Pencarian

Minggu, 23 April 2017

PEMBENGKOKAN AJARAN ISLAM

Syaitan akan senantiasa berusaha menyesatkan manusia sehingga mengikuti syaitan dalam kesesatan. Di antara langkah tipuan syaitan yang diwahyukan kepada wali-walinya adalah  munculnya ajaran baru yang diselipkan dalam ajaran agama. Ciri dari ajaran baru yang diselipkan itu adalah memecah-belah agama menjadi beberapa golongan, dan tiap-tiap golongan itu berbangga-bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Syaitan bersama para pengikutnya membangkit-bangkitkan kebanggaan, fanatisme pada setiap golongan dalam beragama tersebut.
dan janganlah kamu termasuk golongan orang-orang yang mempersekutukan Allah. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS Ar-ruum : 31-32)
Muslimin yang mengikuti golongan-golongan tersebut akan termasuk dalam golongan musyrikin. Mereka akan menjadi kaki tangan kaum musyrikin untuk melemahkan dan menghancurkan islam dari dalam islam sendiri. Kaum musyrikin menyadari bahwa tidak akan mungkin mengalahkan islam tanpa membuat kekacauan dan kerusakan di dalam umat islam, maka mereka menjalankan wahyu dari syaitan untuk mengalahkan islam.

Ajaran Islam tidak terlepas dari usaha pembengkokan.  Ajaran islam tidak akan pernah terpalsukan akan tetapi pemahaman di antara umat islam yang akan terbengkokkan sehingga umat islam bahkan bisa menjadi bagian dari kaum musyrikin yang berusaha menjadikan agama terbagi-bagi, dan menjadikan umat islam bergolongan-golongan, dan setiap golongan berbangga dengan apa yang ada pada golongan masing-masing.

POLA PEMBENGKOKAN


Perubahan dan pemalsuan dalam ajaran agama dapat diketahui oleh orang-orang yang berilmu. Orang yang berilmu akan mengenal  dan meluruskan perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang melampaui batas, takwil orang-orang yang jahil dan pemalsuan oleh orang-orang yang bathil.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ilmu  ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan perubahan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang jahil, dan pemalsuan (intihaal) orang-orang bathil. Maka jalannya Ilmu ini hanyalah dengan jalan oleh orang-orang yang memiliki jalan dan sifat seperti itu” [Al-Jaami’ li-Akhlaqir-Raawi wa Adabis-Saami’ oleh Al-Khathib Al-Baghdadi 1/129].
Dari hadits di atas, dapat diketahui bahwa jalan kebengkokan dalam ajaran agama terdapat dalam tiga hal, yaitu :
1. Perubahan oleh orang-orang yang melampaui batas
2. Ta’wil orang-orang yang jahil
3. Pemalsuan/ intihaal oleh orang-orang yang bathil

PEMBENGKOKAN TAUHID


Kaum musyrikin berusaha keras untuk memecah belah umat islam. Kaum musyrikin bahkan menyisipkan ajaran hingga prinsip utama beragama, yaitu tauhid. Dewasa ini, tauhid yang diajarkan oleh nabi tidak dikenal mayoritas muslimin secara sempurna karena ajaran tauhid telah ditakwil oleh orang-orang yang bodoh. Prinsip tauhid itu juga diubah  oleh orang-orang yang melampaui batas menuju ekstrimitas hizbiyah sehingga terjadi tuduhan kafir dan musyrik terhadap sesama muslim. Ajaran tauhid itu digunakan oleh orang-orang yang bathil untuk memperjuangkan kepentingan  duniawi yang mereka inginkan.

Tauhid merupakan jalan dan tujuan utama dalam agama islam. Manusia harus mencapai penghambaan kepada Allah SWT secara murni bebas dari penghambaan kepada yang lain. Salah satu parameter kemurnian penghambaan seseorang kepada Allah ditunjukkan oleh kesesuaian amal  diri seseorang dengan ketetapan amal yang telah ditetapkan Allah SWT baginya sebelum kelahirannya. Seseorang baru dapat mengukur keikhlasan pengabdiannya kepada Allah bila telah mengenal untuk apa dirinya diciptakan. Sebelum mengenal qadla diri, seseorang tidak mempunyai tolok ukur kemurnian penghambaan, dan hanya bisa berharap bahwa pengabdiannya dibersihkan dari pengabdian kepada selain Allah. Dengan mengerjakan hanya amal yang telah ditetapkan baginya seseorang dapat memurnikan ibadahnya, dan dengan cara itu akan memperoleh keihsanan, yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, atau bila tidak melihat-Nya maka Dia melihat dirinya. Itulah sebagian dari garis besar ajaran tauhid rasulullah SAW.

Sebagian dari umat islam telah dengan sengaja membuat takwil dengan kebodohan terhadap ajaran tauhid islam untuk tujuan merusak islam. Ajaran tauhid yang diajarkan oleh rasulullah SAW tidak ditakwil dengan lengkap tetapi hanya diambil sebagian dan menolak sebagian yang lain, sehingga makna tauhid itu tidak terpahami dengan sempurna. Kemudian mereka menambahkan takwil-takwil lain terhadap pemahaman yang  diajarkan rasulullah SAW. Mereka tidak memahami agama dengan benar tetapi memaksakan pemahaman agamanya kepada orang lain. Tanpa pemahaman, kelompok itu membuat ajaran yang melampaui batas menuju ektrimitas hizbiyah, dan membuat beberapa pemalsuan/intihal untuk tujuan yang bathil memecah belah agama menjadi beberapa golongan dan membangkitkan kebanggaan pada golongan masing-masing.

Ajaran takwil itu berupa half truth dari tauhid yang diajarkan nabi.  Mereka mengambil sebagian ajaran tauhid rasulullah SAW dan menolak sebagian yang lain. Hanya itulah usaha yang bisa diajarkan syaitan untuk membengkokkan akidah umat islam, dan hal itupun telah diperingatkan alquran sebelum syaitan membengkokkannya. Walaupun hanya seperti itu, akan tetapi akibat dari pembengkokan itu sangat berbahaya untuk umat islam. Seseorang akan menjadi musyrik bila mengikuti sepenuhnya dakwah itu, sebagian terjebak dalam kebanggaan sebagai kaum yang terbaik, dan sebagian umat islam terhijab dari pemahaman lebih lanjut terhadap agamanya sehingga tidak mengenal sepenuhnya dakwah rasulullah SAW beserta orang-orang yang mengikutinya menuju Allah.

Orang-orang yang dengan sengaja membuat takwil tauhid di atas kebodohan, tidak memahami agama dengan benar tetapi memaksakan faham tauhid yang dibuat oleh kelompoknya termasuk dalam kelompok orang yang mengikuti kaum musyrikin. Demikian pula orang-orang yang memperjuangkan pemaksaan faham takwil tauhid kelompoknya tanpa pengetahuan termasuk orang-orang yang mengikuti kaum musyrikin. Sebagian besar muslimin hanya mengikuti takwil itu karena tidak mempunyai pengetahuan, sehingga berakibat umat islam menjadi lemah karena terhalang dari kebenaran sempurna yang dibawa rasulullah SAW.

KASUS PEMBENGKOKAN AJARAN ISLAM


Rasulullah SAW telah menceritakan kepada umatnya tentang kemunculan kaum khawarij. Mereka adalah orang-orang yang merasa mengikuti rasulullah SAW, akan tetapi sebenarnya mereka terlempar jauh dari Islam.
Dari Ali r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia terbaik. Mereka membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongannya. Mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah terlepas dari busurnya. Apabila kalian bertemu dengan mereka maka perangilah mereka, karena memerangi mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat (HR Muslim)
Dari kalangan kaum khawarij itulah dajjal akan muncul di beberapa tempat, yaitu di antara negeri Syam (Suriah) dan Iraq, di laut Yaman dan laut Syam yg berasal dari negeri di sebelah timur kota Madinah, dan di negeri Khurasan, yang saat ini dikenal sebagai Afghanistan. Kaum itu akan tetap ada dari masa ke masa walaupun mereka selalu dibasmi habis. Rasulullah saw bersabda :
 “Akan muncul suatu kelompok yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak melampaui  kerongkongan mereka. Setiap kali muncul, mereka dibasmi habis hingga keluar dalam pasukan besar mereka Dajjal.” (HR. Ibnu Majah 174)

Kaum khawarij muncul dari generasi ke generasi hingga muncul dajjal di antara mereka.  Mereka bukanlah kaum yang dulu pernah ada dan sekarang telah hilang, tetapi dahulu muncul dan saat inipun kaum itu sangat mungkin ada. Setiap orang harus jeli memperhatikan ajaran yang diikuti, boleh jadi mengikuti kaum khawarij yang ibadahnya membuat minder para sahabat. Dengan jelas rasulullah mengatakan kaum itu bangkit dari keturunan At-tamimi. Tentu tidak seluruh keluarga At-tamimi merupakan kaum itu, Kaum khawarij itu bangkit dari keluarga at-tamimi.

dalam peristiwa pembagian harta rampasan perang hunain, dzulkhuwaisirah at-tamimi berkata : “Berlaku adillah wahai Muhammad karena sesungguhnya engkau tidak berlaku adil!”, dia juga mengatakan : ”Pembagian itu tidak diinginkan untuk Wajah Allah”, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya :  ”Celaka engkau ! siapa lagi yang berlaku adil jika aku tidak berbuat adil?” tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku dipercayakan oleh Dzat yang di atas.
Tatkala ‘Umar bin Khattab r.a ingin membunuhnya, maka Rasulullah berkata :  Biarkan dia! sungguh akan keluar dari keturunannya (dzul khuwaisirah at-tamimi) suatu kaum yang mana kalian merasa kecil/hina terhadap shalat kalian jika dibanding dengan shalat mereka,puasa kalian dengan puasa mereka, mereka membaca al Qur’an namun tidak melampaui kerongkongan mereka, mereka keluar dari islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya”. (Muttafaq ‘alaihi)

Fenomena yang sangat menyerupai ciri yang disebutkan rasulullah SAW adalah gerakan Wahhabi. Ajaran itu disebarkan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab dari Uyainah. Ajaran itu dikenal dalam berbagai nama, baik yang disukai maupun tidak disukai pengikutnya. Pengikutnya menamakan kelompok itu sebagai dakwah Salafi, dakwah Tauhid, dakwah Muwahidun dan nama-nama yang lain. Sedangkan nama yang tidak mereka sukai adalah Wahhabi.

Wahhabi merupakan istilah yang diberikan oleh saudara kandung Muhammad bin Abdul Wahhab  yang bernama Sulaiman ibn Abdul Wahhab. Istilah ini tercantum dalam judul buku Shawaiq yang disusun oleh Sulaiman, buku yang menjelaskan diantaranya bahwa mereka, ibn Abdul Wahhab,  adalah keturunan Dzul Khuwaishirah yang mana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan tentang mereka bahwasanya nanti keluar dari mereka kaum yang keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya.

Tegaknya gerakan wahabi tidak terlepas dari perjuangan dari keluarga Saudi. Ibn Saud berjuang dengan pedang menegakkan ajaran tauhid memerangi “kemusyrikan” umat islam di jazirah arabia. Kurang lebih 400.000 muslimin di arabia terbunuh atau terluka oleh gerakan wahabi dan sekian juta lainnya mengungsi dari Arabia (Sindi, Britain and the Rise of Wahhabism and the House of Saud).
Semenjak tahun 1745 M, telah dilakukan beberapa usaha pendirian kerajaan Saudi. Kerajaan Saudi I berhasil didirikan oleh Muhammad Ibn Saud untuk menyebarkan dakwah muwahidun yang diajarkan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab. Namun  usaha itu dipadamkan oleh pasukan Ibrahim Pasha dari mesir dalam perang Ottoman-Saudi  tahun 1811-1818 M. Kota Dir’iyah dihancurluluhkan oleh pasukan mesir, dan seluruh tokoh wahabi ditangkap dan sebagian dibunuh

Kerajaan Saudi II didirikan oleh Turki bin Abdullah Al Saud pada tahun 1819, dan kembali dihancurkan oleh keamiran Rashidi yang didukung oleh kekhalifahan Turki pada tahun 1891 M dalam perang Mulayda. Seluruh keluarga  Abdul Rahman Ibn Faisal Al-Saud dan sekutunya terpaksa melarikan diri keluar dari Najd, tidak tersisa sedikitpun.

Perjuangan-perjuangan itu terus berlanjut  hingga Abdul Aziz ibn Saud  berhasil mendirikan cikal bakal negara Saudi Arabia pada tahun 1902 M. Kerajaan itu terus berkembang di jazirah arabia hingga berhasil menguasai tanah Hijaz termasuk Makkah dan Madinah, dua kota suci Islam. Kerajaan itu mendapatkan pengakuan dari kerajaan Inggris sebagaimana tercantum dalam traktat Jeddah tahun 1927 M. Termasuk yang disebutkan dalam traktat itu adalah penetapan batas kerajaan Najd-Hijaz dengan Trans Jordan oleh Inggris, serta Inggris setuju untuk menjual persenjataan kepada kerajaan Najd-Hijaz. Pada tahun 1932 M kerajaan Najd dan Hijaz berubah nama menjadi kerajaan Saudi Arabia.

Ajaran tauhid wahabi bertumpu pada takwil tauhid berdasarkan kejahilan yang merupakan half truth dari ajaran nabi. Sebagian ajaran tauhid dari rasulullah SAW diajarkan dan sebagian ditolak. Sebagian sangat ditekankan hingga titik ekstrim, diantaranya masalah ibadah murni hanya kepada Allah SWT.  Mereka menyatakan diri sebagai kaum muwahidun, walaupun sebenarnya tidak mengenal parameter kemurnian ibadah. Sikap ekstrim itu memunculkan kebanggaan bagi para pengikutnya. Sampai di titik itulah puncak tauhid yang mereka ajarkan. Masalah kemurnian dalam beribadah dan seterusnya menjadi ajaran yang tidak  mempunyai dasar dari rasulullah SAW, malah digunakan intihal secara bathil menyerang pihak-pihak lain dari kalangan muslim.

Konsepsi pengenalan diri sesuai dengan ketetapan (qadla) Allah sebelum penciptaan manusia di bumi tidak pernah menjadi tema yang penting atau bahkan cenderung ditolak oleh wahabi. Tanpa konsepsi pengenalan diri, agama seseorang hanyalah sebuah waham yang mungkin dipengaruhi  syaitan. Hanya dengan agama yang benar Allah akan menjadi raja dalam hari-hari kehidupan seseorang, sesuai dengan ayat dalam surat alfatihah. Sedangkan yang dimaksud sebagai  agama adalah pelaksanaan fitrah Allah yang telah digariskan bagi manusia, sebagaimana ayat  berikut : 

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama; (yaitu) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang tegak; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Ar-Ruum :30)

Mengabaikan konsepsi pengenalan diri menunjukkan bahwa seseorang tidak mempunyai pengetahuan. Rukun iman yang paling menyentuh manusia adalah pengenalan terhadap qadla dan qadar diri, rukun yang berbeda dengan rukun iman lain. Qadla seseorang terletak dalam dirinya, sedangkan rukun iman yang lain berada di luar diri. Pengenalan seseorang akan dirinya sendiri adalah sebuah bukti bagi diri seseorang tentang terangnya iman, bukan iman teori atau iman yang dipaksakan, dan hal itu sebuah pertanda bahwa dirinya mulai mengenal agama untuk menuju Allah. Sebelum mengenal fitrah diri, seseorang tidak mempunyai tolok ukur perjalannya menuju Allah, dan tugas dirinya adalah berhijrah untuk menemukan agama. Sebuah tanda bahwa seseorang mempunyai pengetahuan tentang agama adalah pengenalannya tentang dirinya sendiri. Sekian banyak riwayat dan kisah tentang alquran dan sunnah tidaklah menunjukkan bahwa seseorang berilmu. Panutan bagi segenap makhluk di semesta alam adalah seorang nabi  Ummi, yang tidak memiliki banyak sumber kisah kecuali kebenaran, namun beliau lah makhluk yang paling berilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar