Pencarian

Kamis, 14 November 2019

Ta’addud/Poligami dan Amal Shalih

Pernikahan merupakan media bagi seseorang untuk menumbuhkan pohon thayibah dalam dirinya. Seorang laki-laki adalah benih pohon thayyibah dan perempuan menjadi ladang tempat pertumbuhan jiwa suaminya. Untuk menjadi pohon thayyibah, seorang laki-laki harus menikah dengan perempuan. Pertumbuhan pohon thayyibah seorang laki-laki akan menjadikan laki-laki tersebut dapat memperoleh jalan kehidupan yang telah ditentukan baginya. Dirinya akan mengerti amal-amal yang harus dikerjakannya sebagai amal shalih. 

Amal shalih itu adalah buah-buahan yang harus dihasilkannya bagi orang lain. Dengan demikian dirinya menjadi orang yang mendapatkan nikmat Allah. Dengan menikah, dirinya akan mengerti buah yang harus dihasilkan. Hal ini bisa terjadi bila sebuah pohon tertanam pada media ladang. Tanpa media ladang, sebuah pohon akan kesulitan memperoleh bahan-bahan untuk menghasilkan buah. Hal itu adalah permisalan pernikahan. 

Untuk urusan demikianlah petunjuk jodoh dari jiwa dihadirkan. Kadang-kadang seorang laki-laki sedemikian dipaksa untuk menikah lagi dengan seorang perempuan. Surah An-Nisaa menyebutkan pernikahan ta’addud mendahului perintah menikah dengan satu perempuan. Ada urgensi tertentu menyangkut keumatan yang harus ditunaikan terkait seorang laki-laki yang menyebabkan perintah menikah ta’addud tersebut datang. 



وَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تُقۡسِطُواْ فِي ٱلۡيَتَٰمَىٰ فَٱنكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۖ فَإِنۡ خِفۡتُمۡ أَلَّا تَعۡدِلُواْ فَوَٰحِدَةً أَوۡ مَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَلَّا تَعُولُواْ ٣ [ النساء:3-]3

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku setimbang terhadap perempuan yatim, maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [An Nisa":3] 


Kadangkala seorang laki-laki harus melakukan pernikahan ta’addud. Menikah ta’addud merupakan fungsi pelaksanaan keadilan. Setiap laki-laki mempunyai amanah dari Allah yang harus ditunaikan bagi kepentingan orang lain. Untuk melaksanakan amanah tersebut, terdapat pasangan perempuan pembawa khazanah yang menjadi representasi amanahnya, yang menuntun laki-laki tersebut melaksanakan amanahnya. Jika seorang laki-laki mampu melihat khazanah seorang perempuan, dan melihat bahwa khazanah itu bagi dirinya, maka laki-laki itu dikatakan laki-laki adil. Bila tidak, seorang laki-laki belum termasuk dalam kategori adil, maka hendaknya laki-laki tersebut menikah hanya dengan satu isteri saja sebagai media untuk pertumbuhan jiwa. 

Jodoh, Rezeki dan Iman 


Perjodohan merupakan salah satu kunci dalam mencari nikmat Allah. Jodoh yang berasal dari nafs seorang laki-laki akan dapat mewujudkan wahana untuk mengantarkan laki-laki itu mencapai kedudukan sebagai orang yang diberi nikmat Allah, yaitu termasuk dalam golongan shalihin, syuhada atau shiddiqin. Setiap mukmin atau mukminat hendaknya memperhatikan calon pasangan dengan sebaik-baiknya agar menemukan jodoh yang berasal dari satu jiwa. 

Perjodohan yang tepat juga akan membuka jalan rezeki bagi pasangan yang menikah. Allah membukakan sebuah jalan rezeki tertentu bagi setiap pasangan. Jalan rezeki ini juga merupakan nikmat Allah. Perjodohan jiwa adalah gerbang nikmat Allah bagi setiap manusia, demikian pula jalan rezeki dari keberpasangan ini merupakan nikmat Allah. Jalan rezeki ini acapkali terkalahkan oleh perhitungan-perhitungan yang bathil. 


وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَجَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَزۡوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةٗ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِۚ أَفَبِٱلۡبَٰطِلِ يُؤۡمِنُونَ وَبِنِعۡمَتِ ٱللَّهِ هُمۡ يَكۡفُرُونَ ٧٢ [ النحل:72-72] 

Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jiwa kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" [An Nahl:72] 

Kadangkala jodoh yang diciptakan dari jiwa tidak sesuai dengan selera hawa nafsu seseorang. Satu sama lain tidak mau menerima pasangan jiwanya. Hal ini sebenarnya dipermasalahkan dalam beragama. Allah menyindir keimanan orang-orang yang menolak jodoh yang diciptakan dari jiwanya, atau orang yang ragu dengan rezeki untuk menikah, dengan firman-Nya : Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" [An Nahl:72] 

Mengetahui jodoh yang diciptakan dari satu jiwa tidak terjadi pada banyak orang. Orang-orang tertentu dapat mengenali jodoh dari satu jiwa melalui keimanannya. Akan tetapi hal itu tidak menjamin keimanannya, karena bisa jadi dia terpeleset karena menolak jodoh jiwanya. Orang-orang demikian hampir-hampir terjebak pada keimanan kepada hal bathil dan kufur terhadap nikmat Allah. Allah mempertanyakan keimanan orang-orang yang berbuat demikian. 

Barangkali tidak seluruh fenomena terpisahnya seseorang dengan jodoh jiwanya setelah mengetahuinya termasuk dalam kekufuran, sehingga Allah menggunakan kalimat pertanyaan. Setiap pihak harus mengevaluasi dengan sebaik-baiknya seluruh perbuatannya yang terkait dengan penolakan atas jodoh jiwanya dan memperbaiki kesalahan tersebut. Bila Allah masih berkenan memperbaiki kesalahan, boleh jadi Allah menimpakan beberapa musibah agar seseorang mau menempuh jalan yang dikehendaki-Nya. Bila Allah tidak berkenan, maka akan dibiarkan orang itu bergelimang dalam kebathilan. 

Misalnya bila seorang yang shalih yang berhasil dalam kehidupannya, dan merasa nyaman dan tenteram dengan istrinya, kemudian memperoleh berita tentang jodoh jiwanya. Hal ini mungkin membuat tidak nyaman dan laki-laki tersebut boleh jadi cenderung untuk mengabaikan berita, menduga bahwa berita itu berasal dari hawa nafsu. Jika Allah berkenan, berita itu akan diulang kembali dengan intensitas lebih kuat. Bila tidak meyakini kebenaran beritanya, boleh jadi Allah akan membuat laki-laki tersebut mengetahui secara nyata hingga jasadiah bahwa perempuan tersebut adalah jodoh jiwanya. Bila merasa berat juga, boleh jadi Allah akan menghilangkan hijab yang menutup hatinya dengan paksa sehingga jodoh jiwa itu masuk ke dalam hatinya. Misalnya bila hijabnya adalah kenyamanan berumah tangga dengan istrinya, maka Allah dapat membuat seolah-olah istrinya meninggalkan dirinya, sehingga jodoh jiwanya masuk ke dalam hatinya. Mungkin ada hukuman-hukuman atas seluruh tindakan yang dilakukan seseorang dalam menolak jodoh jiwanya, bila Allah masih berkenan mengampuninya. Bila Allah tidak berkenan atas tindakan penolakan seseorang atas jodoh jiwanya, boleh jadi Allah membiarkannya dalam kebathilan. 

Tanda-Tanda Jodoh Jiwa 


Menemukan jodoh jiwa adalah gerbang keselamatan dari kedzaliman. Hal ini terkisahkan dalam peristiwa Musa ketika memberikan minum bagi puteri Syuaib a.s di Madyan. Beberapa tanda keberjodohan jiwa dapat kita temukan pada kisah tersebut. 

فَجَآءَتۡهُ إِحۡدَىٰهُمَا تَمۡشِي عَلَى ٱسۡتِحۡيَآءٖ قَالَتۡ إِنَّ أَبِي يَدۡعُوكَ لِيَجۡزِيَكَ أَجۡرَ مَا سَقَيۡتَ لَنَاۚ فَلَمَّا جَآءَهُۥ وَقَصَّ عَلَيۡهِ ٱلۡقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفۡۖ نَجَوۡتَ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٥ [ القصص:25-25

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu untuk memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu". [Al Qasas:25] 

Seorang laki-laki pasangan jiwa adalah laki-laki yang dapat memberikan minuman pengetahuan bagi jiwa pasangannya. Seorang puteri pasangan jiwa akan datang dengan malu-malu, membawa harapan terpendam terhadap sang laki-laki untuk menumbuhkan jiwa mereka bersama-sama. Dengan kemampuan Musa memberikan minum, puteri Syuaib a.s sangat berharap agar Musa menggembalakan ternak-ternak mereka. Tentu hal ini hanya bisa terjadi bila telah terjadi interaksi atau ta’aruf antara seorang laki-laki dan perempuan. Tanpa ta’aruf, seringkali hanya prasangka yang timbul di antara seorang laki-laki dan perempuan, bukan pengenalan yang benar antara satu pihak terhadap yang lain. 

Tingkat keberpasangan jiwa antara seorang laki-laki dan perempuan dapat diukur berdasarkan nilai khazanah jiwa wanita yang dapat ditimba dan diberikan oleh seorang laki-laki kepada pasangannya. Ini merupakan parameter utama dalam mencari keberjodohan. Ada keberpasangan yang rapi dalam jodoh jiwa, dimana kemampuan laki-laki menimba khazanah akan setimbang dengan kehausan wanita akan kebenaran. Wanita yang kuat dalam keinginan mencari makna kehidupan, haus akan kebenaran, seharusnya berpasangan laki-laki yang kuat menimba khazanah pengetahuan dalam diri istrinya. Haus dan kekuatan menimba adalah hal yang sama dalam peran yang berbeda. Kemampuan menimba ilmu pada diri laki-laki tergantung ukuran timba, yang selaras dengan tingkat kehausannya. Musa yang haus kebenaran menjadi kuat dan terpercaya, harus dipasangkan dengan putri Syuaib a.s. 

Hal ini harus dimengerti oleh wali sang perempuan. Wali harus mempertimbangkan keberjodohan jiwa puterinya, dan melakukan komunikasi kepada jodoh yang puterinya cenderung kepadanya. Mekanisme penemuan jodoh harus berjalan oleh, atau setidaknya melibatkan masing-masing pasangan, sedangkan mengukur perjodohan seorang puteri dan menikahkan, termasuk menanyakan pada pihak laki-laki, harus dilakukan oleh wali karena banyak hambatan psikologis dan hawa nafsu pada perempuan. Harta, kedudukan dan keelokan acapkali memburamkan pandangan seseorang dalam mencari keberjodohan. Dewasa ini bahkan banyak manusia sangat terampil untuk menebarkan pesona bagi lawan jenis, dengan tujuan jahat ataupun agar mendapatkan sekadar simpati dalam pergaulan. Hal ini tidak boleh membuyarkan pandangan dalam mencari jodoh. Keberpasangan itu pada jiwa yang haus akan kebenaran, sedangkan keterpesonaan mungkin terjadi pada hawa nafsu. Laki-laki yang thayyib harus mendapatkan perempuan thayyibat, dan laki-laki khabits harus dipasangkan dengan perempuan khabitsat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar