Pencarian

Senin, 08 Februari 2021

Mensyukuri Kehidupan di Bumi

 

Manusia diciptakan di bumi untuk menjadi pemakmurnya. Akan tetapi kehidupan yang sebenarnya bagi manusia bukanlah di bumi. Setiap manusia harus berusaha untuk kembali kepada Allah, dan kemudian bertempat tinggal di surga. Orang-orang yang selamat dalam kehidupan di bumi akan bertempat di surga, dan orang yang celaka akan bertempat di neraka karena mengikuti langkah-langkah syaitan menuju neraka.

kehidupan di bumi bagi manusia adalah sebuah fase kehidupan yang sangat menentukan perjalanannya kembali kepada Allah. Seseorang dapat berjalan hingga hadir bermi’raj di hadapan rabb-nya sebagaimana rasulullah SAW bermi’raj dalam kehidupan beliau di bumi. Tidak sedikit orang yang celaka karena tersesat dalam memanfaatkan kesempatan kehidupan di bumi. Banyak manusia yang berjalan dengan benar menuju Allah, akan tetapi harus melalui perjalanan panjang sejak dilahirkan di bumi kemudian menempuh perjalanan sangat panjang di alam barzakh dan makhsyar. Setiap orang harus berusaha dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan di bumi untuk menemukan jalannya untuk kembali kepada Allah berupa shirat al mustaqim. Shirat al mustaqim hanya dapat ditemukan dalam kehidupan di bumi, tidak di alam setelahnya kecuali nanti di surga.

Insan Sebagai Pemimpin Bahtera

Allah telah menurunkan bimbingan perjalanan manusia di bumi di antaranya dengan memerintahkan orang-orang yang memenuhi kehendak-Nya untuk membantu perjalanan manusia lainnya di bumi. Mereka menyeru umat manusia untuk kembali kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah berhasil menempuh perjalanan di daratan dan di lautan, mengerti bagaimana perjalanan kehidupan manusia harus dilalui untuk mencapai pelabuhan tujuan kehidupan yang sebenarnya.

Perjalanan kehidupan di bumi ini semisal dengan perjalanan di lautan yang berbahaya. Tanpa kapal yang memadai, seseorang tidak akan dapat menempuh perjalanan di lautan karena sangat berbahaya baik bahaya yang terlihat ataupun tidak terlihat. Sebagai gambaran permisalan ini, Allah menciptakan bumi dengan permukaan lautan jauh lebih luas daripada permukaan daratan, sehingga bilamana ada makhluk cerdas dari luar bumi melihat bumi, mungkin mereka akan mengatakan bahwa bumi adalah planet lautan. Firman Allah terkait lautan sebenarnya sangat banyak berkaitan dengan kehidupan di bumi.


﴾۲۲﴿هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّىٰ إِذَا كُنتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِم بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنجَيْتَنَا مِنْ هٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Dialah Tuhan yang memperjalankan kamu di daratan dan di lautan, sehingga (perhatikanlah) apabila kamu berada di dalam bahtera, dan ketika berlayarlah bahtera itu bersama orang-orang (yang ada di dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung, maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS Yunus : 22)

Ayat di atas ditujukan kepada orang-orang yang telah berhasil menempuh perjalanan kehidupan di bumi. Mereka adalah orang-orang yang mengerti tujuan kehidupan manusia di daratan dan lautan bumi, dan diperintahkan untuk memimpin bahtera untuk mengangkut umatnya menyeberangi kehidupan di lautan bumi menuju pelabuhan tujuan yang ditentukan bagi mereka agar menemukan jalan aman sentausa dalam pijakan yang baik tanpa tenggelam.

Pemimpin bahtera itu harus mengerti bahwa perjalanan di lautan tidaklah selalu mudah, tetapi seringkali dihadang badai dari segenap penjuru yang membuat para penumpang takut, dan kadang badai dapat menenggelamkan bahtera yang dipimpinnya bila bahtera itu tidak dipersiapkan dengan baik. Badai semacam ini akan datang manakala umatnya berbangga dengan perjalanan mereka yang terasa baik. Allah hendak membersihkan hati umat yang dipimpinnya agar mengerti kehidupan yang ikhlas menuju Allah. Sebagian akan mengerti arti keikhlasan karena badai itu, dan sebagian akan kembali berbuat menyakiti orang lain setelah melalui badai yang telah membersihkan hati mereka.

Pemimpin bahtera diingatkan, atau diperintahkan secara halus untuk memperhatikan bahtera dan orang-orang yang ikut bersama dalam bahteranya. Mereka adalah orang-orang yang akan diajari untuk menjadi ikhlas dengan badai yang menerjang bahteranya. Bagi pemimpin bahtera, hendaknya diperhatikan bahwa bukan tidak mungkin mereka akan celaka karena badai itu bila pemimpin bahtera tidak mengarahkan mereka untuk bertindak dengan tepat. Tanggung jawab pemimpin bahtera adalah menyelamatkan bahteranya dalam badai, dan berusaha mengarahkan para penumpang dalam badai. Bukan tidak mungkin pemimpin bahtera melihat bahwa bahteranya akan berantakan, karenanya ia harus memperhatikan penyelamatan yang harus dilakukan. Pengikutnya bisa celaka dalam badai itu bilamana bahteranya tidak kokoh untuk menerjang badai, dan ia akan diminta pertanggungjawaban.

Orang-orang yang ikut dalam bahtera untuk mencari kebenaran dan berbuat menurut kebenaran akan mengerti bahwa Allah mempunyai kehendak untuk dikenal melalui keikhlasan, sedangkan sebagian orang hanya kembali kepada Allah ketika badai menimpa. Pemimpin bahtera hendaknya membimbing agar pengikutnya bersikap hanif untuk mengerti kebenaran dan keikhlasan baik dalam keadaan lapang maupun sempit, tidak cuma kembali kepada Allah hanya ketika badai menerpa. Itu adalah modal yang penting untuk melampaui badai dengan hasil yang baik, tidak sia-sia.

Mempersiapkan Bahtera

Perjalanan yang baik harus dimulai sejak awal perjalanan. Seseorang dikatakan layak menjadi nakhoda bila dirinya telah memperoleh dan memahami buku panduan untuk kapal yang harus dipimpinnya. Selain itu, dirinya harus menguasai peta dan keadaan pelayaran yang harus ditempuhnya. Itu adalah pendahuluan sebelum dirinya memimpin kapal di lautan. Pemahaman itu harus diperiksa benar-benar bahwa pengetahuannya bersesuaian dengan kapalnya. Kapal yang dimasuki haruslah kapal yang benar, bukan kapal yang diperuntukkan bagi orang lain, atau menyeret kapal orang lain. Buku panduan yang dimilikinya tidak akan bermanfaat banyak bila dirinya memasuki atau menyeret kapal yang salah.

Setelah memeriksa kapal, seorang nakhoda harus memasuki kabin nakhoda untuk dapat memimpin pelayaran bahtera. Di kabin itu, terdapat seluruh panel-panel meter yang diperlukan untuk mengetahui seluruh informasi yang diperlukan, baik informasi tentang kapalnya ataupun informasi tentang pelayarannya, dan terdapat sarana-sarana yang memadai untuk mengendalikan kapalnya. Dirinya harus dapat mengelola dan mengendalikan seluruh kegiatan dan pergerakan kapal dari kabin nakhoda. Bagi seseorang yang diperintahkan Allah untuk memimpin bahtera, kabin nakhoda itu adalah bait yang diijinkan Allah untuk disebut dan ditinggikan asma-Nya di dalamnya.

Rumah tangga seorang pemimpin bahtera Allah harus terlebih dahulu dibentuk untuk menjadi bait tersebut. Pemimpin bahtera dan istrinya dapat diibaratkan sebagai nakhoda dan kabin nakhoda. Indikator-indikator yang diperlukan harus dapat dibaca oleh pemimpin bahtera dari istrinya, dan istri harus bersifat sebagai wanita ahli surga yang mawaddah tanggap terhadap harapan suaminya, dan subur terhadap perintah-perintah suaminya sehingga suaminya dapat terhubung dengan kapalnya.

Kadangkala ditemukan bahwa kabin nakhoda itu tidak terhubung dengan kapalnya. Nakhoda mungkin saja tidak dapat mengakses kapal dari kabin nakhoda, walaupun semua panel dan ruang kabin berfungsi dengan baik. Mesin, kemudi, para mualim dan anak buah kapal, serta para penumpang mungkin saja tidak dapat terhubung dengan nakhoda di kabinnya. Hal demikian harus diperiksa, dikenali dan dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum kapal benar-benar berlayar di lautan, tidak boleh terburu-buru ingin segera menempuh pelayaran. Hal ini seringkali terjadi karena syaitan memisahkan isteri dari suaminya.

Istri harus berusaha menjadi sumber informasi dari Allah bagi suaminya. Hal ini tidak selalu bisa dilakukan dengan baik oleh seorang isteri, karena itu seorang suami harus bisa membaca simpangan yang ditunjukkan oleh istrinya. Nakhoda harus berusaha mengenali dengan baik simpangan yang ditunjukkan oleh indikator di kabinnya. Panel indikator di kabin nakhoda bukanlah layar televisi yang menyediakan hiburan menyenangkan, tetapi panel yang memberikan pengetahuan dan peringatan bagi nakhoda. Dalam kasus pasangan seorang perempuan khabitsah dengan seorang laki-laki thayyib, bisa jadi seorang isteri hanya menjadi ujian bagi suaminya tidak menunjukkan indikasi yang membawa pengetahuan. Misalnya ukuran kebaikan bagi isteri khabitsah mungkin akan diukur berdasarkan harta yang dikumpulkan, sedangkan yang diinginkan suaminya adalah ukuran banyaknya shadaqah yang diberikan. Bila terjadi demikian, panel indikator itu benar-benar menyimpang dan nakhoda harus mengenali seberapa banyak penyimpangan itu terjadi. Penyimpangan itu tidak terjadi bila pasangan suami isteri itu berhasil membangun al-arham di dalam rumah tangga mereka.

Bait Sebagai Ruang Nakhoda

Ruang kabin yang baik dalam wujud bait harus dibangun sejak awal mula memilih pasangan. Seorang laki-laki yang baik (thayib) hanya boleh menikah dengan perempuan yang baik (thayyibah), dan seorang laki-laki yang buruk (khabits) hanya boleh menikah dengan perempuan yang buruk (khabitsah). Demikian pula sebaliknya, perempuan hanya dinikahkan dengan laki-laki dalam kualifikasi yang setara, thayyib maupun khabits.



﴾۶۲﴿الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولٰئِكَ مُبَرَّؤُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ


Wanita-wanita yang buruk adalah untuk laki-laki yang buruk, dan laki-laki yang buruk adalah buat wanita-wanita yang buruk, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik. Mereka itu bersih dari apa yang mereka katakan. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (QS An-Nuur : 26).

Ini adalah ketentuan bagi orang beriman, baik yang thayyib maupun yang khabits, sebagai ketentuan dasar karena mencakup seluruh orang beriman. Orang thayyib maupun khabits keduanya termasuk dalam kategori orang beriman. Seorang yang thayib adalah orang yang peduli dengan kehendak Allah, sedangkan khabits adalah orang yang perhatiannya cenderung kepada dunia. Perbedaan antara khabits dan thayyib seringkali dapat dilihat dari cara penyikapan masalah. Orang khabits cenderung memunculkan masalah di antara orang beriman, atau membesar-besarkan masalah di antara orang beriman. Seorang yang thayyib menginginkan perbaikan masalah, sedangkan yang khabits akan cenderung mempermasalahkan hal yang bisa diperbaikinya.

Laki-laki dan perempuan yang thayyib tidak boleh menikah atau dinikahkan dengan jodoh yang khabits. Pelanggaran terhadap ketentuan itu akan menimbulkan banyak madlarat bagi pasangan itu dan orang-orang yang di dekatnya. Pertimbangan praktis ataupun pertimbangan petunjuk melalui hati tidak boleh mengalahkan ketentuan thayib dan khabits dalam ayat alquran ini, karena akan menimbulkan masalah yang banyak.

Seorang laki-laki thayyib yang menerima petunjuk di hati tentang jodoh yang dinilainya khabitsah tidak boleh menjalani petunjuk itu hingga mengetahui bahwa perempuan itu perempuan thayyibah. Demikian pula seorang perempuan thayyibah tidak boleh menerima laki-laki yang dalam pandangannya seorang yang khabits, hingga diketahuinya bahwa laki-laki itu adalah seorang laki-laki yang thayyib. Demikian pula para wali tidak boleh menikahkan seorang laki-laki dengan perempuan yang berbeda kualifikasi, dan harus memberitahu kepada anak walinya tentang ketidaksesuaian yang dilihatnya. Petunjuk ke dalam hati atau pertimbangan jasadiah lain tidak boleh mengalahkan ketentuan dasar dalam ayat ini.

Seseorang yang mempunyai kecenderungan lebih kuat terhadap dunia harus berusaha mencari jodoh yang kecenderungannya sepadan dengan dirinya. Jodoh yang lebih thayyib dari dirinya akan menjadi penghalang bagi keinginannya dan pada akhirnya akan menjadi ujian baginya. Allah akan memperlakukan rumah tangganya dalam dua format yang berbeda. Tidak akan terbentuk rumah yang nyaman bagi dirinya bila menikah dengan orang yang kualifikasinya lebih baik dari dirinya. Ketentuan thayyib dan khabits ini pada dasarnya ditujukan bagi orang yang thayyib maupun yang khabits agar memilih jodohnya dengan kualifikasi yang sama, tetapi Alquran menerangkan dengan redaksi yang demikian agar masing-masing memperhatikan bagiannya.

Rezeki yang mulia akan muncul bila sepasang laki-laki dan perempuan menikah berdasarkan keinginan mengenal dan menjalankan kehendak Allah. Ini adalah kethayyiban dalam perjodohan. Bila keinginannya benar-benar murni untuk menemukan dan menjalankan kehendak Allah, seseorang bisa menemukan jodoh yang diciptakan dari jiwanya dengan cara itu, yaitu menentukan pernikahannya berdasarkan kriteria ayat thayyib dan khabits ini. Jodoh dari jiwa tidak selalu diperoleh atau muncul dalam petunjuk berupa penglihatan hati, dan sebaliknya tidak semua penglihatan hati menunjukkan jodoh dari jiwa. Dalam hal petunjuk ke dalam hati, setiap orang harus berusaha mewujudkan petunjuk itu bila itu petunjuk yang benar, dan kualifikasi thayib atau khabitsnya memenuhi ketentuan, tanpa perlu berpikir atau mempertimbangkan apakah itu petunjuk jodoh dari jiwanya atau bukan.

Berbagai bentuk perjodohan dapat terjadi, dan pernikahan yang dipilih akan memunculkan berbagai bentuk rezeki. Dalam adat dan bahasa lain, kadang ditemukan klasifikasi rezeki yang muncul dari pernikahan yang dipilih. Misalnya bagi pernikahan yang terbaik, ada ungkapan klasifikasi rezekinya sebagai lumbung wutah, yang berarti gudang yang meluber. Ini merupakan ungkapan lain dari rezeki yang mulia yang disebutkan ayat di atas.

Jodoh yang diciptakan dari jiwa sendiri inilah yang akan dapat membentuk kabin komando yang paling baik bagi pemimpin bahtera. Kabin semacam itu memberikan informasi dan sarana terbaik bilamana seseorang dikehendaki Allah untuk memimpin bahtera bagi umat. Tentu hal ini hanya akan terbentuk bila suami isteri tersebut berusaha mewujudkan bait yang baik. Syaitan sangat ingin menghancurkan terbentuknya bait semacam ini, bahkan bilamana dirinya harus berkorban perasaan iri dan dengki menjadikan seorang manusia mengenal pohon thayyibah dirinya sebagaimana dahulu dilakukannya kepada Adam a.s. Setiap orang baik laki-laki dan perempuan harus selalu waspada dengan selalu bermohon kepada Allah dan memenuhi ketetapan bagi dirinya tentang shirat al mustaqimnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar