Pencarian

Minggu, 26 Desember 2021

Amr Allah dan Alquran

Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk berpegang teguh kepada Alquran untuk menjalankan urusan-urusan mereka yang merupakan perintah Allah. Tidak ada wahyu yang perlu diminta lagi oleh orang beriman untuk menjalankan urusan Allah bagi mereka, karena mereka telah dicukupi dengan Alquran yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Bilamana seorang yang beriman meminta untuk diturunkan kembali kepada mereka surat selain Alquran untuk urusan mereka itu, itu merupakan tanda adanya kelemahan dalam hati mereka dalam menjalankan urusan Allah.

Hal ini tidak membatasi bilamana Allah berkehendak menurunkan surat lagi, tetapi hendaknya orang beriman tidak mengharapkan diturunkannya surat selain dari yang ada dalam Alquran. Bilamana Allah menurunkan suatu surat lagi untuk permintaan mereka, niscaya itu akan menampakkan kelemahan hati mereka. Bilamana disebutkan suatu perintah berperang, niscaya orang-orang yang lemah hati akan memandang seperti pingsan karena takut mati.

Allah mempertanyakan keadaan orang-orang beriman manakala mereka tidak berpegang pada Alquran dalam menjalankan urusan-urusan Allah yang diturunkan bagi mereka. Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan untuk orang-orang yang kafir atau munafiq, tetapi untuk orang-orang beriman dalam menjalankan urusan Allah bagi mereka.

﴾۴۲﴿أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah mereka tidak menjalankan urusan Al Quran ataukah gembok-gembok itu ada dalam hati mereka? (QS Muhammad : 24)

Yang dimaksud sebagai yatadabbaruuna adalah memperhatikan sesuatu untuk menjalankan urusan. Ayat di atas mempertanyakan keadaan seseorang dalam menjalankan urusan, yaitu apakah mereka memperhatikan Alquran atau tidak untuk menjalankan urusan-Nya. Orang-orang beriman lah yang ditanya keadaannya itu. Manakala orang-orang beriman menjalankan urusan Allah tanpa berpegang kepada Alquran, sebenarnya boleh jadi ada gembok-gembok yang ada di dalam hati mereka. Itu adalah hal yang ditunjukkan Allah dalam ayat di atas. Orang-orang beriman harus menyadari hal ini.

Mengikuti Alquran untuk keshidiqan

Orang-orang beriman diperintahkan untuk memperhatikan Alquran daripada berharap adanya surat atau wahyu baru yang diturunkan Allah kepada mereka. Ini tidak membatasi adanya wahyu yang hendak Dia turunkan bagi hamba-Nya manakala Dia berkehendak, tetapi hendaknya orang-orang beriman menjadikan Alquran sebagai pokok dari apa-apa yang Allah turunkan, mentaati dan memperoleh pengetahuan yang ma’ruf dengan Alquran. Wahyu yang lain sebenarnya berfungsi menunjukkan kebenaran yang ada dalam Alquran. Wahyu lain itu palsu bila bertentangan dengan Alquran.

Bilamana ada seseorang membacakan Alquran kepada orang-orang beriman dengan benar, hendaknya mereka mentaatinya dan mencari pengetahuan tentang Allah dengan bacaan yang sampai kepada mereka. Yang dimaksud dengan perkataan yang baik (qaulun ma’rufun) adalah perkataan yang terkait dengan pengetahuan tentang Allah. Ketaatan pada Alquran dan perkataan yang baik itu akan mengantarkan seseorang untuk dapat memperoleh keshiddiqan.

﴾۱۲﴿طَاعَةٌ وَقَوْلٌ مَّعْرُوفٌ فَإِذَا عَزَمَ الْأَمْرُ فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ
(Maka hendaknya mereka) Taat dan mengucapkan perkataan yang baik. Maka apabila telah ditetapkan suatu urusan, jikalau mereka membenarkan Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS Muhammad : 21)

Ada kebenaran dalam Alquran dalam kategori shidq yang akan mengantarkan seseorang untuk dapat membenarkan Allah. Kebanyakan manusia dan makhluk lainnya tidak mencapai derajat shidq walaupun mereka mungkin tidak pernah menyalahkan Allah. Seorang yang beriman berserah diri kepada Allah, tetapi mungkin saja ia tidak mempunyai pengetahuan tentang kehendak Allah. Hal itu menunjukkan bahwa dia tidak atau belum mencapai keadaan shidq. Keadaan shidiq mensyaratkan pengetahuan yang menjadikan seseorang mengerti kebenaran dalam perintah Allah. Dengan mencari pemahaman tentang Alquran, maka seseorang akan memperoleh jalan untuk mencapai derajat shidq.

Allah menetapkan urusan bagi makhluk-Nya dalam setiap zaman. Sebagian dari urusan Alquran itu diturunkan Allah kepada hamba-Nya sesuai dengan zaman. Seluruh ketetapan urusan itu merupakan bagian dari Alquran, tidak keluar dari Alquran. Ini bukan pembatasan terhadap Allah, tetapi Allah telah membatasi urusan-Nya bagi makhluk dalam Alquran. Tidak ada urusan Allah yang hendak Dia manifestasikan bagi makhluk keluar dari batasan Alquran. Seluruh urusan Allah telah difirmankan dalam Alquran.

Bilamana Allah menetapkan suatu urusan, hendaknya mereka memperhatikan urusan itu berdasarkan Alquran. Hanya dengan memperhatikan Alquran maka seseorang dapat membenarkan urusan yang ditetapkan Allah, atau melihat selisih suatu urusan dari ketetapan Allah. Seseorang hanya bisa menilai kebenaran suatu urusan Allah dengan berdasarkan pengetahuan tentang Alquran, tidak dapat dilakukan berdasarkan perkataan seseorang. Tingkat pembenaran seseorang dengan landasan pengetahuan tentang Alquran menentukan derajat kebaikan seseorang dalam agamanya.

Abai Kepada Alquran

Tanpa landasan Alquran, ada kerusakan yang akan ditimbulkan oleh seseorang ketika menjalankan urusan Allah. Mungkin saja seseorang merasa menjalankan urusan Allah dalam suatu perkara sedangkan ia tidak menemukan petunjuk yang tepat dalam Alquran tentang urusan itu, maka urusan itu adalah urusan yang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat besar. Semakin dekat perbuatan itu dengan alam yang tinggi, semakin besar kerusakan yang dapat ditimbulkan.

Manakala seorang yang beriman mengabaikan Alquran dalam menjalankan urusan mereka, maka kerusakan lah yang ditimbulkan oleh perbuatan mereka. Mungkin kerusakan itu tidak tampak secara dzahir, hingga hanya ada dalam hati. Kadangkala Allah memberikan kekuasaan kepada orang-orang beriman, sedangkan mereka tidak memperhatikan Alquran, maka akan terwujudlah kerusakan itu di permukaan bumi. Kerusakan itu tidak lagi hanya tersimpan dalam diri mereka. Orang-orang beriman harus memperhatikan Alquran agar tidak mengalami kerusakan diri ataupun menimbulkan kerusakan di muka bumi.

﴾۲۲﴿فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan al-arham kalian? (QS Muhammad : 22)

Puncak kerusakan itu akan dialami orang beriman manakala mereka memotong-motong al-arham di antara mereka. Al-arham merupakan jalinan rahmat Allah yang diturunkan hingga mencapai alam mulkiyah. Rasulullah SAW adalah puncak al-arham bersama dengan nabi Ibrahim a.s. Ada washilah di antara para mukminin yang menghubungkan mereka hingga tersambung kepada puncak jalinan rahmat itu, dan jalinan itu menjadikan mereka termasuk dalam jalur yang mengalirkan rahmat Allah ke alam mulkiyah mereka. Termasuk dalam jalinan rahmat itu adalah pernikahan antara seseorang dengan isterinya.

Manakala terjadi perusakan terhadap jalinan Al-arham di antara orang beriman, maka itu adalah tanda terjadinya puncak kerusakan di muka bumi. Pada tingkatan atas, seseorang laki-laki mungkin dihalangi langkahnya untuk mengikuti langkah kedua uswatun hasanah menuju Allah. Pada tingkatan jasadiah, mungkin pernikahan seorang laki-laki yang shalih dengan isterinya dirusak. Kedua hal itu merupakan perbuatan yang sama walaupun berbeda bentuk. Itu merupakan contoh-contoh perbuatan memotong-motong al-arhaam di antara umat manusia. Hal-hal itu dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar di muka bumi karena berkaitan langsung dengan jalinan rahmat Allah.

Kerusakan itu akan termanifestasi lebih nyata manakala seseorang diberi kekuasaan. Namun bilamana tidak dilimpahi kekuasaan, kerusakan itu tetaplah ada. Ada gembok-gembok yang menutup sumber kebaikan yang seharusnya mengalirkan khazanah Allah melalui Alquran, dan menutupi mengalirnya rahmat Allah melalui Al-arhaam. Manakala seorang yang beriman lebih mengharapkan wahyu-wahyu lain dengan tidak memperhatikan Alquran, maka hendaknya dia menyadari bahwa mungkin sebenarnya terpasang gembok-gembok yang mengunci hati mereka dari khazanah Allah. Mereka harus menghilangkan gembok-gembok itu untuk menjalankan urusan Allah yang diturunkan kepada mereka.

Menghilangkan gembok-gembok itu dapat dilakukan dengan mentaati Alquran dan memperoleh pengetahuan yang ma’ruf dengan Alquran. Hendaknya orang beriman membangun keshiddiqan kepada Allah dengan Alquran, tidak membangun pengetahuan dengan mengharapkan wahyu-wahyu yang lain tanpa terkait dengan Alquran. Itu akan mengantarkan seseorang untuk shiddiq kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar