Pencarian

Jumat, 05 Mei 2017

ISLAM DAN ISLAMOPHOBIA (2)

Umat islam akan menemui sebuah jaman dimana fitnah merajalela di antara manusia. Keadaan pada zaman itu adalah kegelapan, dimana kebenaran disangka kesesatan dan kesesatan disangka kebenaran. Muncul para da’i yang menyeru kepada pintu-pintu Jahannam. Rasulullah telah menjelaskan dalam sebuah hadits tentang hal yang harus dilakukan untuk mensikapi zaman itu secara tepat, tidak melenceng yang menyebabkan terjerembab dalam kesesatan.
Dari Hudzaifah ibn Al-yaman : Aku bertanya (kepada Nabi SAW) : Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda : Berpegang teguhlah pada Jama'ah Muslimin dan imamnya. Aku bertanya : Bagaimana jika tidak ada jama'ah maupun imamnya ? Beliau bersabda : Hindarilah semua firqah itu,  dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu". [Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399].
Keadaan pada zaman kedatangan fitnah akan gelap. Pandangan manusia akan tertukar, memandang keburukan sebagai kebaikan dan kebaikan sebagai keburukan. Bahkan islam akan dipandang sebagai agama yang buruk oleh sebagian manusia, sedangkan sebagian manusia yang lain mengikuti para da’i yang menyeru ke pintu-pintu Jahannam. Mereka menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Sangat sedikit orang yang bisa berjalan di tengah, di jalan yang benar tanpa menyimpang.

Rasulullah SAW memberikan petunjuk agar manusia mencari al-jamaah, yaitu jamaah kaum muslimin dan imamnya. Jama’ah kaum muslimin itu adalah jama’ah yang mengikuti sunnah rasulullah SAW dan orang-orang yang mengikutinya. Apabila tidak menemukan jamaah atau imamnya, maka hendaklah setiap orang menghindari setiap firqah, dan mencari pegangan berupa pokok pohon,  tanpa pernah mengendorkan usaha itu hingga maut menjemput. Apabila telah mendapatkan pokok itu, hendaknya manusia menggigitnya dengan sungguh-sungguh tidak melepaskannya.

JAMAAH KAUM MUSLIMIN


Yang dimaksud sebagai al-jamaah adalah orang yang telah mengenal kebenaran.  Al-jamaah adalah orang-orang yang telah melihat kebenaran Allah  dan mengajak manusia untuk menuju kepada Allah walaupun mereka sendirian. Mereka telah mencapai kedudukan dirinya di sisi Allah. Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Abdullah Ibn Mas’ud sebagai berikut :
Berkata Amru bin Maimuun  kepada Abdullah bin Mas'ud : Bagaimana sikap kami terhadap Jama'ah ? Lalu beliau menjawab kepadaku : Wahai Amru bin Maimuun sesungguhnya Jumhur Jama'ah merekalah yang menyelisihi Al-Jama'ah, dan Al-Jama'ah itu adalah yang sesuai dengan kebenaran Allah Subhanahu wa Ta'ala walaupun kamu sendirian" [oleh Al-Lalikaaiy dalam Syarh Ushul I'tikad Ahlus Sunnnah wa Jama'ah (160) dan Ibnu Asaakir dalam Tarikh Dimasyqi 13/322/2]
Al-haq bukanlah kebenaran menurut persangkaan seseorang berdasarkan dalil-dalil, walaupun itu tercantum dalam kitab suci. Boleh jadi persangkaan itu salah atau benar, tetapi tidak ada yang bisa menjamin hal itu. Yang dimaksud sebagai Alhaq adalah penjelasan kebenaran dari ayat-ayat yang tercantum dalam kitab suci, di ufuk dan dalam jiwa tanpa ada perselisihan. Parameter bahwa seseorang mengenal alhaq terdapat dalam dirinya, yaitu dirinya mengenal qadla untuk apa dirinya diciptakan.  Alhaq akan diperlihatkan Allah dalam ayat-ayatnya yang terdapat pada ufuk-ufuk dan pada jiwa-jiwa manusia :
Akan Kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di  ufuk-ufuk dan pada jiwa-jiwa mereka sehingga hal itu saling menjelaskan bagi mereka bahwasanya itu adalah kebenaran (QS Fussilat : 53)
Ayat qauliyah tercantum dalam kitab suci, sedangkan ayat kauniyah tersebar pada ufuk-ufuk dan di dalam jiwa-jiwa. Ufuk merupakan titik terjauh yang mampu dicapai oleh manusia, berupa kedudukan masing-masing di sisi rabb-nya. Seseorang tidak akan bisa melampaui kedudukan dirinya, dan tidak bisa menempati kedudukan orang lain di sisi rabb. Seseorang  hanya bisa mencapai kedudukan dirinya. Rasulullah SAW berada pada ufuk tertinggi yang tidak bisa dicapai oleh makhluk lain.

Pada jiwa manusia,  Qadla telah tertulis sebelum dilahirkan ke dunia. Setiap manusia terlahir dengan membawa qadla (ketetapan) yang harus dijalankan dirinya setelah dilahirkan ke dunia. Pada (1) Kedudukan dirinya di sisi rabb  dan  (2) Qadla dirinya, terdapat ayat-ayat yang kelak akan diperlihatkan Allah kepada manusia.  Kedua ayat tersebut bersesuaian satu dengan yang lain, dan keduanya akan memperlihatkan bagi dirinya tentang kebenaran. 
Hudzaifah Radhiyallahu anhu meriwayatkan, katanya : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan kepadaku dua buah hadits, yang satu telah saya ketahui dan yang satu masih saya tunggu. Beliau bersabda kepada kami bahwa amanat itu diturunkan di lubuk hati manusia, lalu mereka mengetahuinya dari Al-Qur'an, kemudian mereka ketahui dari As-Sunnah. Dan beliau juga menyampaikan kepada kami tentang akan hilangnya amanat itu. (HR Bukhari, Kitab Ar-Riqaq, Bab Raf'il Amanah 11:333)
Hadits tersebut menjelaskan keterkaitan hati, alquran dan assunnah dalam masalah amanah. Amanah telah tertulis dalam hati manusia, Alquran adalah ayat qauliyah-Nya yang akan membuka amanah, sedangkan as-sunnah adalah perjalanan untuk mencapai amanah. Setelah mencapai kedudukan diri, maka manusia akan mengetahui bahwa pada kedudukan dirinya dan di dalam dirinya terdapat sebentuk amanah yang dahulu telah ditetapkan sebelum kelahirannya.

Kata “sa” yang berarti “akan” menunjukkan suatu waktu yang terjadi di masa mendatang. Hal itu menunjukkan bahwa kebanyakan manusia tidak mengetahui ayat-ayat itu, tetapi “akan” diperlihatkan ayat-ayat itu dengan kondisi tertentu.  Dia akan memperlihatkan  ayat-ayat itu ketika seseorang telah mencapai kedudukan dirinya di sisi rabb-nya, atau mencapai kesempurnaan akhlak. 
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh dari ‘amr kami. Sebelumnya engkau  tidaklah mengetahui apakah alkitab (alquran) itu dan apakah al-iman itu, tetapi kami menjadikannya cahaya yang dengannya kami  memberi petunjuk kepada yang Kami kehendaki dari  hamba-hamba Kami. (QS Az-zukhruf : 52)
Kehidupan seorang mukmin yang berjalan mengikuti sunnah rasulullah SAW akan semakin terang dengan Alquran. Puncak kejelasan itu adalah hadirnya ruh al-quds. Seorang mu’min  akan mendapatkan petunjuk dari cahaya iman, akan tetapi sebelum diberi ruh alquds, pada dasarnya seorang mu’min belum mengenal alkitab (alquran) dan al-iman dengan tepat.  Alquran yang berupa tulisan pada buku adalah ujung dari alquran yang mencapai kaum mukminin. Ujung alquran yang lain berada dalam genggaman rabb.  Dengan ruh al-quds, apa yang dimaksud sebagai al-kitab dan al-iman itu baru dapat diketahui dengan benar-benar tepat sesuai yang dikehendaki Allah SWT atas dirinya.

FIRQAH-FIRQAH


Firqah-firqah yang harus dihindari merupakan semua kelompok yang mempunyai akar pada dakhaan, yaitu kaum yang mengikuti jalan selain apa yang disunnahkan rasulullah SAW. Hanya dari jalan itulah kaum musyrikin dapat memalingkan umat islam dari agamanya. Jalan kesesatan itu jelas, dan sunnah rasulullah juga jelas. Akan tetapi mereka membangkitkan ajaran yang setengah benar sedemikian sehingga umat islam mengikutinya hanya berdasarkan teks-teks, tidak berdasarkan pemahaman terhadap sunnah rasulullah SAW.
Dari 'Irbadh Ibnu Sariyah r. a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang masih hidup diantara kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang diada-adakan karena hal itu sesat. Dan barangsiapa yang menemui yang demikian itu, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa'ur rasyidin. Gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian". [Riwayat Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 440].
Syaitan akan senantiasa berusaha menyesatkan manusia sehingga mengikuti syaitan dalam kesesatan. Di antara langkah tipuan syaitan yang diwahyukan kepada wali-walinya adalah  munculnya ajaran baru yang diselipkan dalam ajaran agama. Ajaran baru itu akan membuat umat islam berselisih. Ciri dari ajaran baru yang diselipkan itu adalah memecah-belah agama menjadi beberapa golongan, dan tiap-tiap golongan itu berbangga-bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. Syaitan bersama para pengikutnya membangkit-bangkitkan kebanggaan, fanatisme pada setiap golongan dalam beragama tersebut.
dan janganlah kamu termasuk golongan orang-orang yang mempersekutukan Allah. yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS Ar-ruum : 31-32)
Muslimin yang mengikuti golongan-golongan tersebut akan termasuk dalam golongan musyrikin. Mereka akan menjadi kaki tangan kaum musyrikin untuk melemahkan dan menghancurkan islam dari dalam islam sendiri. Kaum musyrikin menyadari bahwa tidak akan mungkin mengalahkan islam tanpa membuat kekacauan dan kerusakan di dalam umat islam, maka mereka menjalankan wahyu dari syaitan untuk mengalahkan islam.

Ajaran setengah benar berdasarkan teks-teks tanpa menekankan pemahaman terhadap ayat yang dibaca adalah  sebagaimana pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari bumi. Pohon itu tidak dapat tegak sedikitpun.
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun (QS Ibrahim : 26)
Setiap pohon mengenal cahaya yang sampai pada dirinya.  Demikian pula orang belajar teks tanpa memahami sunnah nabi mempercayai bahwa Allah telah memberikan cahaya kepada seluruh alam, baik berupa kitab-kitab, malaikat, rasul-rasul qadla dan qadar, serta percaya dengan hari akhir,  akan tetapi kepercayaan itu hanya sebuah konsepsi yang tidak mempunyai basis bagi kehidupan di bumi. Hal itu berbeda dengan orang yang memahami sunnah nabi. Cahaya dari Allah itu akan mengantarkan dirinya mengenal qadla yang telah ditetapkan bagi dirinya.  Dengan pengenalan itu dirinya dapat tegak di atas bumi dan bahkan bisa memberikan buah bagi makhluk di sekitarnya.

POKOK POHON


Menggigit pokok pohon dalam perintah hadits di atas bukan berarti muslimin menggigit suatu pokok pohon yang berada di dalam hutan. Yang dimaksudkan sebagai pohon adalah  syajarah thayyibah (pohon yang baik) yang menjadi permisalan bagi kalimah thayyibah.
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat thayyibah  seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS Ibrahim : 24-25)
Jiwa yang baik itu dimisalkan sebagai pohon yang baik, pengetahuan jasadiahnya berakar ke bumi dan jiwanya menjulang di langit mencari cahaya Allah. Pohon itu dapat mengeluarkan buah yang berasal dari pemahamannya atas ayat-ayat Allah bagi  dirinya, buah yang bisa diberikan kepada orang lain. Dengan jiwa yang tumbuh dengan baik itulah manusia dapat mengenal kalimah thayyibah dan berbuat ihsan, beribadah seolah-olah dirinya melihat Allah, atau Allah melihat dirinya. 

Buah yang dihasilkan merupakan bukti atas pengenalan kalimah thayyibah, yaitu pengenalan qadla diri. Tidak semua muslimin mengenal qadla bagi dirinya, tetapi di antara muslimin terdapat orang yang telah mengenal qadla dirinya. Mereka itulah pokok-pokok pohon yang telah memberikan buahnya dalam setiap musim. Mereka itulah  pokok pohon yang dimaksudkan dalam hadits di atas. 
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (QS Al-Fath : 18)
Mereka adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada rasulullah SAW di bawah pohon dirinya. Mereka telah mengenal pohon dirinya, dan berbaiat kepada rasulullah  untuk menjalankan urusan yang telah ditetapkan bagi dirinya yang merupakan bagian dari urusan rasulullah SAW. Tidak ada manusia yang bisa mengenal dirinya tanpa sebuah kehendak yang kuat untuk mengambil urusan dari rasulullah SAW, karena seluruh urusan yang ditetapkan Allah bagi makhluk merupakan urusan bagi rasulullah SAW.

Mereka adalah orang-orang yang akan diberikan kemenangan yang dekat, yaitu kemenangan di dunia, dan di akhirat mereka mendapatkan surga. Mereka orang-orang yang layak mendapatkan gelar radliyallahu ‘anhu, yaitu orang-orang yang Allah telah meridlai mereka.

Pada zaman itu, orang-orang yang belum mendapatkan jamaah kaum muslimin dan imamnya hendaknya terus menerus berusaha untuk mencari pokok pohon seperti itu, hingga maut menjemput dirinya.  Apabila telah menemukan pokok itu, hendaknya mengikuti dengan sungguh-sungguh dan seksama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar