Pencarian

Senin, 18 Januari 2021

Penyatuan Jiwa dan Raga dalam Ibadah

Perjalanan seseorang dalam ubudiyah harus dimulai dengan perjalanan penyatuan jiwa dan raga dalam beribadah kepada Allah. Jiwa manusia yang disebut nafs wahidah merupakan entitas yang membawa barakah dari Allah karena musyahadahnya sebelum diturunkan ke bumi. Nafs wahidah tidaklah sama dengan kecerdasan manusia yang berada di tingkat jasadiah. Raga manusia merupakan entitas tatanan bumi yang thayyib dan dapat memperoleh ampunan Allah bagi kesalahan-kesalahannya. Istilah thayyib menunjukkan adanya pemberian kemampuan untuk mengenal kehendak Allah. Dengan penyatuan kedua entitas dalam sebuah diri itulah seseorang dapat beribadah kepada Allah dengan sesungguhnya.

 

Keikhlasan akan membangkitkan sikap ubudiyah yang benar dalam diri seseorang. Allah akan memberikan petunjuk kepada hambanya yang ingin mengenal kebenaran, agar ia dapat berjalan menyatukan yang terserak dari dirinya, mendekati jalan yang ditentukan baginya hingga dapat berjalan padanya. Dengan demikian ia dapat mengenal jalan ubudiyahnya dengan benar. Tanpa ada keikhlasan, petunjuk semacam ini mungkin tidak muncul, dapat hilang dan berganti dengan petunjuk semata-mata untuk dirinya sendiri yang bebas tidak terikat pada arah perjalanan yang benar. Itu merupakan implikasi sikap tidak berkeinginan bersembah kepada Allah, atau implikasi penyembahan diri sendiri tidak menuju Allah. Petunjuk-petunjuk dapat menyesatkan manusia bila tidak dilandasi sikap ikhlash.

 

﴾۸۱﴿وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ
Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang dzahir dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman (QS Saba’ : 18)

 

Ayat di atas berlatar cerita tentang negeri Saba’ yang dipimpin oleh seorang perempuan ratu Bilqis dan negeri Syam yang dipimpin oleh nabi Sulaiman a.s. Negeri Saba’ dikendalikan berdasarkan tatanan gerakan matahari, sedangkan negeri Syam diatur berdasarkan kehendak-kehendak Allah. Sebenarnya ayat itu tidak hanya bercerita tentang negeri Saba’ dan Syam. Ayat itu juga menceritakan gambaran hubungan jiwa dan raga yang terdapat dalam diri manusia. Ada dua negeri dalam diri seorang manusia, salah satunya adalah negeri dimana dirinya tinggal yaitu raganya, dan yang lain adalah negeri yang dilimpahi berkah Allah yaitu nafs wahidah. Nafs wahidah itu adalah aspek laki-laki seorang manusia, dan raga itu adalah aspek perempuannya. Setiap orang harus berusaha menyatukan kedua negeri itu untuk mencapai ibadah yang sesungguhnya kepada Allah.

 

Negeri yang diberi berkah Allah itu, yaitu nafs wahidah, adalah negeri yang jauh tidak terjangkau dalam pandangan manusia. Maha suci Allah yang menjadikan negeri-negeri antara yang memudahkan perjalanan setiap orang untuk mencapai negeri yang diberi berkah. Negeri-negeri antara itu adalah negeri yang tampak bagi pandangan manusia, sehingga seseorang dapat menempuh perjalanan dengan lebih mudah untuk semakin dekat dengan negeri yang diberkahi. 

 

Negeri-negeri antara itu adalah tahapan-tahapan yang ditunjukkan Allah kepada hamba-hamba yang memiliki keikhlasan untuk beribadah kepada-Nya. Itu adalah petunjuk-petunjuk yang diturunkan Allah bagi hamba yang ingin mengenal kebenaran, berupa petunjuk yang dekat yang harus dilaksanakan seorang hamba dalam kehidupannya. Untuk mendapatkan petunjuk demikian, setiap orang harus memiliki hati yang ikhlash, yaitu mengarahkan pandangannya untuk menuju Allah, tidak mengarahkan pandangan ke tujuan yang lain. Allah tidak akan menampakkan negeri-negeri antara itu kepada hamba yang tidak memiliki dasar keikhlasan, atau hamba yang kemudian memalingkan pandangannya ke arah yang tidak ditunjukkan Allah.

Sabar dan Syukur Dalam Setiap Tahapan

Seorang laki-laki akan berhadapan dengan berbagai problematika di masyarakat, dan di rumah tangga. Hal itu harus dibaca berdasarkan petunjuk-petunjuk Alquran dan sunnah rasulullah SAW agar seseorang dapat melihat berbagai masalah itu sebagai petunjuk yang dekat dari Allah. Itu akan mengantarkan seseorang untuk mengenal nafs wahidah dirinya. Kadangkala seseorang mendapatkan petunjuk dalam jiwanya sebagai petunjuk dari Allah. Seseorang harus berusaha mendapatkan hubungan petunjuk itu dengan kitabullah agar dapat memahami petunjuk dengan benar, tidak melayang sebagai dzann tanpa terhubung dengan kebenaran. Seorang laki-laki harus terlebih dahulu mengenali kebenaran berdasarkan alquran, hadits-hadits rasulullah SAW dan sumber-sumber kebenaran lain sebelum akhirnya dapat mengerti petunjuk yang benar untuk mengenali nafs wahidah.

 

Ini merupakan indikasi ketakwaan dalam ibadah, dan bahwa seseorang tidak menyembah diri sendiri. Pengenalan terhadap kebenaran berfokus pada sumber kebenaran tidak berfokus pada diri sendiri. Dalam tataran praktis, seseorang harus mengenali kebenaran kitabullah sebelum membaca petunjuk lain. Hal ini tidak berarti seseorang boleh mengabaikan atau membuang petunjuk yang turun dalam hatinya, hanya saja boleh jadi petunjuk itu akan dibaca dengan salah tanpa panduan kitabullah. Secara wujud, pengetahuan seorang laki-laki tentang kehendak Allah terlihat menyatu dengan pengetahuan tentang diri sendiri, tetapi Allah akan menguji keikhlasan seorang hamba dan menampakkannya, apakah ubudiyah seorang hamba ikhlas untuk Allah atau penyembahannya adalah pada diri sendiri dalam selubung kebenaran. Setiap orang harus membangun jiwa ubudiyah bagi sumber kebenaran haqiqi, tidak terjebak dalam penyembahan terhadap diri sendiri.

 

Gambaran negeri yang dekat itu lebih jelas ditunjukkan dalam hubungan antara seorang istri terhadap suaminya. Seorang suami adalah pembawa nafs wahidah bagi istrinya. Bagi istri, raga suaminya dan jiwanya (istri) sendiri, adalah negeri antara yang menjadi jalan untuk mengenal nafs wahidah yang membawa barakah. Seorang istri harus memperhatikan pertumbuhan jiwanya dalam sifat-sifat Ar-rahiim dengan memperhatikan urusan suaminya, sebagai jalan agar wanita itu mengenal nafs wahidah dirinya. Dengan cara demikian, seorang istri akan tumbuh sebagai wanita ahli surga, yaitu wanita yang penuh mawaddah, subur bagi suaminya dan selalu ingin kembali kepada suaminya.

 

Seorang istri yang baik akan banyak mendapatkan petunjuk tentang suaminya, dan seorang perempuan lajang akan memperoleh petunjuk tentang calon suaminya. Itu adalah wujud negeri yang dekat bagi seorang perempuan untuk mencapai negeri yang memperoleh barakah. Seorang perempuan tidak boleh berpaling dengan keinginannya sendiri dari petunjuk yang diberikan dan memilih jalan lain. Hal ini sama dengan sikap seorang laki-laki yang mengabaikan petunjuk tentang negeri yang dekat dengan dirinya, yang menjadi jalannya mencapai negeri yang memperoleh barakah berupa nafs wahidahnya. Kadangkala seorang laki-laki mengabaikan petunjuk itu karena menganggap petunjuk itu sesuatu yang tidak terlihat hebat, dan kadangkala seorang perempuan mengabaikan suaminya atau calon suaminya karena menganggap suami atau calon suaminya itu tidak mempunyai kelebihan di matanya. Itu adalah hawa nafsu yang keliru.



﴾۹۱﴿فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Maka mereka berkata: "Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami", dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur. (QS Saba’ : 19)

Keinginan untuk terlihat hebat atau menjadi istri dari seorang laki-laki hebat adalah sumber kehancuran bagi manusia. Hal itu seringkali disertai dengan perbuatan meninggalkan petunjuk yang dekat dengan dirinya. Dengan perbuatan itu, sebenarnya mereka memilih jalan lain yang sangat jauh dan tidak akan sampai pada negeri yang memperoleh barakah, dan mereka adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri. Mungkin mereka akan menjadi perbincangan di antara manusia dengan kehebatan-kehebatan, akan tetapi Allah akan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. 

 

Setiap orang harus bersabar dan bersyukur dengan segenap keadaan dirinya, tidak melantur dalam angan-angan kehebatan yang menjerumuskan mereka pada kehancuran. Angan-angan itu akan membuat dirinya sulit untuk bersabar menerima keadaan, dan tidak bersyukur dengan petunjuk karena terlihat remeh. Setiap orang harus bersyukur dengan semua petunjuk dengan melaksanakan petunjuk dengan sebaik-baiknya, dan tidak menganggapnya sesuatu yang remeh karena tidak terlihat hebat. Dengan kesabaran dan kebersyukuran itu, seseorang akan dapat menempuh perjalanan melalui negeri-negeri yang dekat, agar sampai pada negeri yang memperoleh barakah, yaitu mengenal nafs wahidahnya.

Angan-Angan dan Tipuan Iblis

Bila seseorang mengikuti angan-angannya, maka Iblis akan menjadikannya semakin yakin dengan kebenaran semua angan-angan mereka. Maka orang-orang itu akan mengikuti langkah-langkah Iblis padahal yang mereka angan-angankan mungkin salah. Seorang laki-laki akan semakin yakin dalam mengikuti sebuah visi yang terlihat hebat sedangkan semua visi itu akan menghancurkan mereka. Seorang perempuan akan semakin melihat kehebatan dalam diri laki-laki lain yang menjadi angan-angannya, atau suami yang dipilihnya sendiri berdasarkan angan-angan dengan mengingkari petunjuk.



﴾۰۲﴿وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِّنَ الْمُؤْمِنِينَ
Dan benar-benar iblis menjadikan mereka membenarkan persangkaannya, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. (QS Saba’ : 20)

Iblis tidaklah semata-mata mendorong manusia dengan kejahatan. Mereka juga menggunakan cara menunjukkan kepada manusia potongan-potongan kebenaran untuk membengkokkan akal manusia. Hal ini sebagaimana diceritakan dalam kisah jatuhnya Adam dan Hawa dari surga. Iblis menunjukkan jati diri Adam berwujud pohon khuldi untuk menjatuhkannya dari surga. Pengenalan jati diri merupakan potongan kebenaran yang dapat digunakan iblis untuk menjatuhkan manusia agar bermaksiat kepada Allah. 

 

Efek penipuan ini sangat melenakan manusia. Perbuatan maksiat berupa kekejian akan dipandang sebagai perintah Allah dan dianggap merupakan tauladan dari para sesepuh. Muncul kekacauan dalam akal hingga cara pandangnya kadang terbalik, hingga kekejian dipandang sebagai perintah Allah. Dalam kasus seperti ini, lurusnya seseorang akan terlihat hingga pengenalan jati dirinya, sedangkan dalam perkara selanjutnya terkait agama akan dapat dibengkokkan syaitan, karena syaitan mempunyai tempat duduk pada shiratal mustaqimnya. Karena penipuan itu, seseorang akan menganggap benar, dalam kategori shiddiq, apa-apa yang sebenarnya hanya sebuah dzann (persangkaan), dan ia akan mudah terjebak mengikuti langkah syaitan.

 

Iblis akan menggunakan cara ini lagi untuk menimbulkan kerusakan yang sangat besar di muka bumi, berupa fitnah yang sangat besar. Salah satu sasaran iblis dalam penipuan ini adalah memisahkan istri dari suaminya agar timbul fitnah terbesar bagi umat manusia. Hal ini digunakan syaitan menghalangi seseorang untuk dapat melaksanakan ibadah dengan seutuhnya, dengan jiwa dan raganya. Hal ini bakal menimbulkan fitnah yang sangat besar, terbesar sepanjang sejarah keberadaan manusia.

 

Hal ini harus disadari semua pihak agar kerusakan karena fitnah syaitan dapat dikurangi. Tidak semua orang yang mengenal diri selalu berpandangan dan berbuat benar, karena bahkan syaitan dapat menjadikannya sebagai senjata merusak umat manusia. Hanya sekelompok orang mukmin yang tidak mengikuti syaitan. Pernikahan dan perjodohan harus dibina dengan sebaik-baiknya agar terwujud benteng agama untuk menghadapi fitnah syaitan. Ikatan suami istri yang terbentuk harus dibina dengan sebaik-baiknya jangan malah dirusak. Apa yang rusak dalam rumah tangga harus diperbaiki selama masih bisa diperbaiki.

 

Tidak hanya pernikahan yang bisa dan perlu diperbaiki. Perjodohan yang baik perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya, karena itu bisa menjadi setengah bagian dari agama yang akan membentengi umat manusia dari fitnah syaitan. Seseorang yang menemukan jodohnya jangan sampai tersia-siakan tidak dapat ditindaklanjuti akibat kelalaian. Seorang perempuan yang tersia-siakan dalam petunjuk perjodohannya akan kehilangan jalan ubudiyahnya yang utama, dan seorang laki-laki akan kehilangan bagian dirinya dalam agamanya. Hal itu hampir sama derajatnya dengan mencerai-beraikan jiwa, atau memisahkan paksa antara seorang suami dengan istrinya. Setiap bentuk perjodohan yang ditemukan pasangan laki-laki dan perempuan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya, tidak diputuskan secara ceroboh hanya berdasar dzann tanpa menggali dari pasangan yang bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar