Pencarian

Rabu, 07 Juni 2017

Halal, Haram dan Berkata tentang Allah tanpa pengetahuan

Rasulullah SAW adalah insan tertinggi yang menjadi panutan segenap alam, membentuk umat yang terbaik di antara seluruh manusia. Beliau membawa orang-orang yang mengikutinya menjadi umat terbaik, yaitu umat yang memerintahkan dengan yang ma’ruf dan melarang dari kemungkaran. Memerintahkan dengan ma’ruf artinya menjalankan urusannya berdasarkan pengetahuan (ma’ruf)  dan mencegah manusia menjalankan urusannya berdasarkan kebodohan (munkar).

Beliau adalah insan yang menjadi panutan bagi seluruh makhluk. Akan tetapi beliau dijadikan sebagai insan yang ummi, tidak mengenal literasi, tidak bisa membaca dan menulis. Ke-ummi-an beliau adalah kehendak Allah agar diperhatikan oleh manusia yang mengikutinya. Hal itu untuk menjelaskan dan menekankan bahwa pengetahuan yang beliau bawa bukanlah tentang literasi terhadap wacana yang beredar di antara makhluk. Beliau menjadi panutan karena pengetahuannya berdasar kesucian hati sehingga jelas bagi seluruh makhluk bahwa pengetahuan yang beliau ajarkan berasal dari Allah. 
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang thayyib dan mengharamkan bagi mereka segala yang kotor dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya, mereka, itulah orang-orang yang beruntung. (QS Al-A’raaf : 157)
Sebelum umat dipimpin mencapai keadaan umat terbaik, beliau SAW menentukan bagi umat yang mengikutinya perihal halal dan haram. Beliau menghalalkan bagi umatnya segala hal yang thayyib dan mengharamkan segala yang kotor. Segala yang thayyib akan memperkuat keadaan umatnya sehingga umatnya dapat menempuh perjalanan dengan lebih sigap, sedangkan segala yang kotor akan menjerumuskan umatnya bergelimang pada kotoran sehingga umatnya akan terhalangi untuk mendapatkan kemajuan dalam mengikuti sunnahnya.

Untuk membawa umatnya menjadi umat terbaik, beliau SAW membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang mengikat umatnya. Beban dan belenggu  itu adalah beban-beban duniawi dan keterikatan-keterikatan duniawi. Diajarkan kepada umatnya tujuan kehidupan, yaitu mencapai akhlak mulia, dan beliau membawa umatnya untuk melepaskan dari keterikatan dunia.

HALAL DAN HARAM

Ketentuan halal dan haram merupakan salah satu langkah untuk mengikuti rasulullah SAW dalam perjalanan untuk mencapai tujuan kehidupan, yaitu mencapai Akhlakul karimah, bentuk ciptaan mulia yang layak di hadirat tuhan. Halal dan haram itu bukanlah sesuatu yang dibuat semata-mata untuk mengikat manusia pada ketentuan itu, tetapi ketentuan itulah yang akan mendukung perjalanan menuju akhlakul karimah.

Umat-umat terdahulu telah terjebak pada sikap kesyirikan karena membuta pada panutannya. Mereka terjebak menjadikan orang-orang alim dan para rahib di antara mereka sebagai tuhan karena sikap dan perbuatan mereka dalam berusaha mengikuti para panutan.  Mereka kaum yang berusaha mengikuti rasul di antara mereka, berpindah dari kehidupan dunia menuju Allah,  akan tetapi mereka terjebak membuta pada para alim dan rahib hingga ketika para alim dan rahib menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal umat itu mengikuti mereka.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan  Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Mahaesa; tidak ada Tuhan selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." [At-Taubah: 31]
Dalam sebuah hadits, rasulullah SAW menjelaskan ayat tersebut :
Ketika Adiy bin Hatim r.a mendengar ayat ini, ia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak menyembah mereka." Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya:  Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, kemudian kalian menghalalkannya. Dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, kemudian kalian mengharamkannya?!" Ia menjawab, "Ya. benar." Maka beliau bersabda, "Itulah bentuk ibadah kepada mereka." [Hadits Riwayat. At-Tirmidzi]

Orang-orang yang mengikuti para alim dan rahib tanpa peduli pada maksud dan ketentuan halal dan haram sesungguhnya terjebak pada sikap mempertuhan para alim dan rahib.  Setiap insan harus peduli pada tujuan sunnah/perjalanan yang diajarkan rasulullah, dan peduli pada hal-hal berupa ketentuan halal dan haram, dan mengikuti ketentuan tersebut sesuai dengan ketentuan Allah,  bukan sekadar ketentuan yang dikatakan oleh para alim dan rahib panutan mereka. 

Boleh jadi ketentuan itu benar, atau salah, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa setiap insan hendaknya peduli perihal pengetahuan halal dan haram bagi dirinya. Para alim dan rahib belum tentu mengetahui secara menyeluruh dalam perihal tertentu bagi umatnya, karena itu setiap insan harus berusaha mencari dari ketentuan Allah dan rasul-Nya. Atau boleh jadi ada di antara  yang dianggap sebagai para alim dan rahib  mempunyai rencana buruk terhadap agama. Perihal apapun terkait ketentuan halal dan haram, setiap orang  harus mencari ketentuannya dari kitabullah dan sunnah.

Sikap penghalalan atau pengharaman itu kadangkala terlihat suatu hal yang baik, padahal menjerumuskan pada akhlak yang buruk berupa kelemahan akal. Beberapa penyimpangan dalam penentuan halal dan haram itu dibungkus dalam bungkus yang indah. Misalnya memerangi orang muslim adalah hal yang sangat diharamkan secara qath’iy, namun beberapa pihak membuat penghalalan perbuatan itu dengan menyusun mujadalah secara indah, mengutip satu petunjuk dan menyembunyikan petunjuk yang lain. 

Mengikuti para alim dan rahib dalam hal menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah telah dilakukan oleh umat Yahudi dan Nasrani. Hal itu merupakan kejatuhan pada sikap mempertuhan para alim dan rahib. Itu adalah perbuatan menjadikan manusia sebagai tuhan. Dalam hal ini rasulullah SAW mengingatkan bahwa umatnya pasti mengikuti langkah-langkah yahudi dan nasrani itu, dan beliau benar-benar mengkhawatirkan hal itu menimpa umatnya.

BATASAN HALAL DAN HARAM SECARA UMUM


Batasan  hal-hal yang diharamkan Allah telah ditentukan sebagai berikut : 
1. perbuatan yang keji baik yang terlihat ataupun tersembunyi,
2. perbuatan dosa
3. bughat, yaitu melanggar hak orang lain tanpa alasan yang benar
4. mempersekutukan Allah dengan sesuatu
5. mengatakan sesuatu terhadap Allah tanpa pengetahuan

hanya itulah yang diharamkan oleh Allah. Tidak ada sesuatu hal yang diharamkan selain kelima hal di atas, dan tidak ada di antara lima hal di atas dihalalkan bagi manusia. Tidak ada manusia boleh menganggap halal  salah satu perbuatan di atas  bagi dirinya.
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS Al-A’raaf : 32-33)
Hal-hal di atas adalah ketentuan pokok dalam halal dan haram. Ketentuan lain tentang  halal dan haram yang muncul pasti akan terkait salah satu atau lebih dari kelima pokok tersebut. Kelima pokok tersebut merupakan sumber keharaman atas segala sesuatu, dan tidak halal bagi siapapun melakukannya walaupun mungkin hal yang haram itu terlihat indah, misalnya berbicara tentang Allah, padahal pembicaraan indah itu tanpa pengetahuan.

BERKATA TERHADAP ALLAH TANPA PENGETAHUAN

Setiap manusia dituntut untuk mengenal tuhannya, akan tetapi Allah menentukan  keharaman untuk berbicara tentang Allah dengan sesuatu yang tidak diketahui. Untuk itu setiap orang harus berhati-hati untuk mengambil pengetahuan tentang Allah. Membuat definisi tentang Allah adalah tindakan haram. Membuat teori tentang tauhid tanpa mengenal Allah  adalah haram. Membicarakan teori tentang tuhan dari orang yang tidak mengenal Allah adalah haram. Hal itu sebagaimana telah ditentukan dari ayat di atas yaitu untuk tidak berkata tentang Allah dengan  hal yang tidak diketahui. 

Banyak insan telah mengenal rabb-nya. Hanya yang berasal dari mereka itulah ilmu tauhid itu boleh dipelajari. Mereka mempunyai tanda yang jelas, bahwa setidaknya mereka telah mengenal dirinya, mengetahui qadla yang ditentukan Allah bagi dirinya sebelum dilahirkan. Ilmu tauhid yang hanya dibuat-buat oleh manusia yang tidak mengenal Allah tidak boleh dipelajari atau dibicarakan dengan orang lain, sekalipun berdasarkan dalil dari kitab suci. Boleh jadi yang membuatnya tidak mempunyai pengetahuan tentang Allah, atau boleh jadi di antara mereka ada yang menukar tempat suatu ayat dengan yang lain, atau boleh jadi menyembunyikan suatu ayat. Konsep tauhid yang rancu ini telah melanda umat islam tanpa umat menyadari, sehingga umat islam menjadi lemah.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disifatkan oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (QS An-Nahl : 115-116)
Mengenal Allah hanya dapat dilakukan secara personal. Pengetahuan seseorang tentang Allah tidak akan terkatakan kepada orang lain. Pensifatan-pensifatan terhadap Allah oleh lisan-lisan manusia tidaklah dapat menceritakan tentang sifat yang sebenarnya bagi Allah,  maka hendaklah setiap orang berhati-hati untuk menyebutkan pensifatan bagi Allah karena boleh jadi akan menyebabkan dirinya terjebak pada perbuatan mengadakan kebohongan terhadap Allah.

Seseorang yang mengenal Allah tidak akan mampu mengajarkan tentang Allah kepada orang lain, tetapi hanya bisa menunjukkan jalan bagi orang lain untuk mengenal-Nya, serta menunjukkan kesalahan dan mendukung perjalanan yang perlu ditempuh bagi muridnya. Mengikuti kata-kata seorang rasul atau mursyid yang benar tentang sifat Allah tidak akan mengantar seseorang mengenal Allah, sedangkan yang bisa mengantarkan adalah dengan melakukan petunjuknya. Apalagi bila hanya mengikuti kata-kata orang yang hanya mengadakan kebohongan terhadap Allah, karena mereka orang yang tidak akan beruntung.

TAUHID ZAMAN INI

Sebagian dari umat islam telah membuat perkataan-perkataan tentang Allah tanpa pengetahuan, yang kemudian disusun dalam sebuah rumusan tauhid. Dikatakan dalam rumusan itu bahwa di antara tauhid adalah mengesakan Allah SWT  dalam segala perbuatan-Nya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya, sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Hal seperti ini termasuk dalam mengatakan sesuatu tentang Allah tanpa pengetahuan.

Dalam rumusan di atas, ayat-ayat alquran yang digunakan tidak dipahami sebagaimana mestinya dalam sudut pandang yang tepat. Allah telah menggelar ayat kauniyah tidak bersesuaian dengan pemahaman ayat yang seperti itu. Kenyataan yang terjadi tidak demikian adanya. Misalnya fakta bahwa kita bisa menemukan sekumpulan engineer yang telah diberi kemampuan untuk menciptakan peralatan-peralatan modern yang canggih hanya dengan mengambil sebagian kecil prinsip dari aturan yang telah Allah tentukan. 
Allah berkehendak agar dikenal oleh manusia melalui setiap bidang yang ditekuni oleh masing-masing, dalam bidang apapun. Hendaknya setiap orang mencari pengetahuan kebenaran dalam bidang masing-masing hingga ke ufuk untuk mengenal Allah sebagai Sang Maha Pencipta. Dapat dipastikan bahwa Allah SWT tidak akan dapat dikenal oleh orang-orang yang mematikan  atau tidak mau menggunakan akalnya dengan benar, karena orang-orang yang semacam ini hanya akan ditimpakan kepada mereka kotoran (ar-rijs) berupa pemahaman yang tidak berguna.

Banyak gambaran tidak benar dalam rumusan tauhid itu, sehingga sangat memungkinkan timbul kesan yang salah terhadap Allah, gambaran yang tidak dikehendaki Allah. Rumusan itu tidak akan membuat manusia merasakan kehadiran Allah. Sekalipun orang percaya sepenuhnya tentang Allah dengan rububiyah dan nama dan shifat-Nya, tetapi dengan rumusan seperti itu jiwanya tidak akan tumbuh untuk bisa merasakan kehadiran Allah. Bila diibaratkan pohon, kepercayaan itu hanya menumbuhkan pohon yang tercerabut dari bumi. Kepercayaan seperti itu tidak dapat menjadikan manusia yang mengikutinya mencapai kedudukan yang kokoh di bumi.  Setiap insan perlu mengenal rumusan tauhid yang benar agar tumbuh pohon yang baik, akarnya menghunjam ke dalam bumi dan cabangnya menjulang di langit.

Tidak ada makhluk yang  bisa sepenuhnya mengenal Allah. Rasulullah SAW adalah makhluk yang paling mengenal Allah, akan tetapi beliau tidak mengenal sedikitpun tentang Dzat Allah SWT.  Beliau adalah makhluk yang paling mengenal tajalliyat Allah di seluruh alam semesta, hingga di ufuk yang tertinggi, akan tetapi seluruh yang beliau kenal hanyalah tajalliyat yang dikehendaki Allah SWT untuk diperkenalkan, agar makhluk mengenal-Nya. Seluruh makhluk selain rasulullah SAW bisa mengenal Allah hanya dengan cara mengambil bagian pengetahuan dari pengetahuan beliau SAW dengan hatinya.

Setiap manusia diciptakan untuk mengenal Allah, sebatas apa yang mampu dikenalnya. Batas kemampuan pengenalan manusia terhadap Allah adalah mengenal diri sebagai khalifatullah masterpiece makhluk-Nya,  tidak bisa lebih dari itu dan tidak  lain dari itu. Dengan mengenal diri, seseorang mulai dapat mengetahui keagungan Allah dalam segala hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar