Pencarian

Rabu, 28 April 2021

Menemukan Amanah Melalui Perjodohan

Setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan. Seorang perempuan diciptakan dari seorang laki-laki tertentu sebagai bagian laki-laki itu agar laki-laki itu mengenal asma Allah dengan lebih baik. Dahulu, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam di surga setelah Adam diperkenalkan Allah kepada semua asma-asma. Hawa merupakan bagian dari diri adam yang membawa khazanah Allah bagi Adam sehingga Adam dapat melihat uraian asma-asma pada diri Hawa. Hawa dapat secara aktif menghadirkan asma-asma bagi Adam, sehingga Adam tidak harus sibuk mencari khazanah itu dari diri sendiri saja. Selain itu, Hawa merupakan ibu bagi segala khazanah Allah yang harus didzahirkan oleh Adam.

Sebagaimana penciptaan Hawa, di tingkatan jiwa setiap perempuan diciptakan dari jiwa laki-laki tertentu. Hal ini sedikit berbeda dengan penciptaan raga yang terjadi menurut nafs mereka masing-masing. Setiap laki-laki tercipta dari nafs wahidah yang mengenal asma-asma rabb-nya, dan nafs setiap perempuan diciptakan dari nafs wahidah laki-laki tertentu sebagai pembawa uraian asma-asma rabb-nya. Nafs seorang perempuan merupakan ibu bagi kelahiran segala khazanah Allah yang harus dilahirkan suaminya. Nafs setiap perempuan harus menjadi media yang subur bagi nafs suaminya agar khazanah Allah dapat terdzahirkan oleh suaminya ke alam dunia.

﴾۱۲﴿وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jiwamu sendiri, supaya kamu berdiam kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS Ar-Ruum : 21)

Sebagian manusia beruntung karena Allah mempertemukan jodoh yang diciptakan dari jiwa mereka, dan kemudian mereka dapat menikah untuk hidup bersama-sama. Sebenarnya Allah selalu mengarahkan setiap manusia untuk menemukan jodoh semacam itu, akan tetapi manusia seringkali lebih memperturutkan keinginan hawa nafsu mereka sehingga mereka tidak menemukan jodoh yang diciptakan dari jiwa mereka. Kadangkala mereka bertemu jodoh, tetapi hawa nafsu mereka mendorong untuk tidak menerima jodohnya. Hanya dengan jiwa yang bersih seseorang dapat menemukan jodoh yang diciptakan dari jiwa yang sama, baik menyadari atau tidak menyadarinya.

Keberpasangan Pada Jiwa

Ketika belum menikah, seseorang ibarat berada di sebuah ruang kaca tembus pandang yang bergerak terhadap lingkungannya. Kaca tersebut sebenarnya merupakan media gambar hidup yang dapat menyala, akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari keberadaan gambar tersebut. Gambar tersebut pada awalnya hanya berupa silhouette yang sangat tipis. Kaca itu adalah jiwa manusia.

Ruang kaca itu harus menemukan bingkai berkaca yang tepat, dimana kaca pada bingkai itu juga merupakan media gambar hidup. Bingkai berkaca itu adalah jiwa perempuan. Ketika seseorang menemukan jodohnya, ruang kaca itu akan berhenti sejenak, kadang disertai sebuah isyarat. Bila tidak memperturutkan hawa nafsu, seseorang akan menyadari bahwa itu adalah pasangan yang paling tepat bagi dirinya untuk memulai menempuh kehidupan, dimana silhouette gambar pada kacanya beririsan persis dengan silhouette gambar pada kaca jodohnya, membentuk gambar yang lebih sempurna, memberikan informasi yang lebih lengkap. Bila memperturutkan hawa nafsu, dirinya akan cenderung terus menggerakkan ruang kaca mencari bingkai berkaca yang disukai hawa nafsunya.

Dengan menikahi jodoh yang tepat, terbentuk kendaraan yang tepat untuk mengarungi kehidupan dengan arah kehidupan yang benar. Gambar pada media itu akan terlihat sedikit lebih tajam dan kadang-kadang menyala memberikan informasi. Keluarga itu akan mendapatkan arahan dan pelajaran-pelajaran yang terbaik dalam kehidupan mereka menuju Allah, dan itu akan mempermudah seseorang untuk mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Hal ini terjadi bilamana kedua pihak berserah diri kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Bilamana terjadi perbedaan orientasi kehidupan, arah kehidupan dunia akan cenderung mengarah pada keinginan pihak perempuan, sedangkan arah pengetahuan ilahiah mengikuti akal pihak laki-laki. Bilamana hal ini terjadi, hanya sebagian saja rezeki pengetahuan yang akan diperoleh oleh laki-laki, dan sebagian saja rezeki duniawi yang diperoleh.

Media kaca itu akan menyala memberikan informasi bilamana seseorang mengenal nafs wahidahnya. Objek luar yang terlihat dari ruangnya akan mendapat penjelasan melalui gambar pada kacanya yang menyala, dan gambar itu akan memberikan arahan kepadanya dalam menempuh kehidupan. Ada syarat lain agar kaca itu menyala, yaitu bila hubungan antara dirinya dengan istrinya baik, terbentuk bait yang diijinkan untuk ditinggikan dan disebut asma Allah di dalamnya. Dengan bait yang demikian, maka nafs wahidah itu akan tinggal berdiam dalam diri seseorang. Semakin tepat perjodohan yang terbentuk, semakin jelas, lengkap dan akurat penjelasan berupa gambar yang dapat muncul pada kaca itu.

Bila tidak terbentuk bait demikian, media gambar itu akan menyala sementara dan kemudian padam kembali. Tanpa khadijah r.a, nabi Muhammad SAW tidak akan menjadi rasulullah. Itu adalah ungkapan pengandaian beliau SAW. Pengandaian itu menjadi penjelasan bagi umatnya untuk membangun keluarga yang baik untuk mengikuti langkah beliau SAW. Tanpa istri yang tepat, media gambar itu tidak akan menyala dengan baik atau malah kemudian padam kembali. Seseorang tidak akan dapat mendzahirkan kehendak dan khazanah Allah tanpa isteri yang baik.

Demikian pula mawaddah dan rahmah akan terbentuk pada keluarga yang berhasil membangun bait yang demikian. Mawaddah dan rahmah tersebut sebagian besarnya merupakan sifat milik nafs wahidah yang akan berdiam bila terbentuk bait, dan tidak berdiam bilamana tidak terbentuk bait. Hawa nafsu manusia secara umum hanya mengenal sedikit dari rasa kasih sayang, bahkan kebanyakan manusia akan bersifat buas bilamana hanya mengikuti hawa nafsu. Ketika nafs wahidah pergi lagi tidak berdiam, seseorang akan merasakan kehilangan rasa kasih sayang yang sangat besar kepada orang lain, dan hawa nafsu dirinya yang baik akan menginginkan rasa kasih sayang itu kembali kepadanya.

Amanah Diturunkan Ke Dalam Hati

Gambar yang menyala pada media kaca itu adalah amanah yang terbit dalam hati seseorang. Hal itu mungkin bernilai benar bilamana ada keinginan/kehendak dalam hatinya untuk kembali kepada Allah dengan mengikuti Alquran dan Sunnah rasulullah SAW. Tanpa ada keinginan itu, sangat besar kemungkinan syaitan menggelincirkan dirinya menuju neraka dengan petunjuk-petunjuk yang salah. Amanah itu hanya bernilai benar bila seseorang kemudian mencari dan memeriksa kebenaran pengetahuan yang terbuka kepadanya dengan Alquran dan Sunnah rasulullah SAW. Tanpa timbulnya keinginan untuk memeriksa pengetahuannya dengan Alquran dan Sunnah rasulullah SAW, hawa nafsu sebenarnya masih kuat mempengaruhi dirinya.

Hudzaifah Radhiyallahu anhu berkata:

حَدَّثَنَا رَسُـولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَيْنِ، رَأَيْتُ أَحَدَهُمَا وَأَنَا أَنْتَظِرُ اْلآخَرَ، حَدَّثَنَا أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ فِي جَذْرِ قُلُوبِ الرِّجَالِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ عَلِمُوا مِنَ السُّنَّةِ، وَحَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِهَا قَالَ: يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ اْلأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ أَثَرِ الْوَكْتِ، ثُمَّ يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ، فَيَبْقَى أَثَرُهَا مِثْلَ الْمَجْلِ، كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ، فَنَفِطَ فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًا، وَلَيْسَ فِيهِ شَيْءٌ، فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَايَعُونَ، فَلاَ يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي اْلأَمَانَةَ، فَيُقَالُ: إِنَّ فِي بَنِي فُلاَنٍ رَجُلاً أَمِينًا وَيُقَالُ لِلرَّجُلِ، مَا أَعْقَلَهُ! وَمَا أَظْرَفَهُ! وَمَا أَجْلَدَهُ! وَمَا فِـي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيْمَانٍ،
Rasulullah SAW bercerita kepada kami dua hadits, salah satu dari keduanya telah aku lihat, dan saat ini aku sedang menunggu yang lainnya.
Beliau SAW bercerita kepadaku bahwasanya amanah singgah pada pangkal hati manusia, kemudian mereka mengetahuinya dari al-Qur-an, kemudian mengetahuinya dari as-Sunnah.
dan beliau SAW bercerita kepada kami bagaimana diangkatnya amanah itu, beliau SAW bersabda, “Seseorang tidur, lalu amanah di dalam hatinya dicabut, maka bekasnya masih tetap ada bagaikan titik-titik, lalu dia tidur kemudian dicabut, maka bekasnya bagaikan lepuh, seperti sebongkah bara api yang digelindingkan ke kakimu, lalu ia melukainya sehingga engkau melihatnya melepuh, tidak ada apa-apa di dalamnya. Lalu pagi harinya manusia melakukan jual beli, maka hampir saja seseorang tidak bisa melaksanakan amanah, dikatakan, ‘Sesungguhnya di bani Fulan ada seorang laki-laki yang terpercaya,’ dan dikatakan kepada seseorang, ‘Sungguh cerdas! Sungguh cerdik! dan sungguh kuat! Sementara di dalam hatinya tidak ada keimanan seberat biji sawi pun. (HR Bukhari)

Hal penting yang perlu diperhatikan setiap orang ketika media gambar tersebut mulai menyala adalah bahwa tidak semua petunjuk yang ditampilkan adalah petunjuk yang benar. Tanduk syaitan akan terbit bersamaan dengan terbitnya matahari. Sebagian dari petunjuk yang ditunjukkan merupakan petunjuk yang muncul dari tanduk syaitan. Setiap orang harus benar-benar bertakwa, memeriksa semua petunjuk itu dengan Alquran dan hadits nabi SAW, memisahkan antara petunjuk yang bersesuaian dengan Alquran dan hadits nabi SAW dengan petunjuk yang tidak jelas asal-usulnya. Dengan cara demikian maka jiwanya akan menjadi kuat dalam mencari petunjuk Allah. Cara demikian harus selalu dilakukan sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah, menjadikan Alquran sebagai tuntunan yang benar. Pada dasarnya, petunjuk yang menyala itu sebenarnya merupakan pembacaan jiwanya terhadap ayat-ayat Allah, dan itu harus bersesuaian dengan Alquran.

Salah satu tanda benarnya perjalanan seseorang adalah musyahadah terhadap risalah nabi Muhammad SAW. Upaya mengenal kedudukan rasulullah SAW akan sangat dimudahkan ketika media itu menyala. Mengenal kedudukan diri dalam perjuangan rasulullah SAW dapat menjadi penolong yang baik pada masa padamnya media itu. Dengan mengenal peran diri dalam perjuangan rasulullah SAW, Sunnah beliau SAW akan lebih mudah dipahami, dan kitabullah dapat dibaca dengan arah yang benar walaupun tanpa media yang menyala, karena Sunnah Rasulullah SAW menjadi pedoman arahnya. Karena manfaat ini, setiap orang hendaknya berusaha dengan sungguh-sungguh mengenali perjuangan rasulullah SAW, terutama untuk ruang dan waktu kehidupan dirinya. Dengan berpegang pada Alquran dan sunnah rasulullah SAW seseorang dapat menempuh kehidupan dengan selamat.

Alquran dan sunnah rasulullah SAW merupakan pangkal pertumbuhan jiwa manusia. Tanpa bersandar pada Alquran dan sunnah, pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tidak ada jaminan kebenarannya. Peristiwa pengenalan diri ini akan melontarkan seseorang pada pengetahuan yang sangat luas. Hal ini sangat menguntungkan bila pengetahuan itu benar, dan sangat merugikan bilamana syaitan menggelincirkannya pada jalan yang salah. Parameter benarnya pengetahuan ini adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW.

Berikutnya, harus diusahakan agar gambar pada kaca itu tetap menyala. Ini akan terjadi bilamana terbentuk bait yang baik di keluarganya. Bila tidak terbentuk bait yang baik, maka gambar itu akan kembali padam. Seseorang mungkin dapat merekam dengan cepat pengetahuan-pengetahuan yang sampai kepadanya pada saat media itu menyala, akan tetapi sifat-sifat baik dan kemampuan indera-indera jiwa dalam mencari petunjuk akan kembali meredup. Kebaikan itu terletak pada sifat-sifat baik yang tumbuh dalam jiwanya. Pengetahuan yang terekam itu dapat memberikan kebaikan pada dirinya, akan tetapi tidak sepenuhnya bisa mendatangkan kebaikan tanpa kombinasi dengan sifat-sifat baik dari jiwanya.

Padamnya gambar pada kaca seseorang belum tentu menunjukkan dicabutnya amanah, walaupun sudah jelas hal itu akan menghalangi seseorang untuk memenuhi kodrat dirinya, sebagaimana tanpa Khadijah r.a nabi Muhammad SAW tidak akan menjadi rasulullah. Silhouette tipis gambar masih terbentuk pada kaca itu yang dapat dibaca dengan upaya yang lebih keras. Yang jauh lebih penting diperhatikan daripada menyala atau tidaknya media adalah bahwa gambar yang terbentuk harus menjadi media untuk memahami dan menyatukan langkahnya kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW, tidak menuntunnya menuju arah yang tidak jelas atau malah menuju kesesatan. Menyala atau tidak menyala kaca itu, gambar yang terbentuk tidak boleh memisahkan dirinya dari tujuan menyatukan langkah dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Bila gambar itu menuntun pada kesesatan, maka gambar itu datangnya dari syaitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar