenaran itu kembali lenyap dari hatinya.

Tanpa ketakwaan, ilmu-ilmu yang diperoleh seseorang belum bersifat sebagai shidqan yang akan mendukung seseorang untuk mencapai akhlak shiddiqin. Kebanyakan ilmu akan bermanfaat bagi orang yang memperolehnya, akan tetapi tidak jarang ilmu itu justru menjadikan seseorang sebagai orang yang kufur, terutama ilmu yang diperoleh tanpa disertai ketakwaan

Tidak ada makhluk yang dapat mengubah kalimat-kalimat dalam Alquran. Para malaikat yang mulia mengerti bahwa mereka tidak akan memperoleh apapun bila mengubah Alquran, kecuali kecelakaan. Dan sebenarnya mereka tidak mempunyai keinginan dan tidak pula mempunyai kemampuan sedikitpun mengubahnya, justru berkeinginan untuk mengetahui isi dari Alquran sebagaimana kehendak Allah. Para syaitan tidak mampu memahami dengan baik apa yang tercantum dalam alquran dan tidak akan mampu mengubahnya sedikitpun walaupun mereka menginginkannya. Manusia seringkali keliru dalam memahami Alquran, kadangkala melenceng menginginkan redaksi Alquran diubah sesuai dengan hawa nafsu mereka, tetapi Alquran tidak akan berubah karena banyaknya manusia yang keliru atau melenceng.

Kalimat dalam Alquran merupakan firman Allah yang abadi tidak akan ada perubahan, menuntun manusia kepada kebenaran dan keadilan. Kehidupan seseorang yang abadi harus dibentuk sesuai dengan Alquran dengan cara membentuk kerangka kebenaran dalam diri manusia berdasarkan Alquran. Di dunia, orang-orang yang mengikuti kebenaran dan keadilan Alquran masih bercampur dengan orang-orang yang menyelisihi firman Allah. Kelak setelah hari penghisaban, orang-orang akan dipisahkan berdasarkan ketaatan mereka terhadap Alquran. Orang-orang yang mentaati, memahami dan mengamalkan Alquran akan dikumpulkan bersama orang-orang yang sejenisnya. Melalui mereka terwujud kebenaran dan keadilan di alam mereka, yaitu surga. Demikian pula orang-orang yang mendustakan akan dikumpulkan bersama orang-orang yang sejenis.

Pada hari kiamat, Rasulullah SAW dibangkitkan di Maqaman Mahmuda dengan berpakaian. Sebagian besar manusia yang lain akan dibangkitkan di bumi yang datar tanpa penanda apapun dalam keadaan telanjang. Sebagian akan segera tersadar untuk segera melangkah mengikuti Rasulullah SAW bilamana terbentuk kerangka kebenaran dalam dirinya berdasarkan Alquran. Sebagian berjalan dengan secepat kilat mengikuti beliau, dan sebagian berjalan perlahan. Sebagian orang tidak mengetahui harus melakukan apa, dan kemudian mereka bertindak melampiaskan dendam-dendam mereka kepada orang-orang lain berlama-lama, dan sebaliknya mereka pun menjadi pelampiasan dendam-dendam orang lain. Lima puluh ribu tahun kehidupan di alam mahsyar tidak membuat mereka melangkah sedikitpun untuk mendekat kembali kepada Allah, hingga sebuah teriakan menyeru mereka berkumpul ke hadirat Allah untuk penghisaban.

Perbantahan Di Sisi Allah

Di antara manusia, ada orang-orang yang dapat hadir bersama rasulullah SAW di sisi Allah sebelum dilakukan seruan untuk penghisaban. Mereka dapat hadir di hadapan Allah sebelum mencapai 50 ribu tahun setelah kiamat dimulai, yang ditandai kebangkitan mereka dari bumi. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai arah tujuan yang benar dalam kehidupannya di bumi. Tetapi di antara mereka terjadi perbantahan-perbantahan tentang kebenaran di sisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti kebenaran tetapi tidak tuntas dalam membangun kerangka kebenaran dalam kehidupan mereka.

Sebagian di antara mereka berbantah hingga membuat-buat kedustaan atas Allah dan mendustakan kebenaran-kebenaran dari Alquran yang disampaikan kepada mereka. Hal itu terjadi karena dalam kehidupannya mereka tidak mengindahkan kebenaran dan sering mengikuti hawa nafsu mereka, sedemikian hingga mereka mendustakan kebenaran Alquran ketika kebenaran dibacakan kepada mereka. Sekalipun mereka mengikuti suatu konsep kebenaran, mereka diancam dengan tempat tinggal di jahannam sebagaimana orang-orang kafir tinggal di sana. Allah mempertanyakan keadaan mereka dengan perkataan : Bukankah di neraka Jahannam merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Hendaknya umat rasulullah SAW memperhatikan hal demikian.

﴾۲۳﴿ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْكَافِرِينَ
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? (QS Az-Zumar : 32)

Kehadiran di sisi Allah merupakan hal yang besar bagi setiap makhluk, baik kehadiran yang terjadi ketika hidup di alam dunia ini ataupun kehadiran yang terjadi kelak pada hari kiamat. Akan tetapi kadang-kadang makhluk tidak menganggap besar kehadiran mereka di sisi Allah. Penghargaan seseorang terhadap nilai kehadiran di sisi Allah dapat dilihat dari bobot shidqan yang mereka bawa ketika menghadap Allah. Mungkin seseorang diperkenankan hadir ke hadapan Allah tanpa memiliki bobot shidqan yang mencukupi. Mereka adalah orang yang tidak memberikan penghargaan yang memadai terhadap nilai kehadiran mereka di hadirat Allah. Kehadiran seseorang di hadapan Allah harus disertai dengan shidqan dalam dirinya, dan dengan shidqan itu ia melihat dan mengenali kebenaran-kebenaran yang melimpah di sisi Allah.

﴾۳۳﴿وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkan dengannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS Az-Zumar : 33)

Untuk memperoleh shidqan, seseorang di dunia harus mempelajari Alquran dengan ketakwaan. Tanpa ketakwaan, seseorang tidak akan dapat melangkah dengan baik dalam memahami Alquran, atau justru melenceng jauh dari kebenaran. Hanya dengan ketakwaan shidqan dapat diperoleh seseorang. Dengan memperoleh shidqan, seseorang dapat mengenali dan membenarkan kebenaran-kebenaran yang berasal dari sisi Allah. Kelak ketika dikumpulkan di sisi Allah pada hari kiamat, mereka akan mengenali kebenaran-kebenaran yang ada di hadapan Allah. Tanpa shidqan, seseorang tidak dapat mengenali kebenaran yang datang dari sisi Allah. Demikian pula kelak mereka akan berbantah-bantahan tentang kebenaran ketika di hadapan Allah.

Dalam kehidupan di dunia, kadangkala seseorang tidak mengenali sama sekali shidqan yang disampaikan seseorang kepada dirinya. Mereka itulah orang yang kafir yang akalnya tertutup dari kebenaran. Kadangkala seseorang mengenali suatu shidqan yang sampai kepada dirinya, tetapi kemudian syaitan menghembuskan waswas sehingga shidqan itu tidak mempunyai bekas dalam hatinya. Syaitan kadang meniup-niup hawa nafsu seseorang hingga terjebak mendustakan shidqan dari Alquran yang dibacakan kepada mereka. Di antara yang demikian, ada orang yang mendustakan shidqan ketika dibacakan kepada mereka walaupun mereka berusaha mengikuti kebenaran. Mereka itulah yang diancam dengan pertanyaan : Bukankah di neraka Jahannam merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?. Mereka akan terbingungkan dan menyesali diri mereka karena pertanyaan Allah tersebut, bahwa mereka mengenali jahannam sebagai tempat tinggal orang-orang kafir, tetapi mereka terseret atau hampir-hampir terseret dalam sikap-sikap orang kafir. Mereka lemah dalam mengikuti petunjuk Alquran sebagai shidqan yang akan mentransformasi akhlak mereka.

Sangat penting bagi setiap orang untuk berpegang teguh dengan Alquran dan sunnah rasulullah SAW. Setiap orang harus berusaha membangun pemahaman kebenaran berdasarkan Alquran dengan mengikuti Rasulullah SAW, dan dengan pemahaman itu seseorang harus dapat mengenali kebenaran-kebenaran yang sampai kepadanya. Tanpa membangun sebuah pemahaman terhadap suatu kebenaran berdasarkan Alquran, seseorang tidak akan dapat memberikan kesaksian benar atau salahnya suatu masalah. Di hadirat Allah kelak, seseorang hanya akan dapat mengenali kebenaran di sisi Allah dengan kerangka kebenaran yang dibangun dalam dirinya. Ketika seseorang tidak mengenali kebenaran dari sisi Allah, orang itu akan disingkirkan menjauh dari Allah, sejauh keasingannya dan pendustaannya terhadap kebenaran itu. Sebagian akan tersingkir hingga masuk ke neraka.

Iblis adalah penghulu penghuni neraka. Tetapi dahulu, Iblis tampak bagai penghulu surga. Banyak kebenaran yang dikenali Iblis ketika hidup di alam yang tinggi, akan tetapi ada kesalahan pemahaman terhadap kebenaran yang harus diperbaiki Iblis. Ketika Adam diciptakan, Iblis memperoleh media memperbaiki kesalahan pemahamannya itu, tetapi Iblis tidak mau memperbaiki kesalahannya. Kebenaran yang diperkenalkan Allah dalam penciptaan Adam tidak dikenali oleh Iblis, kemudian terungkaplah pendustaan Iblis terhadap kebenaran, serta kesombongan dan kekafirannya.

Dengan hal itu, Iblis terusir dari surga. Keterusiran Iblis menyeret hampir sepertiga makhluk langit yang dikenali Iblis. Sebagian dari makhluk yang mengikuti Iblis kemudian belajar kebenaran dari manusia dan berusaha kembali lagi kepada Allah, dan sebagian lainnya tetap mempertahankan pemahamannya tentang kebenaran versi mereka sebagaimana Iblis. Dengan pemahaman itu, mereka berusaha menyeret manusia mengikuti langkah-langkah mereka, termasuk menyeret orang-orang yang berusaha mengikuti kebenaran. Bila seseorang tidak berusaha membangun pemahaman terhadap kebenaran berdasarkan Alquran, Iblis akan lebih mudah mengkait mereka menuju neraka. Tidak hanya demikian, orang yang belajar Alquran pun akan disesatkan bila tidak berdasarkan keikhlasan dan ketakwaan. Harus diperhatikan bahwa Iblis semakin menyukai untuk menggelincirkan orang yang lebih berilmu karena akan menyeret lebih banyak manusia bersama mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar