Pencarian

Selasa, 14 Maret 2017

Ilmu : Kumpulan Dalil dan Komentar

PENGERTIAN ILMU


Ilmu dalam terminologi alquran merupakan pengetahuan yang diberikan kepada seseorang agar mengenal alhaq (kebenaran) yang datang dari tuhan, kemudian bertambahlah keimanan mereka dengan kebenaran (alhaq) itu dan hatinya menjadi tunduk kepada-Nya.
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, mengetahui bahwasanya itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dengannya dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah benar-benar memberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS 22:54)
Fungsi dari ilmu adalah agar orang yang diberi ilmu melihat bahwa apa yang diturunkan dari Tuhan itu adalah kebenaran, dan mengetahui bahwa wahyu itu benar-benar petunjuk yang  akan membimbing manusia kepada jalan  yang lurus.
Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa (wahyu) yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah kebenaran (al-haq) dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.(QS 34 :6)
Dalam terminologi alquran, tidak  sembarang pengetahuan masuk dalam kategori ilmu. Pengetahuan yang diperoleh dari hafalan kitab, atau cerita dari orang lain, belum termasuk dalam kategori ilmu tetapi termasuk riwayat, sebagaimana ayat 113 surat albaqarah.

ORANG-ORANG YANG MEMPEROLEH ILMU 


Ilmu akan diberikan kepada orang-orang yang adil dalam setiap generasi. Orang yang adil akan selalu berusaha menempatkan pengetahuan sesuai dengan tempatnya, dan merasa tidak nyaman dengan pengetahuan yang tidak berada pada tempatnya. Karena itu, kumpulan pengetahuan bagi seorang yang adil akan membentuk ilmu yang mengantarkan pemahaman bahwa segala sesuatu membawa alhaq yang diturunkan dari tuhannya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Ilmu  ini akan dibawa oleh orang-orang adil dari setiap generasi. Mereka akan meluruskan perubahan orang-orang yang melampaui batas, ta’wil orang-orang jahil, dan pemalsuan (intihaal) orang-orang bathil. Maka jalannya Ilmu ini hanyalah dengan jalan oleh orang-orang yang memiliki jalan dan sifat seperti itu” [Al-Jaami’ li-Akhlaqir-Raawi wa Adabis-Saami’ oleh Al-Khathib Al-Baghdadi 1/129].
Dalam setiap generasi, akan muncul orang-orang yang melampaui batas dalam beragama yang mengubah-ubah pengertian yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan kepada nabi, orang-orang jahil yang mentakwil petunjuk-petunjuk  agama, dan orang-orang bathil yang memaksakan pengertiannya atas petunjuk secara bathil. Karena itulah manusia harus mengikuti kitab suci dan tidak dibolehkan terus mengikuti perkataan orang kebanyakan tanpa ilmu, sekalipun nenek moyang mereka.
Ilmu hanya akan dibawa oleh orang-orang yang adil dalam beragama, tidak berlebih-lebihan, tidak jahil dan tidak bathil. Orang-orang adil inilah yang akan meluruskan seluruh penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia.

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Ilmu yang diberikan kepada seseorang akan mengantarnya mengenal al-haq dan menjadikannya mengerti kehendak-Nya bagi dirinya. Karena faham amal shalih yang harus dikerjakan, maka orang yang akan diberi pengetahuan akan diberi derajat yang lebih tinggi.
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58:11) 
Ilmu tidak ditunjukkan oleh banyaknya riwayat yang bisa dilakukan seseorang, tetapi ditunjukkan oleh rasa takut (khasyah) kepada Allah SWT. Hafalan dan cerita yang diperoleh seseorang akan tersusun menjadi ilmu apabila dirinya bersikap adil,  ditandai dengan bertambahnya khasyah kepada Allah. Bila tidak bersikap adil, ilmu tidak akan terbangun begitu pula khasyah.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata “Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi pokok dari ilmu adalah khasyah/rasa takut -kepada Allah-.” ( al-Fawa’id )
Ilmu  bersifat menyatu (inheren) dalam diri seseorang, tidak diwariskan berdasarkan riwayat. Kitab yang diturunkan Allah SWT akan terus selalu ada di antara manusia kecuali dunia ini akan kiamat, tetapi orang-orang yang mendapatkan ilmu dari kitabullah hanyalah ulama. Ketika seorang ulama meninggal, maka ilmunya akan terangkat bersama kematiannya, tidak diwariskan.
Sesungguhnya Allah tidak mencabut suatu ilmu secara sekaligus setelah dianugrahkan kepadamu. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mencabutnya dari manusia dengan mewafatkan para ulama berserta ilmunya. Maka yang tersisa hanyalah orang-orang jahil.  Apabila mereka dimintai fatwa maka mereka memberi fatwa menurut pendapat mereka sendiri. Maka mereka sesat dan menyesatkan" [Hadits Riwayat Al-Bukhari dalam Kitab Al-I'tisham bil Kitab wa Sunnah 8/282. Hadits ini diriwayatkan juga dengan lafal yang berbeda oleh Imam Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Daud]
Orang-orang yang ditinggalkan oleh ulama akan mendapatkan ilmu sesuai dengan sifat adil masing-masing. Sekalipun banyak riwayat yang diperoleh dari seseorang, hal itu tidak menunjukkan bahwa dirinya telah berilmu.

ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ILMU


Hati seseorang yang terbuka pasti akan dapat merasakan kebaikan dari ilmu. Apabila hati seseorang tertutup, maka ilmu  tidak akan dapat menyentuh hatinya, sekalipun ilmu itu disampaikan oleh nabi SAW. Ketertutupan hati seseorang disebabkan karena mereka mengikut hawa nafsu.
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan: "Apakah yang dikatakannya tadi?" Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.( QS 47:16)
Orang yang memperturutkan hawa nafsu merupakan orang-orang yang bodoh, sekalipun bisa bercerita banyak riwayat, atau bahkan bila pernah mendapatkan ilmu yang diberikan tuhannya, karena boleh jadi Allah membiarkannya sesat di atas ilmu yang diberikan.
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat di atas ilmu dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?(QS 45:23)
Orang yang memperturutkan hawa nafsu adalah orang-orang kecil (Ashaaghir) dan orang-orang yang jelek. Mencari ilmu dari orang-orang ashaghir akan membuat suatu kaum binasa. Untuk mendapatkan ilmu yang mengantar suatu kaum menuju kebaikan, manusia harus mencari ilmu dari akaabir, yaitu orang-orang yang memiliki ilmu karena keadilan yang tegak dalam dirinya.
Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ’anhu berkata : ”Senantiasa umat manusia dalam kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari para akaaabir (yaitu ahli ilmu) mereka,. Jika mereka mengambil ilmu dari ashaaghir (orang-orang kecil) dan orang-orang jelek di antara mereka, niscara mereka akan binasa” [Jaami’ Baayanil-’Ilmi wa Fadhlihi oleh Ibnu ’Abdil-Barr Al-Andalusy hal. 112; Maktabah Al-Misykah].
Umat manusia tidak akan pernah kehabisan ulama yang dapat mengajarkan ilmu. Allah akan senantiasa mengutus orang yang akan memperbaharui agama dalam setiap seratus tahun. Mereka adalah para  utusan Allah bagi umat rasulullah SAW.
dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini pada tiap-tiap seratus tahun orang yang memperbaharui agama mereka (HR. Abu Dawud (no. 4291), al-Hakim (no. 8592), dan ath-Thabarani dalam “al-Mu’jamul ausath” (no. 6527))
Alquran telah diberikan kepada manusia yang memberi peringatan dan arah untuk kembali kepada tuhan. Apabila manusia memikirkan alquran dengan jujur, niscaya dirinya akan menemukan orang yang bisa membimbingnya.

KEADAAN UMAT DI AKHIR ZAMAN


Walaupun selalu mengutus pembaharu, namun akan datang kepada umat islam suatu zaman dimana umat islam lebih banyak mengikuti orang-orang bodoh daripada orang-orang yang berilmu. Manusia akan mengangkat makhluk-makhluk yang paling buruk di kolong langit sebagai ulama, yang keluar dari mulut-mulut ulama itu fitnah-fitnah yang kembali kepada mereka.
 “Satu zaman akan datang kepada kaumku, tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya, mesjid-mesjid mereka indah dan ramai  tetapi kosong dari petunjuk. Ulama (‘alim-‘alim) mereka seburuk-buruk makhluk di kolong langit, dari mulut mereka keluar fitnah-fitnah yang akan kembali kepada mereka”( HR. Al Baihaqy, Syu’ab-ul-iman).
Seburuk-buruk makhluk di kolong langit adalah kaum khawarij, yaitu kaum yang membaca alquran tetapi tidak melampaui kerongkongan mereka. Ibadah mereka membuat para shahabat nabi berkecil hati tetapi mereka keluar dari Islam (Khawarij) sebagaimana terlepasnya anak panah dari busurnya. Mereka selalu ada dari generasi ke generasi, hingga dajjal muncul dari kalangan khawarij. Mereka bukan kaum yang saat ini telah hilang dari muka bumi.
“Akan muncul suatu kelompok yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak melampaui  kerongkongan mereka. Setiap kali muncul, mereka dibasmi habis hingga keluar dalam pasukan besar mereka Dajjal.” (HR. Ibnu Majah 174)
"dari Abu Umamah Al-Bahili r.a berkata : Mereka (khawarij) adalah anjing-anjing neraka, seburuk-buruknya makhluk yang terbunuh di kolong langit, sedang sebaik-baiknya makhluk yang terbunuh adalah yang dibunuh oleh mereka." [HR. At-Tirmidzi (3000), Ibnu Majah (176), Ahmad (V/253).

Dari mulut para ulama mereka-lah keluar fitnah-fitnah yang menimpa umat islam, sedangkan fitnah itu menunjukkan keadaan diri mereka sendiri. Dari mulut mereka keluar tuduhan khawarij terhadap sebagian kaum yang lain dari umat islam, kaum fulan bukan islam, dan tuduhan-tuduhan lain terhadap umat islam selain kelompok mereka,  maka sebenarnya tuduhan itu pasti kembali kepada salah satu di antara yang menuduh atau yang dituduh. Rasulullah SAW dengan jelas menunjukkan bahwa khawarij itu adalah kaum yang bangkit dari keturunan Dzul Khuwaisirah, dari keluarga At-tamimi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar