Pencarian

Rabu, 03 Mei 2017

Islam dan Islamophobia

Agama islam adalah agama yang sempurna untuk mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah yang telah disediakan bagi setiap manusia sejak sebelum penciptaannya. Untuk mencapai kedudukan yang mulia itu, seseorang harus menumbuhkan jiwanya hingga mengenal fitrah penciptaan dirinya.
maka tegakkanlah wajahmu bagi agama secara hanif, yaitu fitrah Allah yang manusia diciptakan atas fitrah itu. Tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah, bahwasanya itulah agama yang tegak tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS 30:30)
Rasulullah SAW diutus ke dunia untuk membimbing manusia menumbuhkan diri mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah. Beliau adalah pembimbing yang paling sempurna bagi segenap makhluk untuk menyempurnakan bentuk ciptaan bagi dirinya. Untuk mencapai kesempurnaan bentuk, manusia harus tumbuh akalnya dengan sempurna hingga mencapai kualitas lubb.
Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
Dengan kesempurnaan kualitas akal, Allah berkehendak untuk memberikan nafakh ruh bagi manusia, sehingga amr (urusan) kehendak Allah tercermin dalam kehidupan manusia yang sempurna. Dengan demikian, maka manusia dapat  menjadi khalifatullah di bumi.

ISLAMOPHOBIA


Jalan islam yang mulia itu saat ini mendapatkan fitnah dari berbagai pihak. Kaum musyrikin membangkitkan fitnah dalam agama yang mulia sehingga agama islam menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian manusia. Manusia menganggap islam sebagai jalan yang mengancam kehidupan, padahal sebenarnya tidaklah agama islam mengajarkan yang demikian.

Kaum musyrikin menjadi agen bagi syaitan untuk membangkitkan fitnah di dalam agama islam, dan kaum musyrikin mengambil sebagian umat islam untuk menyebarkan fitnah itu. Hal itu sebagaimana telah diajarkan rasulullah SAW kepada para sahabat sebagaimana hadits berikut :
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman Radhiyallahu Ta'ala Anhu berkata : Manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya ; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan ? Beliau bersabda : 'Ada'. Aku bertanya : Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan ?. Beliau bersabda : Ya, akan tetapi didalamnya ada dakhanun. Aku bertanya : Apakah dakhanun itu ?. Beliau menjawab : Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah. Aku bertanya : Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan ?. Beliau bersabda : Ya, da'i - da'i yang mengajak ke pintu Jahannam. Barangsiapa yang menyambutnya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya : Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda : Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita. Aku bertanya : Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya ?. Beliau bersabda : Berpegang teguhlah pada Jama'ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama'ah maupun imamnya ? Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu". [Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399].

Akan bangkit para penyeru (da’i) yang mengajak kepada pintu Jahannam. Mereka menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa muslimin dan penampilan mereka sama dengan penampilan muslimin. Mereka tidak mengantarkan manusia dengan ajaran yang jelas sesat menuju Jahannam, tetapi ajaran mereka hanya mengantar pengikutnya hingga pintu Jahannam. Tidak terlihat Jahannam dari ajaran itu, akan tetapi barangsiapa menyambut ajakan itu syaitan akan melemparkannya kepada Jahannam. Itu adalah pekerjaan  syaitan melalui para pengikutnya membangkitkan fitnah kepada agama islam yang mulia.

Itulah fitnah yang menimpa Islam. Hal itulah yang membangkitkan Islamophobia bagi umat manusia. Setiap muslim harus menyadari hal itu agar tidak tergelincir mendekati pintu Jahannam, dan bisa menjelaskan kepada manusia tentang islam yang sebenarnya melawan fitnah yang melanda islam.

Hadits di atas bercerita tentang maju-mundur dan kejatuhan umat islam. Umat islam pernah berjaya, kemudian mengalami kekalahan, dan kemudian berjaya kembali sebelum akhirnya terpuruk dalam kekuasaan manusia lainnya. Beberapa negara islam saat ini jelas-jelas menjadi kaki tangan orang barat untuk mengacaukan negeri islam yang lain. Inilah jaman dimana keburukan yang mana da’i-da’i yang menyeru pada pintu Jahannam itu telah muncul. 

Kejayaan umat islam pertama adalah kejayaan pada jaman Nabi SAW hingga khilafah Abbasiyah dan Cordoba terkalahkan pada abad 12 M. Kekalahan itu menandai munculnya keburukan pertama yang muncul, walaupun umat islam tidak sepenuhnya terkalahkan. Khilafah islam Safawiah, Fathimiah, Mamluk masih berdiri dengan kuat, namun kekalahan itu menunjukkan telah adanya kemunduran yang terjadi di kalangan umat islam.

Kejayaan umat islam kembali bangkit pada abad yang sama. Itu adalah kejayaan yang kedua bagi umat islam, namun kejayaan itu bangkit bersama dakhan. Khilafah Turki Usmani bangkit sejak ertugrul al-ghazi dan keturunannya berjuang menegakkan khilafah islam yang besar. Kebangkitan itu tidak murni bagi seluruh muslimin, di mana sebagian umat islam mengikuti sebuah dakhan yang muncul. Bid’ah telah muncul di antara umat islam, dan dari dakhan itu terwariskan hingga dapat muncul  da’i yang menyeru kepada Jahannam pada periode berikutnya.

Keruntuhan Turki menjadi penanda keburukan berupa kemunculan para da’i yang menyeru pada pintu-pintu Jahannam. Para da’i itu mengagung-agungkan pembuat dakhan sebagai syaikh yang menjadi panutan, padahal pada jaman kejayaan islam, syaikh itu lebih sering menjadi tahanan bagi ulama-ulama pada jamannya. Para ulama pada jaman kejayaan islam mengenal sosok itu sebagai pembuat bid’ah yang harus dipenjarakan, tetapi umat islam pada jaman kegelapan menjadikannya syaikh yang menjadi panutan.

Seperti itulah islam yang dikenal kebanyakan manusia jaman ini, sehingga wajarlah muncul sikap islamophobia. Umat islam pun harus mewaspadai hal itu, dan harus kembali kepada agama yang sempurna,  menjadikan diri berakhlak mulia agar islam kembali bersinar menerangi dunia.

PARA PENYERU


Para penyeru kepada Jahannam bukanlah menyeru pada jalan yang jelas menuju kesesatan . Mereka menyeru hanya kepada pintu Jahannam dengan bahasa yang sama dan penampilan yang sama dengan umat muslimin pada jaman rasulullah SAW.

Mereka membangun kerangka pengetahuan agama, sehingga mereka timbul anggapan di kalangan mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih mendapat petunjuk daripada umat-umat yang lain. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah tentang hal itu.
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran)<> karena kesombongan di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (QS Faathir : 42:43)
Mereka menjadi umat yang bersumpah atas nama Allah dengan sekuat-kuatnya sumpah karena mereka sombong dan karena mereka mempunya rencana jahat. Sebagian besar dari mereka merasa sombong dengan pengetahuan dan perbuatan mereka, dan sebagian yang menjadi pemimpin di antara  mereka mempunyai rencana yang jahat terhadap umat islam. 

Merekapun menanti-nantikan akan kedatangan sunnatullah berupa sunnah yang telah terjadi pada orang-orang terdahulu. Mereka menganggap bagi mereka sunnah yang baik dan bagi selain mereka sunnah yang buruk, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa yang buruk itu adalah bagi mereka. Sunnah itu tidak akan tergantikan dan tidak akan menyimpang dari apa yang ditetapkan.
Maka apakah (keadaan) orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS Faathir :8)
Syaitan menjadikan perbuatan mereka terlihat indah di mata mereka sehingga mereka meyakini bahwa pekerjaan mereka itu baik. Sekalipun rasulullah SAW telah memperingatkan bahwa mereka mengikuti tanduk syaitan yang muncul memporakporandakan negeri Yaman dan Syam, mereka menganggap bahwa pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang baik.

MENCARI ISLAM


Manusia harus menyempurnakan dirinya agar menjadi makhluk berakhlak yang indah, tetapi manusia akan dibuat oleh syaitan memandang indah keadaan dirinya. Itulah yang akan menghalangi manusia menuju akhlak yang mulia. Bahkan pandangan indah itu membuat manusia menjadi tersesat, melakukan perbuatan maksiat yang bertentangan dengan perintah Allah akan tetapi memandangnya sebagai sebuah bentuk perbuatan yang baik.

Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, maka setiap orang yang mengharapkan kemuliaan harus mendekat kepada Allah. Tidak ada jalan lain untuk menuju kemuliaan. Hanya kalimat yang baiklah yang naik kepada-Nya, dan amal shalih dari orang yang naik yang akan dinaikkan-Nya. Sedangkan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur.
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik kalimat-kalimat yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (QS Faathir :10)
Kalimat yang baik (kalimah thayyibah) itu adalah jiwa manusia yang tumbuh mencari cahaya tuhannya. Jiwa setiap orang harus tumbuh dengan baik, ditandai dengan menguatnya akal, agar dirinya bisa merasakan dan melihat kehadiran Allah, dan bergerak untuk mendekat kepada-Nya.  Tanpa jiwa yang baik, jiwa seseorang tidak akan mengetahui kehadiran Allah dalam kehidupannya.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat thayyibah  seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS Ibrahim : 24-25)
Kehadiran Allah hanya dikenal dalam bentuk kalimah thayyibah yang dimengerti oleh orang yang jiwanya tumbuh dengan baik. Jiwa itu dimisalkan sebagai pohon yang baik, pengetahuan jasadiahnya berakar ke bumi dan jiwanya menjulang di langit mencari cahaya Allah. Pohon itu dapat mengeluarkan buah berupa pemahaman atas ayat-ayat Allah bagi  dirinya yang bisa diberikan kepada orang lain. Dengan jiwa yang tumbuh dengan baik itulah manusia dapat berbuat ihsan, dan buah yang dihasilkan merupakan bukti atas pengenalan diri.

Dengan jiwa yang tumbuh dengan baik seseorang akan mengerti ayat-ayat Allah baik berupa ayat qauliyah maupun kauniyah dan keterkaitan dari keduanya. Langkah kehidupannya tertuntun oleh alquran dan sunnah rasulullah SAW. Dirinya mempunyai penglihatan, pendengaran dan perbuatan yang tertuntun oleh petunjuk Allah, bukan semata-mata penafsiran logika yang disangka sebagai petunjuk. Dirinya mengerti apa kehendak Allah atas dirinya di antara seluruh lingkungannya, dan melihat lingkungannya sebagai penjelasan dari alquran.

Itulah sebagian perbuatan orang-orang islam yang mengikuti langkah-langkah rasulullah SAW dan orang-orang yang bersamanya. Mereka memanggil manusia menuju Allah di atas Bashirah, tidak semata-mata berdasarkan persangkaan. Mereka mengetahui dengan pasti ayat-ayat Allah yang terjadi di sekitar dirinya, dan mengikuti ayat-ayat itu.
Katakanlah: "Inilah jalan-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah di atas bashirah, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."(QS Yusuf : 108)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar