Pencarian

Sabtu, 29 April 2017

PERANG DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Perang merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh manusia. Namun demikian berperang merupakan suatu hal yang diwajibkan bagi muslimin. Ada kebaikan dalam perang yang tidak diketahui oleh manusia. Allah mengetahui kebaikan dalam perang sementara manusia tidak mengetahui kebaikannya.
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS Al-Baqarah : 216)
Keadaan dunia ini telah diceritakan dalam alquran. Kebanyakan manusia memandang sesuatu yang terjadi di dunia sesuai dengan hasrat dirinya, dan sebagian besar manusia tertipu oleh pandangan baik terhadap keadaannya, karena pandangannya dihias oleh syaitan. Tidak banyak manusia mengetahui keadaan yang sebenarnya, yaitu keadaan yang sesuai dengan apa yang diceritakan dalam alquran. Hanya sebagian kecil manusia yang menyadari kenyataan yang terjadi sesuai dengan alquran.

Allah SWT maha mengetahui apa yang baik bagi manusia padahal boleh jadi manusia membencinya, dan maha mengetahui apa yang buruk bagi manusia padahal boleh jadi manusia menyukainya. Demikianlah  perang yang tidak disukai itu diwajibkan bagi muslimin agar manusia memperoleh kebaikan.

GOLONGAN YANG HARUS DIPERANGI


Alquran telah menuntun  dengan jelas terhadap siapa perang harus dilakukan. Muslimin tidak boleh melakukan perang mengikuti hawa nafsu, atau terpancing oleh hasutan orang lain yang membangkitkan kebencian kepada orang lain, atau terpancing mengikuti orang-orang yang mengadu domba kaum muslimin atau manusia secara umumnya. 

Muslimin tidak diperbolehkan memerangi orang-orang yg telah tunduk kepada kaum muslimin dengan membayar jizyah pada penguasa muslimin. Golongan orang yang harus diperangi disebutkan dalam ayat berikut :
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak  (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar dari orang-orang yang diberikan Al-Kitab sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS At-Taubah : 29)
Allah telah menetapkan golongan-golongan yang harus diperangi kecuali mereka tunduk kepada kaum muslimin.  Mereka terdiri dari beberapa golongan, yaitu :
1. orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir
2. orang yang tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya
3. orang yang tidak mengikuti suatu agama yang mengikuti  kitab suci yang diturunkan Allah.

ORANG YANG TIDAK BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI AKHIR


Atheis adalah golongan yang harus diperangi apabila mereka menunjukkan atheisme mereka. Manusia atheis akan dengan mudah terkuasai oleh syaitan. Apabila mereka berkumpul dengan orang-orang atheis, mereka akan menjadi kelompok berbahaya yang tidak mempunyai tata aturan dari Allah sehingga membahayakan kehidupan manusia. 

Sejarah telah membuktikan munculnya kelompok-kelompok komunis yang melakukan kekejaman terhadap manusia lain atas nama kebaikan. Mereka merupakan kelompok manusia yang menimbang kebaikan berdasarkan logika sendiri tanpa melibatkan sumber segala kebaikan, dan kemudian terkuasai oleh kelompok musyrikin tanpa menyadarinya.

Bila dirunut akar perkembangan komunisme, akan diperoleh nasab yang jelas bahwa mereka mengikuti ajaran yang dirumuskan oleh syaitan dalam bungkus yang indah. Tidak ada kebaikan sedikitpun dalam idealisme utopis yang dibangkitkan oleh syaitan, karena sebenarnya syaitan hanya menghias perkataan itu agar tampak indah di mata manusia.

ORANG YANG TIDAK MENGHARAMKAN APA YANG DIHARAMKAN ALLAH DAN RASUL-NYA


Orang yang tidak mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan rasul-Nya juga merupakan kelompok yang harus diperangi. Mereka adalah orang-orang yang terikat dengan hukum-hukum Allah dan rasul-Nya dalam masalah halal dan haram, akan tetapi mereka memjadikan apa yang haram menjadi tidak haram.

Yang dimaksudkan dalam pengharaman dalam ayat itu adalah pengharaman peperangan. Memerangi orang muslim merupakan hal pertama yang diharamkan bagi siapapun. Namun  beberapa kelompok manusia yang terikat dengan hukum halal dan haram telah  melakukan peperangan terhadap muslimin dengan berbagai cara dan berbagai dalih, mengatur dalil sedemikian sehingga mendapatkan legitimasi bahwa peperangan mereka itu tidak haram. Pada suatu keadaan, mereka tidak mengharamkan apa yang Allah telah mengharamkannya, dan pada suatu keadaan yang lain mereka mengharamkan apa yang Allah haramkan. Mereka mengambil apa yang sesuai dengan kepentingan mereka.
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS At-Taubah : 37)
Cara-cara yang dilakukan oleh kelompok itu akan menambah kekafiran bagi mereka dan menambah kesesatan bagi mereka, sementara mereka dibuat oleh syaitan memandang baik atas perbuatan yang buruk itu.

Bulan-bulan haram itu adalah agama yang tegak. Pada keempat bulan itu, muslimin dilarang untuk melakukan peperangan. Selain pada keempat bulan itu, muslimin diperintahkan memerangi kaum musyrikin sebagaimana mereka memerangi kaum muslimin. Kaum musyrikin selalu memerangi kaum yang beragama baik secara terang-terangan maupun perang secara tersembunyi, maka muslimin pun harus memerangi sebagaimana mereka memerangi kaum muslimin.
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang tegak, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya  sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa (QS At-Taubah : 36)
Dalam keadaan tertentu, melakukan peperangan pada bulan-bulan haram terhadap orang-orang yang terikat pada hukum Allah dan rasul-Nya, dalam hal halal dan haram dalam perang, itu diijinkan, tanpa berimplikasi menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. 
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar di sisi Allah. Dan fitnah lebih besar  daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu, seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya (QS Al-Baqarah : 217)
Secara prinsip, melakukan hal tersebut merupakan dosa besar. Akan tetapi menghalangi manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, menghalangi manusia dari kiblat kehidupannya dan mengusir penduduknya dari kiblat kehidupannya merupakan hal yang lebih besar dari peperangan dalam bulan haram. Orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan di atas boleh diperangi sekalipun mereka terikat dengan hukum halal dan haram dari Allah dan rasul-Nya, karena mereka telah melakukan sesuatu yang lebih besar daripada peperangan di bulan haram.

Begitu pula tentang fitnah. Mereka dapat berbuat hal yang lebih besar dari peperangan yang haram hanya dengan membuat fitnah, maka fitnah yang mereka buat itu lebih besar daripada peperangan itu sendiri. Dengan fitnah yang mereka buat, mereka terus menerus memerangi kaum muslimin untuk memaksa muslimin untuk mengikuti faham akidah yang mereka buat, sehingga kaum muslimin menjadi berpaling dari akidah yang diajarkan rasulullah SAW. Akidah mereka itu merupakan akidah sempit yang dipaksakan, sementara akidah rasulullah adalah jalan yang terang untuk mencari arah kehidupan.

Boleh jadi faham yang mereka buat itu berdasarkan dalil-dalil dari kitab suci. Kaum munafikin merupakan orang-orang yang menginginkan kekufuran bagi kaum muslimin. Mereka menginginkan umat muslim menjadi sama keadaanya dengan mereka, yaitu kufur dalam kelompok islam.
Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (QS An-Nisaa’ : 88-89)
Kaum munafikin inilah kaum yang paling sulit disikapi oleh muslimin. Kaum muslimin terbagi menjadi dua golongan dalam mensikapi orang-orang munafik. Kaum munafik menampakkan diri sebagai bagian dari kaum muslimin, namun sebenarnya Allah telah membalikkan mereka pada kekafiran atas segala upaya mereka sendiri. Mereka kaum yang telah Allah sesatkan, sementara sebagian kaum muslimin mengharapkan bahwa mereka akan dapat memberi petunjuk. Sebaliknya, kaum munafikin selalu  menginginkan dan selalu berusaha membalikkan keadaan muslimin menjadi kufur dalam islam sebagaimana keadaan mereka.

Munafikin berada dalam  keadaan berhenti tidak bergerak menuju keadaan yang lebih baik. Karena itulah Allah memerintahkan agar tidak mengambil mereka sebagai wali hingga mereka berhijrah di jalan Allah. Kaum munafikin tidak bergerak karena mereka telah tertutup doktrin bahwa mereka berada dalam keadaan terbaik, dibuat syaitan memandang baik keadaan diri mereka. Hal itu menyebabkan mereka tidak berhijrah ke jalan Allah.

ORANG YANG TIDAK MENGIKUTI SUATU AGAMA DENGAN  KITAB SUCI YANG DITURUNKAN ALLAH


Golongan yang harus diperangi berikutnya adalah golongan orang-orang yang tidak beragama dengan agama yang mengikuti kitab suci yang diturunkan dari Allah. Allah telah menurunkan agama-agama dengan mewahyukan kitab suci kepada manusia yang dipilih-Nya. Orang-orang yang mengikuti agama yang diturunkan bersama kitab suci bukanlah golongan orang yang diperangi.

Di antara agama yang mendapatkan jaminan bahwa tidak ada kekhawatiran  pada mereka dan tidak akan bersedih hati apabila mereka benar-benar beriman kepada Allah dan beramal shalih adalah : 4. Shabiin, 3. Nasrani, 2. Yahudi dan 1. Mu’minin pengikut nabi Muhammad SAW.
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah : 62)
Shabiin adalah umat yang percaya adanya  Zat Maha Pencipta yang telah menciptakan alam raya. Sang Maha Pencipta tidak semata-mata menciptakan alam kasat mata ini, tetapi juga menciptakan makhluk yang menjalankan urusannya. Segala urusan tentang sesuatu telah diberikan kepada pemegang urusan masing-masing. Bumi, bulan, bintang,matahari dan lain-lain telah diciptakan bersama mereka makhluk pemegang urusan masing-masing, sedangkan pelaksanaan urusan mereka memberikan pengaruh kehidupan di bumi. Itu adalah shabiin yang dimaksudkan dalam ayat tersebut.

Adapun Nasrani dan Yahudi telah dijelaskan secara panjang lebar dalam alquran, termasuk segala pembengkokan dan kesesatan yang terjadi di antara mereka. Namun apabila mereka  di antara orang shabiin, nasrani dan yahudi benar-benar beriman kepada Allah dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari tuhan mereka dan tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Demikian pula jaminan terhadap kaum muslimin.

Rasulullah SAW dan kaum muslimin telah memerangi kaum musyrikin, bangsa romawi dan Persia yang mayoritas beragama nasrani maupun Zoroaster. Yang diperangi oleh kaum muslimin bukanlah umat beragama di antara mereka, akan tetapi kesesatan yang  telah menjalar di antara bangsa-bangsa itu tanpa terlihat oleh umat manusia. Demikianlah peperangan itu telah diwajibkan atas muslimin, Allah mengetahui keburukan yang menjalar di antara manusia, sedangkan manusia tidak mengetahui.

Sebagian manusia membuat-buat agama berdasarkan kesesatan. Mereka itulah orang-orang yang harus diperangi, baik mereka membuat-buat agama berdasarkan pikiran mereka sendiri maupun berdasarkan wahyu dari syaitan. Ajaran itu akan menyesatkan manusia yang mengikuti mereka sehingga umat manusia akan celaka karenanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar